NovelToon NovelToon
Dia Yang Tak Biasa

Dia Yang Tak Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Penyelamat / Duniahiburan / Wanita perkasa / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Showbiz / Cintapertama
Popularitas:29
Nilai: 5
Nama Author: Adrina salsabila Alkhadafi

​Lina adalah pewaris kekuatan supranatural Dorong & Tarik yang hebat, sebuah energi kinetik yang hanya mengalir di garis keturunan perempuan keluarganya. Jika Lina fokus, ia bisa memindahkan truk. Tapi karena ia ceroboh, ia lebih sering menghancurkan perabotan rumah, membuat Ayah dan adiknya, Rio, selalu waspada.
​Kekuatan yang harus ia sembunyikan itu, ia gunakan secara terlalu ikhlas untuk membantu seorang kakek mendorong gerobak rongsokan, yang menyebabkannya melesat kencang di jalanan.
​Insiden konyol ini ternyata disaksikan oleh CEO Aris, seorang pebisnis jenius nan tampan yang sedang diburu musuh misterius. Aris langsung terobsesi dan merekrut, apa yang terjadi di kehidupan lina Bersiaplah mengikuti drama komedi supranatural ini.lerstgooo

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrina salsabila Alkhadafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14: Desa Kuno

​Mobil sport Aris merangkak menaiki jalur tersembunyi yang curam, menembus kabut tebal, hingga akhirnya tiba di sebuah lembah kecil. Desa itu tampak damai, terbuat dari kayu dan batu, dikelilingi oleh pepohonan kuno. Energi di sana terasa berbeda—lebih tenang, seolah-olah kekuatan kinetik Lina bisa bernapas lega.

​Beberapa warga desa, yang semuanya tampak tua dan tenang, menyambut Nenek dan Ibu Lina dengan hangat. Mereka menatap Lina dan terutama Aris, dengan tatapan penuh rasa ingin tahu dan sedikit kecurigaan.

​Seorang wanita tua dengan mata yang sangat tajam, Tetua Maya—pemimpin desa—mendekati mereka.

​“Selamat datang, Pewaris Kinetik,” sapa Tetua Maya pada Lina, nadanya tenang dan bijak.

​Tetua Maya kemudian menatap Aris. Tatapannya dingin dan menyelidik. “Dan siapa ini? Seorang pria dari dunia luar? Penuh dengan teknologi dan kebisingan?”

​Aris, yang biasanya sombong, kini menunjukkan rasa hormat. Konflik Budaya pertama Aris.

​“Saya Aris, Tetua. Saya adalah… pengawal pribadi Lina,” kata Aris, memegang bahu Lina dengan protektif.

​Tetua Maya tertawa pelan. “Pengawal? Kau terlihat seperti raja yang berusaha mengendalikan seorang dewi. Di sini, kekuatan Lina adalah yang tertinggi. Kami tidak membutuhkan pengawal dengan pistol kejut. Kami hanya membutuhkan kontrol diri.”

​Nenek maju. “Dia membantunya, Maya. Dia membawa kami ke sini. Dia juga terluka karena melindunginya.”

​Tetua Maya melunak. “Baiklah. Kami akan mengizinkanmu tinggal, Tuan Aris. Tapi kau harus mengerti. Di sini, Lina harus fokus pada takdirnya. Dan kau mungkin adalah gangguan terbesar baginya.”

​Aris menatap Lina. Ia tahu Tetua Maya benar. Chemistry di antara mereka adalah distraction terbesar.

​II. Pengasingan dan Ujian Tanpa Kata

​Lina dan Aris dipisahkan. Lina dibawa ke kuil desa, tempat prasasti itu berada. Aris diizinkan tinggal di sebuah pondok sederhana, tetapi dilarang mendekati kuil.

​“Kau harus fokus, Lina. Kau harus menemukan formula itu sekarang,” kata Nenek sebelum meninggalkan Lina di kuil.

​Kuil itu sunyi, dengan lantai batu dingin. Di tengahnya, berdiri sebuah Prasasti Kinetik Kuno—batu tinggi yang dipenuhi ukiran rumit.

​Lina mendekat. Ia menyentuh prasasti itu. Rasa dingin menjalar dari batu ke tangannya, dan ia merasakan energi kinetiknya merespons. Ukiran itu mulai bersinar samar.

​Lina mencoba memfokuskan Dorong & Tarik-nya, tetapi tidak ada yang terjadi. Ia frustrasi.

​Tiba-tiba, Tetua Maya muncul. “Formula itu bukan untuk kekuatanmu, Pewaris. Formula itu untuk hatimu.”

​“Maksud Tetua?” tanya Lina.

​“Kekuatan kinetikmu merespons emosi. Amarah, ketakutan, kebahagiaan. Jika kau ingin kontrol total, kau harus menemukan titik nol emosi—tempat di mana kau tidak merasa apa-apa. Tempat di mana Dorong & Tarik menjadi murni, bukan reaksi,” jelas Tetua Maya.

​Lina merasa bingung. Bagaimana ia bisa tidak merasakan apa-apa, padahal hidupnya kini penuh ancaman dan... perasaan pada Aris?

​Tetua Maya menunjuk ke ukiran di prasasti. “Leluhur kita tahu. Untuk menggerakkan dunia, kau harus menghentikan hatimu. Kau harus masuk ke dalam prasasti itu, Lina. Dan kau harus melupakan alasan mengapa kau bertarung.”

​Lina menelan ludah. Melupakan Rio, Nenek, dan terutama... Aris. Itu adalah ujian terberatnya.

​Sementara itu, Aris duduk di pondoknya, gelisah. Ia tidak bisa melacak musuh dari sini, dan ia terpisah dari Lina. Perasaan cemas Aris terasa nyata.

​Ia melihat ke arah kuil. Ia tahu Lina sedang berjuang.

​Tetua Maya muncul di ambang pintu pondok Aris.

​“Kau mengganggunya, Tuan Aris,” kata Tetua Maya, nadanya menuduh.

​“Saya mengganggunya? Saya datang untuk memastikan keselamatannya! Lina adalah bodyguard saya, dan dia ada di sini karena ancaman yang mengincar chip saya!” Aris membela diri.

​“Kau salah. Lina ada di sini karena hatinya tidak tenang. Kau adalah api yang membakar kontrolnya. Setiap kali kau mendekat, chemistry di antara kalian menjadi gangguan. Kau membuatnya bahagia, kau membuatnya takut. Kau membuatnya tidak stabil.”

​Aris terdiam. Ia tahu Tetua Maya benar. Keseimbangan emosi Lina terganggu setiap kali mereka dekat.

​“Jadi, apa yang harus saya lakukan? Meninggalkannya?” tanya Aris, suaranya sedikit pecah karena rasa sakit.

​“Jika kau benar-benar peduli padanya, kau harus memberinya jarak emosional. Kau harus membuat dia merasa tidak ada yang terikat padanya. Hanya dengan begitu, ia bisa mencapai titik nol,” Tetua Maya menantang.

​Aris menatap kuil. Ia harus memilih: Melindungi Lina secara fisik, atau membiarkannya mendapatkan kontrol total. Itu adalah pertaruhan terbesar Aris.

​Malam harinya, Aris mengambil keputusan yang sulit. Ia melanggar perintah Tetua Maya dan menyelinap ke kuil.

​Lina sedang duduk di depan prasasti, matanya terpejam, mencoba mengosongkan pikirannya. Ia gagal. Setiap kali ia mencoba, bayangan senyum Aris, sentuhan Aris, atau pelukan protektif Aris muncul.

​Tiba-tiba, Lina merasakan kehadiran Aris.

​“Tuan Aris! Apa yang Anda lakukan di sini? Tetua melarang Anda mendekat!” bisik Lina, panik, Dorong Kinetik-nya bereaksi liar, membuat sebuah lilin kecil melayang.

​Aris memegang lilin itu di udara. Ia mengendalikan kekacauan kinetik Lina.

​“Aku harus pergi, Lina,” kata Aris, suaranya dingin dan datar.

​Lina menatapnya, bingung. “Apa? Anda harus pergi? Sekarang?”

​“Ya. Aku sudah menghubungi timku. Mereka akan melanjutkan pencarian musuh. Aku tidak bisa tinggal di sini, itu terlalu berisiko. Dan sejujurnya, kau benar. Kau adalah distraction bagiku.”

​Kata-kata itu menusuk Lina. Emosi Lina hancur. Distraction? Setelah semua yang mereka lalui?

​“Saya… saya mengerti,” balas Lina, berusaha terdengar profesional, tetapi matanya berkaca-kaca.

​Aris mendekat, matanya kosong. Ia melakukan akting terburuknya—membuat dirinya terlihat tidak peduli.

​“Jaga dirimu, Bodyguard Lina. Setelah kau selesai dengan formula itu, hubungi aku. Jika kau berhasil, gajimu akan saya transfer. Jika tidak… yah, aku akan anggap kau melanggar kontrak,” kata Aris, suaranya dingin.

​Aris berbalik dan berjalan pergi.

​Lina berdiri terpaku. Ia merasa seolah-olah semua energi di tubuhnya ditarik keluar. Ia tidak merasakan amarah, tidak merasakan takut. Hanya kekosongan yang menyakitkan.

​Saat Aris menghilang, air mata Lina menetes. Ia merasa ditinggalkan, dibuang, dan tidak berharga.

​Tiba-tiba, Lina menyadari sesuatu. Ia tidak merasakan apa-apa. Ia sedih, tetapi energi kinetiknya stabil.

​Kekosongan emosi itu adalah Titik Nol yang dicari Tetua Maya!

​Lina memejamkan mata. Ia memfokuskan energi kinetiknya, bukan lagi sebagai reaksi, tetapi sebagai perpanjangan kehendak murni yang tenang.

​Ia menyentuh prasasti itu lagi. Kali ini, prasasti itu bersinar terang.

​Ukiran kuno di prasasti itu terbelah, dan muncul sebuah gulungan kertas kuno.

​Di sana, tertulis tiga kata: YAKIN. FOKUS. LINDUNGI.

​Formula itu bukan tentang melupakan, melainkan tentang mengarahkan emosi ke tujuan murni. Kekosongan yang Aris ciptakan adalah kuncinya.

​Lina mengambil gulungan itu, energinya kini terasa stabil dan terkontrol. Ia telah menguasai Kontrol Kinetik Total, tetapi dengan biaya yang sangat mahal: kehilangan Aris.

​Lina melangkah keluar dari kuil, gulungan di tangannya. Ia harus kembali. Ia harus menemukan Aris.

​Di luar kuil, Tetua Maya berdiri di sana, tersenyum bangga.

​“Dia berhasil, Maya. Aku tahu dia akan berhasil,” sebuah suara terdengar dari balik pohon.

​Aris. Ia berdiri di sana, mengenakan pakaian yang sama, tatapannya kini kembali hangat.

​“Anda… Anda tidak pergi?” Lina terkejut, air matanya kembali menggenang.

​Aris melangkah mendekat. Ia mengulurkan tangan, menyentuh pipi Lina, mengusap air mata Lina dengan lembut. Sentuhan yang penuh chemistry dan penyesalan.

​“Aku tidak pernah pergi, Lina. Aku bersembunyi di balik pohon. Aku harus membuatmu mencapai Titik Nol. Aku harus membuatmu berpikir kau kehilanganku. Itu adalah ujian terakhirmu,” bisik Aris.

​Lina memukul dada Aris dengan pukulan kecil. “Anda… Anda CEO paling menyebalkan yang pernah ada!”

​Aris tertawa, lalu menarik Lina ke dalam pelukan yang sangat erat. Pelukan itu adalah janji dan permintaan maaf.

​“Aku tahu, Lina. Tapi Kontrak kita bukan lagi tentang uang. Itu tentang melindungi dunia dan melindungi hati kita. Dan kau sekarang adalah yang terkuat.”

​Lina membalas pelukan Aris. Ia tahu, petualangan baru akan segera dimulai. Mereka berdua, Lina dengan Kontrol Kinetik Total, dan Aris dengan jenius strategisnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!