Wulan, seorang bayi perempuan yang diasingkan ke sebuah hutan karena demi menyelamatkan hidupnya, harus tumbuh dibawah asuhan seekor Macan Kumbang yang menemukannya dibawa sebatang pohon beringin.
Ayahnya seorang Adipati yang memimpin wilayah Utara dengan sebuah kebijakan yang sangat adil dan menjadikan wilayah Kadipaten yang dipimpinnya makmur.
Akan tetapi, sebuah pemberontakan terjadi, dimana sang Adipati harus meregang nyawa bersama istrinya dalam masa pengejaran dihutan.
Apakah Wulan, bayi mungil itu dapat selamat dan membalaskan semua dendamnya? lalu bagaimana ia menjalani hidup yang penuh misteri, dan siapa yang menjadi dalang pembunuhan kedua orangtuanya?
Ikuti kisah selanjutnya...,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akuji Yang Tersohor
Bisrah tersenyum bahagia saat mendapatkan upeti yang banyak dari para Tumenggung.
Semua jumlahnya sudah cukup kekurangan sedikitpun.
Bahkan satu desa yang biasanya menunggak pajak karena tidak mampu membayar pajak kini mereka sangat mudah saat ditagih untuk membayar upeti. Bahkan salah seorang warga bernama Bagas yang sempat menjadi buronan kini adalah orang yang sangat begitu taat.
Tak hanya Bagas saja, tetapi seluruh warga desa disekitar kediaman pria itu sudah hidup makmur meski pekerjaaan mereka tidak jelas.
"Desa Kenongo menghasilkan apa disana warganya? Hanya mereka yang memberi upeti uang dan emas, sedangkan desa lain memberikan hasil pertanian mereka, ataupun juga ternak, bukan berupa uang dan emas," Bisrah yang duduk dikursi kebesarannya terlihat penasaran.
Ia memilin kumisnya yang sangat tebal. Rahangnya tampak tegas, dengan sorot mata yang tajam bagaikan seekor anjing liar.
"Kabar yang tersiar, disana ada seorang pendekar dari golongan hitam yang bernama Akuji, ia memiliki kemampuan yang sangat mumpuni, dapat menggandakan uang, dan memberikan kekayaan yang berlimpah, bagi siapa saja yang mau menjadi pelayannya," jawab patih Kamandaka dengan menegaskan ucapannya.
Sejenak Bisrah terlihat terdiam. Ia merasa sangat tertarik mendengar tentang sosok pendekar yang dimaksudkan.
"Darimana asala Akuji? Persilatan mana yang pernah dimasukinya? Dan apakah ia seorang wanita atau pria?" cecar Bisrah dengan tak sabar.
"Maaf, Kanjeng Adipati. Dari yang saya dengar, Akuji adalah seorang wanita yang cantik rupawan, dan ia sangat dikagumi banyak pria, sehingga mereka rela menjadi budaknya,"
Adipati Bisrah semakin terpengaruh oleh ucapan Kamandaka yang membuatnya ingin tahu lebih banyak tentang Akuni.
"Kamu belum menjelaskan siapa dia, apakah dia berasal dari padepokan mana?" cecar Bisrah dengan tak sabar.
"Saya tidak mendapatkan informasi apapun dari asal dan usul tentang Akuji berasal dari padepokan mana, Kanjeng Adipati. Hanya saja ia dikenal dengan segala kesaktiannya yang dapat membuat siapa saja menjadi kaya raya," jelas Kamandaka dengan gamblang.
Bisrah mengulas senyum licik. Ia masih memilin ujung kumisnya. "Bawa dia ke pendopo, dan katakan padanya, jika aku mengundangnya," ucap Bisrah dengan sangat tak sabar. Bayangan wajah cantik dan juga kemampuan dalam menggandakan uang serta emas sudah terbayang dipelupuk matanya.
Kamandaka mengerutkan keningnya. Ia merasa jika tindakan Bisrah sanvat berlebihan, sebab dapat memperburuk pengamanan kadipaten karena sembarangan memasukkan orang asing yang bahkan tidak diletahuo darimana adal dan usulnya.
"Apakah ini tidak terlalu gegabah, Kanjeng Adipati?" Kamandaka berusaha mengingatkan Bisrah.
Tentu saja hal itu membuat sang Adipati merasa tersinggung. Ia tak suka jika apa yang menjadi keputusannya dianggap membahayakan keamanan kadipaten, dan itu sama saja menganggapnya sebagai pemimpin yang ceroboh.
"Apa kamu lupa? Jika saat ini, semua keputusan mutlak ditanganku!" ucapnya dengan nada amarah. Kedua matanya membeliak, seolah ingin menerkam siapa saja.
"Baik, Kanjeng Adipati, saya akan melaksanakan apa yang diperintahkan," ucap Kamandaka, lalu berpamitan untuk pergi.
****
Akuji tampak tersenyum sumringah. Bagaimana tidak, didesa ini, ia sudah mendapatkan tumbal yang cukup banyak.
Bagas yang selama ini mengabdi kepadanya, kini sudah hampir membawa seluruh pria yang ada didesa kenongo.
Wanita itu sudah merasakan bagaimana nik--matnya tubuh seorang pria yang sudah bergonta-ganti datang kepadanya.
Kali ini, ia melihat Bagas yang terkesiap oleh banyaknya harta yang pria itu inginkan datang dengan sekejap saja dan itu sungguh sangat membuatnya semakin tamak. Sebab tanpa bekerja, ia sudah mendapatkannya dengan mudah.
"Apakah kau bisa menolongku lagi?" tanya Bagas pada Akuji, ia merasa masih ada yang sangat mengganjal dihatinya selama ini.
"Tentu saja bisa. Apa yang ingin aku lakukan untukmu?" tanya wanita itu dengan suaranya yang sangat parau dan berat.
"Aku ingin membuat kekasihku bernama Melati yang sudah berkhianat terkena penyakit mematikan, tetapi buat ia sengsara, jangan mati dengan cepat, buat dengan rentang waktu setahun, sedangkan selingkuhannya Tomo kamu jadikan tumbal untuk membuat kekayaanku semakin bertambah," ucap Bagas dengan bersemangat.
Akuji menyeringai. "Tenanglah. Aku dapat melakukannya dengan sekejap saja, dan ini bukan hal yang sulit bagiku!" jawabnya lagi, dengan penuh percaya diri.
"Jika begitu, lakukan sekarang," pinta Bagas dengan rasa tak sabar.
Akuji menganggukkan kepalanya, lalu tiba-tiba menghilang dengan sekejab saja dari hadapan sang pemuda yang saat ini sedsng patah hati.
Kemudian sosok itu sudah berada dirumah Melati yang merupakan seorang wanita yang berprofesi sebagai gundik para bangsawan.
Akujib melihat seorang gadis bernama Melati sedang berduaan bersama pria lain didalam sebuah rumah gubuk yang terbuat dari bilah bambu.
Keduanya sedang bertempur untuk menghasilkan keringat bersama.
Saat keduanya masih asyik dengan pertempurannya, tiba-tiba Akuji muncul dihadapan keduanya.
Sosok itu membuat keduanya tersentak kaget, dan sialnya pertempuran itu tak dapat dihentikan dan terjadi hal.yang sangat mengejutkan, yaitu keduanya gan--cet dengan posisi seperti sapi sedang ka--win.
Keduanya panik. Sebab tak dapat melepaskan diri dan mereka seolah lengket satu sama lainnya.
Hal yang mengejutkan lagi, tiba-tiba tubuh Melati dipenuhi dengan bisul dan na--nah yang menggumpal didalam bisulnya membuat rasa nyeri dan panas yang sangat menyakitkan.
"Aduh, Mel, kenapa gak bisa dilepasin, sih?" ucap Tomi dengan sangat ketakutan.
Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, maka orang-orang akan pulang dari pasar dan jika sampai mereka melihat keduanya sedang berhimpitan, maka aka menjadi heboh dan memalukan.
"Aku gak tau. Apa mungkin karena makhluk jelek itu!" umpat Melati yang ditujukan pada Akuni, yang mana saat ini sedang berdiri menatap keduanya.
"Eh, setan, lepasin, kami!" Maki Tomo dengan kesal.
"Jika aku setan, lalu kalian apa?" Tanyanya dengan senyum seringai.
"Jangan banyak omong, sampeyan! Lepasin kami!" sahut Tomi semakin kesal.
"Boleh saja, tapi salah satu diantara kalian harus ada yang mati!" sahut Akuji dengan santai.
Seketika keduanya terdiam. "Kalau begitu ambil saja Tomo!" Melati menyodorkan teman ken--cannya, sebab ia tidak mau dijadikan tumbal.
Tomo tersentak kaget. Ia tidak terima dengan apa yang dikatakan wanita tersebut. "Enak saja, sampeyan saja yang dikorbankan, lagian kamu sudah barang bekas dan gak ada lagi cowok yang mau menerima kamu" tolak sang pemuda tak mau kalah.
Perdebatan keduanya semakin memanas, lalu sang iblis menghampiri sang pria yang memiliki pilihan lain dan berdoa agar sang Iblis mengambil kekasihnya.
Sreeeeeeek....,
Satu tendangan tepat dipinggul Melati, dan membuat keduanya berhasil terpisah. Namun naasnya, alat tempur milik Tomo tertinggal diliang Melati, dan membuat keduanya terperangah, lalu berteriak histeris yang mana membuat para penghuni gubuk lainnnya terusik.
Karena penasaran, warga mendobrak pintu pondok, dan menemukan dua orang yang sedang meraung kesakitan.
tp ini rajendra mah kok ya suka kali ngelitik si macan sih 🤔🤔
kk siti masih ada typo ya di atas hehehe
meski aq ratu typo sih 🤭🤭