Novel INDA dari episode 1-133 (Tamat)
Part selanjutnya Sequel dari Novel INDA.
-----
Ciuman tanpa disengaja menyebabkan wanita bernama Amrita Venisa harus menikah dengan pria bernama Aziz.
Amrita yang jaim kerap kali mengerjai suaminya. Dan Aziz yang baik hati dia tidak pernah marah akan tindakan konyol sang istri. Seiring berjalannya waktu, benih-benih cinta pun tumbuh dalam hati keduanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asni J Kasim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
INDA. Episode 14
1 bulan kemudian
Untuk menepati janjinya, Aziz memilih tinggal di Pondok MB yang berada di Jln Perintis kemerdekaan km 9. Blok A2 nomor 10. Selama sebulan, Aziz menghabiskan waktunya di kos. Dan hari ini, masa cuti pun berakhir.
"Akhirnya aku bisa bekerja lagi" gumamnya di depan cermin. Setelah selesai bersiap-siap, Aziz melangkah ke luar dari kamar kos. Ia mengunci pintu lalu turun di lantai satu.
"Hanya mobil ini yang menemani hari-hariku" kata Aziz lalu masuk ke dalam mobil. Mobil perlahan bergerak menuju jalan raya. Untuk mengurangi rasa jenuhnya, Aziz memutar musik. Ia pun bernyanyi mengikuti nada lagu yang ia dengar.
Rumah Sakit Awal Bros
Sepanjang jalan memasuki rumah sakit, Aziz terlihat bahagia. Senyum itu yang akan menipu rekan kerja dan keluarganya saat berpapasan atau bertemu dengannya. Aziz masuk ke dalam ruangannya, selang beberapa detik, pintu ruangannya terbuka. Aziz menoleh, ia melihat rekan kerjanya sedang berdiri di depan pintu. Aher mengambil tempat di sofa yang berada di dalam ruangan Aziz.
"Cie.. pengantin baru mulai masuk kerja" ledek Aher, seorang dokter umum. Ia tersenyum menyeringai saat melihat rekan kerjanya berseri seri dengan senyum manis yang memperlihatkan lesung pipinya.
"Hahahaha. Makanya cepat nikah" kata Aziz membalas ejekan Aher.
Aher mengerucutkan bibir. "Malas! Aku tidak percaya dengan para wanita-wanita yang ada di dunia ini" katanya.
"Jika itu maumu maka bersiap siaplah untuk menjomblo seumur hidup" ledek Aziz, ia pun terkekeh saat melihat raut wajah sahabatnya.
"Her, aku bekerja dulu. Tidak masalah kan aku tinggal sendirian" kata Aziz yang dibalas anggukan oleh Aher. Aziz ke luar dari ruangannya. Ia kembali melanjutkan pekerjaannya sedangkan Aher memilih berbaring di sofa.
---------------------
Kediaman Pa Sofyan
Amrita sedang duduk di sofa bersama dengan ibu mertuanya. Ia ingin menanyakan keberadaan suaminya hanya saja ia tidak memiliki keberanian untuk bertanya.
"Amrita, ibu senang kamu menikah dengan Aziz. Sejak menikah denganmu, Aziz tak seperti beberapa tahun ini. Kini, ia mulai kembali ke sifatnya yang dulu. Ibu senang melihatnya kembali" kata Tante Eka tersenyum rama pada menantunya.
"Memangnya dia kenapa Bu. Aziz tidak pernah bercerita padaku tentang masa lalunya" tanya Amrita.
Tante Eka menghela napas panjang.
"Aziz pernah ditinggal nikah oleh wanita yang pernah singga di hatinya" kata Tante Eka.
Flashback On
Aziz terlihat begitu bahagia, ia masuk ke dalam rumah ibunya bersama dengan seorang wanita yang bernama Anaya. Yang tak lain adalah kekasih Aziz yang Aziz sangat cintai. Aziz dan Anaya duduk di ruang keluarga.
"Ibu, kenalin ini pacar aku yang pernah aku ceritain ke ibu" kata Aziz.
"Cantik sekali, siapa nama kamu sayang?" tanya Tante Eka.
"Anaya Tante" balas Anaya malu-malu.
"Ibu, aku dan Anaya berniat akan menikah bulan depan" kata Aziz dengan serius. Saat mengatakan pernikahan, raut wajah Anaya berubah seketika, ada rasa tak suka di dalam dirinya. Namun, ia berusaha untuk tetap tersenyum.
"Ibu tidak akan melarangmu. Nanti, sebentar malam kita bicarakan dengan Papa kamu dulu" kata Tante Eka dengan senyum agar putranya tidak sedih.
Malam pun tiba, Aziz kembali membahas niatnya untuk menikahi Anaya. Ibu dan papanya pun setuju dengan keputusan Aziz.
Aziz begitu terlihat bahagia, ia masuk ke dalam kamarnya untuk menghubungi wanita pujaan hatinya. Tak menunggu waktu lama, Anaya menjawab panggilan telepon dari Aziz.
"Sayang, Ibu dan Papa setuju dengan niat baik kita" ujar Aziz. Malam itu, menjadi malam yang sangat membahagiakan baginya. Mendapatkan respon baik dari kedua orang tuanya membuat Aziz bahagia.
Esok harinya, Aziz dan keluarganya datang melamar Anaya. Mereka disambut hangat oleh keluarga Anaya. Keluarga Anaya nampak bahagia saat menerima kedatangan keluarga Pa Sofyan. Proses lamaran pun usai, Aziz dan keluarganya kembali ke rumah mereka.
Sebulan kemudian, sesuai kesepakatan, mereka akan melangsungkan akad nikah di kantor Agama setelah itu mereka akan melakukan malam resepsi pernikahan di hotel berbintang yang ada di Kota Makassar.
"Ibu, aku gugup sekali" ujar Aziz pada ibunya. Tante Eka duduk disamping putranya yang tengah duduk kursi rias.
"Gugup itu wajar sayang. Ibu senang lihat kamu bisa menikah bersama wanita yang kamu cintai" kata Tante Eka.
"Ibu! Kakak!" teriak Fakri dari luar. Fakri membuka pintu lalu masuk ke dalam. Ia meneteskan air mata saat melihat kakaknya yang sudah siap dengan pakaiannya.
"Kamu kenapa?" tanya Aziz dengan bingung.
"Kak Anaya pergi ke luar Negri. Aku melihatnya di Bandara saat aku mengantar teman aku di Bandara. Awalnya aku ngak percaya tapi pas aku dengar pecakapan orang tua Kak Anaya aku jadi yakin kalau wanita yang tadi aku lihat adalah Kak Anaya" jelas Fakri dengan mata berkaca-kaca.
Aziz diam memantung, ia mengambil ponselnya untuk menghubungi Anaya. Namun, nomor Anaya diluar jangkauan. Aziz menghampiri keluarga yang ada di kantor Agama, ia melihat orang tua Ananya sedang menangis.
"Tante, apa yang terjadi?" tanya Aziz. Ia berharap apa yang dikatakan adiknya adalah kebohongan.
"Anaya, Anaya kabur dan dia pergi ke luar Negri" kata orang tua Anaya sesegukan.
Aziz mengusap wajahnya dengan kasar, hatinya terasa sakit. Entah apa kesalahannya, ia pun tak tahu alasan Anaya pergi meninggalkannya di hari di mana mereka akan melangsungkan akad nikah.
Waktu begitu cepat berlalu, sudah satu minggu Aziz berdiam diri di dalam kamar. Ia sering memesan minumam keras lalu mabuk mabukan di dalam kamar. Tiap hari, Aziz akan menjalani hidupnya yang ditemani oleh minuman keras. Sebulan kemudian, Aziz kembali masuk kerja. Namun, ia akan minum minuman keras saat ia pulang dari rumah sakit. Dua tahun Aziz jalani hari-harinya dengan minuman keras.
Flashback Off
Amrita diam mematung, matanya berkaca kaca saat tahu kisa kelam suaminya yang ternyata begitu menyakitkan. "Ibu, aku pamit ya. Aku lagi buat janji untuk jemput Aziz di rumah sakit" kata Amrita berbohong.
"Iya sayang. Hati-hati di jalan ya" ujar Tante Eka dengan senyum. Tante Eka mengantar Amrita sampai di depan pintu. Amrita pamit lalu menaiki motor pemberian suaminya.
Dalam perjalanan, Amrita meneteskan air mata. Ia merasa bersalah pada sauminya. "Dendam membuatku jadi jahat hingga mempermainkan pernikahan" batin Amrita.
Rumah Sakit Awal Bros
Amrita memakirkan motornya diparkiran motor. Ia berjalan sedikit berlari menuju pintu masuk rumah sakit.
"Nyonya Zakri" panggil Aher.
Amrita menghentikan langkahnya, menoleh ke ara sumber suara. "Apa Dokter melihat Om Aziz?" tanyanya.
Di waktu bersamaan, Aziz berjalan ke luar menuju parkiran mobil. Ia melihat istrinya sedang berbincang-bincang dengan Aher. "Aku tidak perlu menyapanya, jika aku muncul maka dia akan terganggu" batin Aziz. Ia ke luar dari pintu lain lalu masuk ke dalam mobilnya.
"Itu Aziz di dalam mobil" kata Aher sembari menunjuk mobil Aziz yang bergerak ke luar dari area rumah sakit.
"Om! Tunggu aku!!" teriak Amrita. Aziz menghentikan mobilnya saat melihat Amrita mengejarnya.
Hah... hah... hah... Amrita terlihat ngos ngosan. Ia mendongak saat melihat seseorang berdiri dihadapannya.