NovelToon NovelToon
Married To Mr. Killer

Married To Mr. Killer

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Nikahmuda
Popularitas:8.1k
Nilai: 5
Nama Author: muliyana setia reza

Intan Puspita Dewi (17) tidak pernah membayangkan masa mudanya akan berakhir di meja akad nikah. Lebih parah lagi, laki-laki yang menjabat tangan ayahnya adalah Argantara Ramadhan—dosen paling dingin, killer, dan ditakuti di kampus tempatnya baru saja diterima.

Sebuah perjodohan konyol memaksa mereka hidup dalam dua dunia. Di rumah, mereka adalah suami istri yang terikat janji suci namun saling membenci. Di kampus, mereka adalah dosen dan mahasiswi yang berpura-pura tak saling kenal.

"Jangan pernah berharap aku menganggap ini pernikahan sungguhan," ucap Arga dingin.

Namun, sekuat apa pun mereka menjaga rahasia, tembok pertahanan itu perlahan retak. Ketika benci mulai terkikis oleh rasa cemburu, dan dinginnya sikap perlahan mencair oleh perhatian, sanggupkah mereka menyangkal bahwa cinta telah hadir di antara skenario sandiwara ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon muliyana setia reza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pelarian di Kamar Sempit

Suara tawa dari acara variety show Korea di laptop memenuhi kamar kost berukuran 3x4 meter itu. Aroma mie instan kuah pedas dan uap nasi panas menguar di udara, menciptakan kehangatan yang sederhana namun nyata.

Sangat berbeda dengan apartemen lantai 20 yang dingin dan beraroma pewangi ruangan otomatis itu.

"Sumpah ya, Tan! Lo tuh nekat banget kabur dari rumah malem-malem begini," cerocos Sarah sambil mengaduk mie instannya. Mulutnya penuh, tapi semangat gosipnya tak padam. "Bokap lo se-galak apa sih emangnya? Sampai lo bawa koper segede gaban gitu?"

Intan duduk bersila di atas kasur busa tipis yang digelar di lantai. Ia memeluk bantal guling Sarah yang sarungnya bergambar kartun. Senyum tipis yang dipaksakan terukir di bibirnya.

"Biasa lah, Sar," jawab Intan berbohong. Lidahnya terasa pahit setiap kali harus menyusun skenario palsu. "Papa lagi strict banget. Masalah jam malam, masalah nilai, pokoknya aku pusing. Butuh healing bentar."

Dalam hati, Intan meringis. Maaf ya, Papa. Papa jadi kambing hitam. Padahal yang bikin aku kabur itu suami durhaka, bukan Papa.

"Ya ampun, sabar ya. Orang tua emang kadang suka lebay," Sarah menepuk bahu Intan simpatik. "Tapi untung lo ke sini. Gue jadi ada temen begadang. Lagian besok kita kuliah siang ini."

Intan mengangguk pelan. Ia memilih kost Sarah karena sahabatnya ini yang paling cuek dan tidak banyak tanya detail. Sarah adalah tipe teman yang akan menyodorkan makanan saat kau sedih tanpa menuntut penjelasan rinci.

"Nih, makan dulu. Seblak level 5. Dijamin stres lo ilang bareng keringet," Sarah menyodorkan mangkuk plastik.

Intan menerima mangkuk itu. Kuah merah pekat itu mengepul. Ia menyuapkan satu sendok. Pedas. Panas. Tapi rasa sakit di lidahnya setidaknya bisa mengalihkan rasa sakit di ulu hatinya.

"Eh, Tan. Lo tau nggak sih gosip terbaru yang lagi panas di grup angkatan?" Sarah tiba-tiba mendekatkan wajahnya, matanya berbinar antusias.

Jantung Intan berdegup was-was. "Gosip apa?"

"Itu lho... Dosen idola kita. Pak Argantara."

Deg.

Sendok di tangan Intan berhenti di udara. Nafsu makannya lenyap seketika. Nama itu. Nama yang ingin ia lupakan barang semalam saja, kini justru disebut di tempat pelariannya.

"Kenapa... sama Pak Arga?" tanya Intan hati-hati, berusaha terdengar seperti mahasiswa yang sekadar kepo.

"Tadi siang kan gue liat dia jalan di kantin sama dosen baru itu lho, Bu Clarissa yang cantik banget kayak model," Sarah bercerita dengan semangat menggebu. "Sumpah ya, mereka tuh vibes-nya kayak pasangan CEO di drakor. Jalan berdua, ketawa-ketiwi. Katanya sih mereka dulu satu kampus pas kuliah di luar negeri."

Tangan Intan gemetar memegang mangkuk. Ia menunduk, pura-pura meniup kuah seblaknya.

"Terus?" pancing Intan lirih.

"Ya terus anak-anak pada patah hati nasional dong! Pupus sudah harapan mau gebet Pak Dosen," Sarah tertawa cekikikan. "Tapi ya mau gimana lagi, saingannya selevel Bu Clarissa. Pinter, tajir, cantik, dewasa. Kalau dibandingin sama kita-kita yang masih bau kencur ini, ya kebanting lah, Tan."

Kebanting.

Kata itu menusuk Intan tepat di jantung.

"Iya ya," gumam Intan, suaranya serak. "Mereka... cocok banget."

"Banget! Gue denger-denger dari anak BEM, Pak Arga tuh susah banget senyum. Tapi kalau sama Bu Clarissa, dia senyum terus. Fix sih itu, CLBK. Cinta Lama Belum Kelar," simpul Sarah sok tahu.

Air mata Intan mendesak keluar. Ia segera menyuapkan kerupuk seblak yang pedas itu ke mulutnya secara paksa, membiarkan rasa pedas itu menjadi alasan jika nanti matanya berair.

"Lo kenapa, Tan? Kepedesan?" tanya Sarah panik melihat wajah Intan memerah dan matanya basah.

Intan mengangguk cepat, lalu meraih gelas air mineral dan meneguknya rakus. "Hah... gila. Pedes banget, Sar. Sumpah, pedes banget."

Pedes di lidah, perih di hati, batin Intan menjerit.

Sahabatnya tidak tahu bahwa wanita "bau kencur" yang dia bicarakan "kebanting" itu adalah istri sah dari pria yang sedang digosipkan. Sahabatnya tidak tahu bahwa setiap pujian yang ia lontarkan untuk Clarissa adalah pisau yang menyayat kepercayaan diri Intan.

Malam semakin larut. Jam dinding menunjukkan pukul dua pagi.

Sarah sudah tertidur pulas di kasur sebelah, dengkuran halusnya terdengar berirama. Lampu kamar sudah dimatikan, menyisakan cahaya remang dari lampu jalan yang masuk lewat ventilasi.

Intan masih terjaga. Matanya menatap langit-langit kamar kost yang retak-retak.

Tangannya meraba ke bawah bantal, mengambil ponselnya. Ia membuka aplikasi pesan instan.

Argantara (Suami)

Nama kontak itu masih tersemat di paling atas.

Last seen today at 23:45.

Arga masih aktif sampai tengah malam tadi. Tapi tidak ada satu pun pesan masuk untuk Intan. Tidak ada pertanyaan "Kamu di mana?". Tidak ada telepon "Pulanglah".

Pria itu benar-benar tidak peduli. Atau mungkin, pria itu sedang terlalu bahagia merayakan "status lajang"-nya bersama Clarissa hingga lupa bahwa istrinya kabur dari rumah.

Intan membuka galeri foto. Di sana, di folder tersembunyi, ada satu foto yang ia ambil diam-diam saat pernikahan mereka. Foto tangan mereka yang saling bertautan memegang buku nikah. Di foto itu, tangan Arga terlihat kekar dan melindungi.

"Bohong," bisik Intan, menghapus foto itu dengan jempol yang gemetar. "Semua cuma bohong."

Intan menarik selimut tipis berbau pewangi laundry murah itu sampai menutupi kepalanya. Ia meringkuk seperti janin, mencoba mencari rasa aman di tempat asing ini.

Di apartemen, ia kesepian karena diabaikan.

Di sini, ia kesepian karena harus berpura-pura.

"Mulai besok, aku harus lupain Mas Arga," tekad Intan dalam hati, meski air matanya terus mengalir membasahi bantal milik Sarah. "Aku mau fokus kuliah. Aku mau ikut teater. Aku mau sibuk sampai aku lupa kalau aku punya suami."

Malam itu, Intan belajar satu hal pahit tentang pernikahan rahasia: Saat kau terluka, kau bahkan tidak punya hak untuk berteriak pada dunia bahwa kau sedang sakit. Kau harus menelannya sendiri, tersenyum palsu, dan mendengarkan orang lain memuji selingkuhan suamimu tepat di depan wajahmu.

Dan Argantara Ramadhan, pria yang berjanji di hadapan Tuhan untuk menjaganya, kini terasa seperti orang asing yang hidup di planet berbeda.

1
Miramira Kalapung
Suka banget sama cerita nya Thor, semoga cepat update yah🥰🥰
sarinah najwa
miris sekali hudupnu pak dosen 😅silahkan menikmati buah dari perbuatAnmu ..
Rian Moontero
lanjuuuttt👍👍😍
Sri Wahyuni
Luar biasa
☠ᵏᵋᶜᶟ𝕸y💞Putri𖣤​᭄
sukurin Arga....
makan tuh gengsi Segede gaban😄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!