Luna Evelyn, gadis malang yang tidak diinginkan ayah kandungnya sendiri karena sang ayah memiliki anak dari wanita lain selain ibunya, membuat Luna menjadi gadis broken home.
Sejak memutuskan pergi dari rumah keluarga Sucipto, Luna harus mencari uang sendiri demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Hingga suatu malam ia bertemu dengan Arkana Wijaya, seorang pengusaha muda terkaya, pemilik perusahaan Arkanata Dinasty Corp.
Bukannya membaik, Arkana justru membuat Luna semakin terjatuh dalam jurang kegelapan. Tidak hanya menginjak harga dirinya, pria itu bahkan menjerat Luna dalam ikatan rumit yang ia ciptakan, sehingga membuat hidup Luna semakin kelam dan menyedihkan.
"Dua puluh milyar! Jumlah itu adalah hargamu yang terakhir kalinya, Luna."
-Arkana Wijaya-
Bagaimana Luna melewati kehidupan kelamnya? Dan apakah ia akan berhasil membalas dendam kepada keluarga Sucipto atau semakin tenggelam dalam kegelapan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melia Andari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Interview CEO
Arkana?
Tubuh Luna membeku di tempat. Arkana sedang menatapnya lekat. Pandangan pria itu seolah terkunci pada Luna. Dingin dan angkuh tetapi terlihat sangat dalam.
Mengapa dia? Mengapa aku harus berada di perusahaan miliknya?
Tanpa sadar kaki Luna berjalan mundur beberapa langkah, membuat Radika terkejut dan heran. Pria itu pun mengulurkan tangan di pinggang Luna untuk menghentikan langkah kaki gadis itu.
"Luna? Ada apa?" tanya Radika.
Wajah Luna terlihat tidak seceria tadi. Ada kekhawatiran tergambar jelas di sana.
Luna menelan saliva nya dengan kasar dan menoleh ke arah Radika.
Radika mengerutkan dahinya menatap Luna, tangannya masih berada di pinggang gadis itu. "Ada apa Luna? Apa kau mengenal Om ku?"
Luna membelalakkan matanya. Dengan cepat ia menggelengkan kepalanya di hadapan Radika.
"Tidak, aku tidak mengenalnya, Dika."
Radika pun tersenyum, lalu melepas tangannya dari pinggang Luna. Hal itu pun tak luput dari pandangan Arkana. Pria itu bahkan mengeratkan rahangnya, menyaksikan seberapa intens Luna bersama keponakannya.
"Om Arkana...." sapa Radika seraya berjalan mendekat.
Arkana pun beranjak dari duduknya lalu berjalan mendekati Radika.
"Selamat datang di kantor Om, Dika," ucap Arkana seraya tersenyum.
Pria itu memeluk Radika dengan hangat, namun mata dinginnya menatap Luna yang berdiri mematung di hadapannya.
"Aku membawa temanku Om. Terima kasih ya Om atas persetujuannya, Luna jadi bisa ikut magang di sini," ucap Radika tulus.
"Tentu, kau adalah keponakanku, Dika," sahut Arkana dengan tatapan masih tertuju kepada Luna.
Radika melepaskan pelukannya lalu mengajak Luna untuk berkenalan dengan Arkana.
"Luna, ini dia om yang aku ceritakan. Namanya Arkana."
Arkana tersenyum menatap Luna. Tangannya terulur untuk menjabat gadis itu, namun Luna tak bergeming.
"Selamat bertugas di kantorku, nona Luna," ucap Arkana.
Luna pun membalas uluran tangan Arkana dengan perlahan.
"Terima kasih, Tuan Arkana," sahutnya dingin.
Arkana tersenyum menyeringai lalu mengeratkan jabatan tangannya hingga membuat Luna terperangah.
Brengsek! Dia tahu aku tidak bisa melawannya di hadapan Radika.
"Bekerjalah dengan baik, agar nilaimu bagus."
"Tentu, anda tidak perlu khawatir," sahut Luna mencoba tersenyum sambil berusaha melepaskan tangannya dari Arkana.
Jabatan itu pun terlepas, tapi tidak dengan tatapan Arkana. Pria itu masih memperhatikan Luna yang kini berpenampilan sangat rapi dan anggun.
Gadis itu mengenakan pakaian office look dengan blazer dan rok di atas lutut, serta rambut yang terikat rapi seperti cepol ringan. Memperlihatkan lehernya yang jenjang dan mulus.
"Hmm Dika, sebagai pengenalan, Om ingin interview dengan kalian. Om ingin mendengar visi dan misi kalian satu persatu kenapa memilih perusahaan ini," ucap Arkana dengan senyum yang mengembang di wajahnya.
"Baik Om, tentu saja. Om ingin aku dulu, atau Luna dulu yang menghadap?" sahut Radika antusias.
"Kamu dulu, setelah itu berganti dengan Luna."
"Oke om," sahut Radika senang.
Ia pun menoleh ke arah Luna dan menyentuh tangannya.
"Aku wawancara dulu dengan Om Arkana ya Lun, setelah ini baru kamu," ucapnya lembut.
Luna pun menganggukkan kepalanya seraya tersenyum masam. Dengan cepat ia segera meninggalkan ruang kerja Arkana dan menutup pintunya rapat.
Sial! Kenapa aku malah magang di perusahaan si brengsek itu sih?
Luna bergumam di dalam hatinya. Ia berjalan dengan panik untuk duduk di salah satu kursi yang tersedia di lantai tersebut.
Bagaimana ini?
Luna memegangi kepala dengan salah satu tangannya. Ia tidak mengira jika dirinya malah terperangkap masuk ke dalam dunia Arkana. Padahal sudah jelas pria itu kemarin memintanya untuk pergi dan menghilang dari pandangannya.
"Sebaiknya aku menghentikan magang ini. Aku akan bicara pada pihak kampus, dan akan mengikuti program ini kembali di tahun depan," gumam Luna.
Tidak apa-apa jika aku terlambat wisuda, daripada harus berada di sini selama enam bulan ke depan. Muak sekali.
Luna pun beranjak dari duduknya hendak melangkah pergi. Namun baru saja berbalik badan, Radika telah keluar dari ruang Arkana.
"Luna.."
Luna terkesiap. Ia memutar kembali tubuhnya dan mendapati Radika sedang berjalan ke arahnya.
"Mau kemana?" tanya Radika.
"Emmm itu, aku haus mau ambil minum," ucap Luna berbohong.
"Oh, sebentar aku ambilkan," sahut Radika lalu mengambil sebuah botol mineral yang terletak di meja staff admin dan memberikannya kepada Luna.
"Terima kasih," ucap Luna tersenyum, lalu meminum air tersebut.
"Ditunggu Om Arkana tuh Lun, sekarang giliran kamu."
"Emm harus ya?" tanya Luna ragu.
"Permintaan CEO, hanya wawancara sedikit saja kok. Kamu tidak perlu khawatir," ucap Radika seraya menepuk lembut bahu Luna.
"Mau ku antar?" tanya Radika.
"Iya, boleh," sahut Luna pasrah.
Radika pun tersenyum lalu membawa Luna masuk ke dalam ruangan Arkana.
"Om, ini Luna yah? Jangan galak-galak padanya," ucap Radika saat mereka telah berada di hadapan Arkana.
"Tenang saja Dika. Kau bisa mulai mengerjakan apa yang aku minta sekarang," sahut Arkana.
"Baiklah om, aku segera mengerjakannya," ucap Radika lalu ia pun mengalihkan pandangannya pada Luna.
"Aku pergi dulu ya? Ada tugas dari CEO. Kamu nggak apa-apa kan aku tinggal?" tanya Radika.
Sebenarnya Luna ingin ditemani oleh Radika. Tetapi ia tidak mungkin mengatakan hal itu jika Radika saja memiliki tugas yang harus dikerjakannya.
"Iya Dika, terima kasih ya," sahut Luna.
Radika pun tersenyum lalu menyentuh lengan Luna dengan lembut.
"Jangan takut, om ku baik," bisiknya lalu ia pun pergi dari ruang Arkana, menyisakan Luna sendiri bersama pria angkuh itu.
"Well Luna Evelyn, kita bertemu lagi," ucap Arkana yang mulai berjalan mendekatinya.
Dengan reflek Luna pun memundurkan langkahnya. Entah mengapa tatapan Arkana kini begitu tajam dan menakutkan bagi Luna.
"Aku tidak tahu jika ini adalah perusahaanmu, jadi kau tidak perlu mengusirku karena mulai hari ini aku akan mengundurkan diri," ucap Luna dengan cepat lalu berbalik badan dan berjalan ke arah pintu.
Namun gerakan Arkana jauh lebih cepat darinya. Dengan hanya satu langkah, pria itu kini telah merengkuh tubuh Luna dalam dekapannya.
Luna tercekat. Pria itu menekan tubuhnya dan mengunci kedua tangannya.
"Arkana!!"
"Diam Luna."
"Lepas! Bajingan!!"
Arkana pun menyentuh dagu Luna dengan satu tangannya. Ia menatap wanita itu dengan intens.
"Kau semakin kasar ya sekarang," ucapnya lalu tanpa aba-aba Arkana langsung menyambar bibir Luna dengan buas.
tekan kan juga sama arka kalau dia tidak boleh menikahkan maya selama kamu di sisi nya atau sampai kamu lulus kuliah...
dan buat Arkana mengejarmu sampe tergila2.