Sejak kecil, Eyliana terbiasa dengan kesepian. Rumahnya bukan tempat bernaung, melainkan medan perang tanpa henti antara kedua orang tuanya. Kematian mereka tidak meninggalkan duka, justru tawa ironis yang melegakan. Berbekal warisan, ia merintis karier sebagai aktris, tetapi popularitas membawa tantangan baru—pengkhianatan, fitnah, dan obsesi gelap dari penggemar.
Saat sebuah tragedi merenggut nyawanya, Eyliana terbangun kembali. Bukan di dunianya, melainkan di dalam komik 'To Be Queen', sebagai Erika, si putri sempurna yang hidupnya penuh kebahagiaan. Ironisnya, kehidupan impian ini justru membuatnya cemas. Semua pencapaiannya sebagai Eyliana—kekayaan, koleksi, dan orang-orang terpercaya—kini lenyap tak berbekas. Eyliana harus beradaptasi di dunia yang serba sempurna ini, sambil bertanya-tanya, apakah kebahagiaan sejati benar-benar ada?
"Haruskah aku mengikuti alur cerita komik sebenarnya?" Pikir Eyliana yang berubah menjadi Erika Serriot
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moonbellss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 Persiapan Hari Kelahiran
Persiapan Ulang Tahun
Tiga bulan sebelum acara ulang tahun Erika Serriot ke-17. Kini kediaman keluarga Serriot menjadi sibuk.
“Ekh.. hanya acara ulang tahun saja kenapa merepotkan begini, sih?” kata Erika yang sedang berdiri tegap dan merentangkan tangan kanan dan kirinya.
“Tentu saja, Nona Erika. Anda harus menjadi cantik dan paling unggul di pesta nanti. Karena Nona jadi tokoh utamanya,” kata Asha dengan semangat sambil memperhatikan perancang pakaian yang sedang mengukur badan Erika.
“Setelah ukur pakaian, selesai kan?” tanya Erika menatap Rasha.
“Belum, Nona. Anda harus memilih warna dan model gaun yang cocok untuk badan Anda. Lalu mengukur kaki untuk sepatu Anda. Oh iya, perhiasan, Anda juga harus memilihnya. Lalu Anda harus belajar dansa dan harus menghafal nama bangsawan beserta gelarnya. Lalu…” kata Rasha sambil melihat daftar di kertas yang ia bawa.
Erika hanya memutar bola matanya sambil mendengar ocehan Rasha. Di kehidupan dahulu, Erika—bukan, tapi saat menjadi Eyliana—memang tertarik dengan gaya fashion karena dia artis papan atas. Tapi di kehidupan menjadi Erika, kenapa ia merasa fashion tidak sesederhana yang dipikirkan. Semua harus diukur dengan pasti. Beberapa kali juga Erika disuruh mencoba pakaian dengan berbagai model. Padahal acara masih tiga bulan, tetapi suasana kediaman menjadi tidak nyaman.
“Saya sudah selesai mengukur tubuh Nona. Saya akan menyiapkan kain berbagai bahan dan warna terlebih dulu supaya saya bisa mencocokkan dengan warna kulit Anda,” kata perancang sambil menundukkan kepalanya dan keluar dari kamar Erika.
“Kalau begitu, saya juga memanggil perancang perhiasan untuk sekalian mencocokkan warna kain,” kata Asha dengan semangat lalu mengundurkan diri.
“Saya.. saya juga mau menyiapkan beberapa pasang sepatu dengan berbagai model dan warna, supaya pekerjaan ini cepat selesai. Tapi…” kata Rasha ragu. Erika menatap Rasha dengan bingung.
“Tapi Nona harus di sini. Jangan kemana-mana, ya?” kata Rasha yang ragu dan khawatir jika Erika melarikan diri. Erika hanya tersenyum meyakinkan Rasha.
“Jangan khawatir. Aku akan menunggu di sini sambil menikmati teh nikmat buatan Rasha dan cookie yang dibawa oleh Asha,” kata Erika sambil tersenyum meyakinkan. Rasha menatap Erika dengan ragu, tapi akhirnya meninggalkan kamar Erika.
“Akhirnya aku sendiri… Perintah untuk dilanggar, kan?” kata Erika dengan senang lalu berjalan mendekati pintu kamar. Dia menghitung 10 detik untuk memastikan Rasha sudah jauh dari pintu kamar.
“8..9..10…” hitungnya lalu Erika membuka pintu kamar perlahan, dan ia melihat Sir Richard yang juga menjaga pintu kamarnya. Richard melihat Erika dengan curiga sambil mengerutkan keningnya.
“Sstt…” Erika menempelkan telunjuknya ke bibir yang menandakan untuk diam. Richard yang bingung menatap mata Erika.
“Apa mereka sudah tidak terlihat di ujung koridor?” tanya Erika yang sedikit berbisik dan menyembunyikan dirinya di balik pintu.
Richard langsung memahami situasi dan melihat ke kanan-kiri koridor. Lalu ia mengangguk untuk memberi tanda bahwa mereka sudah tidak terlihat. Erika langsung keluar dan tersenyum lega.
“Sir Richard, tolong bawa aku pergi dari sini. Kumohon,” kata Erika sambil menatap Richard dengan tatapan mata kucing. Erika mencoba membulatkan matanya paling besar. “Ekh…” gumam Richard yang sedikit ragu tapi sulit mengalihkan pandangan Erika yang sangat menggemaskan.
“Tapi…” Richard berusaha menolak Erika, tapi Erika menyadari bahwa Richard ingin menolak dirinya dan langsung memegang kedua tangannya.
“Kumohon. Ke mana pun. Ya?” kata Erika sambil menggenggam erat tangan kanan Richard dengan kedua tangannya. Sir Richard menghela napas berat sambil mengangguk lemah dan pipinya merona.
Dua puluh menit kemudian.
“NONA ERIKA!! NONA ADA DI MANA?? NONAA. DIA TIDAK ADA DI KAMAR,” teriak Rasha sambil keluar mencari pengawal untuk mencari Nona. Jangan tanya bagaimana keadaan di kediaman keluarga Serriot. Tentu saja heboh karena Nona Erika menghilang tanpa jejak.
***
Festival Rakyat
Sedangkan di tengah alun-alun kota, terdapat dua orang yang pergi meninggalkan kediaman keluarga Serriot tanpa rasa bersalah.
“Ekh.. telingaku berdenging,” gumam Erika sambil menggosok telinganya.
Kini Erika menggunakan jubah bertudung cokelat yang menutupi identitasnya, begitu juga dengan Sir Richard. Erika merasa senang datang ke alun-alun kota karena ini baru pertama kalinya.
“Wah, di sini ramai sekali. Lihat itu ada makanan. Kelihatannya menarik,” kata Erika dengan semangat berjalan mendekati kedai-kedai.
“Nona! Nona.. jangan jauh dari saya..ish,” kata Richard yang bergegas menyusul Erika. Suasana alun-alun sangat ramai karena ada pesta rakyat. Kini Richard berhasil menyusul Erika yang berhenti di salah satu kedai sate daging.
“Nona. Sebaiknya jangan pisah dengan saya. Jika Nona hilang, saya akan mendapatkan masalah besar,” kata Richard dengan khawatir yang membawa Nonanya kabur dari kediaman.
“Hehe maaf, Sir. Anu.. ehem,” kata Erika yang ragu sambil berdeham sambil menunduk.
“Sir Richard, apakah membawa uang? Bisakah pinjam untuk membeli sate itu?” kata Erika dengan memasang wajah kucing lagi dan menunjuk sate daging yang ia inginkan. Sir Richard yang melihat tingkah Erika menahan tawanya dengan mengalihkan pandangannya ke samping kiri.
“Sir?” panggil Erika.
“Ah. Maafkan saya, Nona. Baiklah kalau Nona ingin itu. Jangan khawatir, saya membawa cukup uang,” kata Sir Richard kini menatap Erika dan menunjukkan kantong uang di sakunya. Mata Erika berubah menjadi mata uang.
“Sungguh? Belikan aku 5 tusuk,” katanya dengan semangat dan berhasil membuat Richard terkejut. “Bibi, Tolong 5 tusuk ya” Kata Erika keada pemilik kedai.
“Li… lima?? Apakah Anda bisa menghabiskan itu sendiri?” tanya Richard dengan ragu. Tapi Richard tetap membelikan sesuai jumlah yang Erika inginkan. Richard memberikan uang kepada bibi penjual sate. Setelah itu penjual itu memberikan 5 tusuk sate ke Sir Richard.
“Hehe terima kasih, Sir,” kata Erika sambil mengambil 4 tusuk sate yang diberikan Richard.
“Kenapa tidak diambil semua?” kata Richard sambil berjalan mengikuti langkah Erika.
“Satu untuk Sir Richard. Traktiran dariku,” katanya dengan bangga membuat Richard menahan tawanya.
“Nona. Ini kan pakai uang saya…” kata Richard menatap Erika yang sedang menggigit sate tersebut.
Erika yang polos menatap Richard hanya mengangguk membenarkan pernyataan dengan mulut yang penuh daging. Terlihat susah payah ia mengunyah makanan di mulutnya. Richard mengalihkan pandangannya lagi karena melihat wajah Erika yang sedang memakan sate. Richard berusaha menahan tawanya. Wajah Erika sangat suka dengan makanan tersebut hingga mulutnya seperti tupai dengan penuh kacang.
“Ong Ong kenava desene angkat ramae, ser? (Ngomong-ngomong kenapa di sini sangat ramai, Sir?)” tanya Erika sambil mengunyah makanan dan berjalan di keramaian. Tapi entah kenapa, Richard mengerti apa yang dikatakan Erika.
“Ah, kebetulan hari ini ada festival turunnya Dewi Eros. Dewi yang dipercaya untuk mengatur cinta dan keinginan. Masyarakat selalu memperingatinya setahun sekali sebagai tanda syukur dengan harapan akan mengabulkan keinginan di masa mendatang. Selain itu ada harapan untuk kekaisaran Pero yang selalu penuh cinta dari segi mana pun,” jelas Richard sambil melirik Erika.
Ternyata Erika sudah menghabiskan 2 sate miliknya. Padahal sate itu memiliki panjang dari jari tangan manusia hingga siku. Erika mengangguk beberapa kali sambil mendengarkan cerita Richard dan mata menyusuri kedai yang dilewatinya. Mereka sungguh menikmati festival rakyat hingga tak merasakan waktu berlalu lebih cepat.
“Sepertinya aku harus membeli buah tangan untuk Asha, Rasha, Kak Robert, dan Kak Andreas supaya tidak kena marah. Apa yang harus kubeli ya? hmmm,” gumam Erika sambil berpikir.
Tiba-tiba Sir Richard menjatuhkan sate miliknya, dan tangan kirinya menarik Erika sedikit mundur di balik badannya. Lalu tangan kanan Richard memegang tangan anak kecil yang hendak ingin mencuri kantong uang di saku miliknya. Kerumunan yang berjalan jadi melingkari Erika, Sir Richard, dan anak yang hendak mencuri itu. Anak tersebut merintih kesakitan karena cengkeraman Richard.
“Ekh…” kata anak itu sambil berusaha melepas cengkeraman Richard.
“Sir. Lepaskan tangan anak itu. Kasihan dia kesakitan,” perintah Erika.
“Tapi, Nona…” kata Richard sedikit ragu.
“Tidak apa,” kata Erika yang berdiri di samping Richard.
Anak itu menatap wajah Erika dengan tajam. Matanya terlihat waspada kepada Richard dan Erika. Akhirnya Richard melepaskan tangan tersebut lalu anak tersebut meregangkan tangannya yang habis dicengkeram Richard. Tapi tak lama kemudian dia lari menabrak Erika dan bersembunyi di kerumunan.
“HEI!!” teriak Erika setelah ditabrak anak itu dan langsung menyusul mengejar anak tersebut.
“NONA!” Sir Richard terkejut karena Erika yang tiba-tiba mengejar anak tersebut dan masuk ke kerumunan. Richard yang panik ikut mengejar Erika dan berusaha mencari sosok Erika di kerumunan.
“NONA!! NONA ERIKA! NONAAA!” teriak Richard yang kehilangan jejak Erika
Bersambung...