NovelToon NovelToon
Baca Aku!

Baca Aku!

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Reinkarnasi / Murid Genius / Akademi Sihir / Persahabatan
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Karya Penulis

Penyihir yang menjadi Buku Sihir di kehidupan keduanya.


Di sebuah dunia sihir. Dimana Sihir sudah meraja rela, namun bukan berarti tidak ada Pendekar dan Swordman di Dunia Sihir ini.

Kisah yang menceritakan pemuda yang memiliki saudara, yang bernama Len ji dan Leon ji. Yang akan di ceritakan adalah si Leon ji nya, adek nya. Dan perpisahan mereka di awali ketika Leon di Reinkarnasi menjadi Buku Sihir! Yang dimana buku itu menyimpan sesuatu kekuatan yang besar dan jika sampulnya di buka, maka seketika Kontrak pun terjadi!.

"Baca aku!!" Kata Leon yang sangat marah karena dirinya yang di Reinkarnasi menjadi Buku. Dan ia berjanji, siapa pun yang membaca nya, akan menjadi 'Penyihir Agung'!. Inilah kisah yang menceritakan perjalanan hidup Leon sebagai Buku Sihir.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Karya Penulis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

Rafael mulai membaca. Ia sedikit bergumam dalam membaca.

'Sepertinya anak ini semakin tertarik dengan buku..' Leon menilainya dalam batin. Ia lagi lagi lupa bahwa suaranya dapat didengar kapanpun oleh Rafael.

'Sepertinya begitu..' Rafael juga memberikan komentar tentang dirinya. Ia dengar apa yang dikatakan Leon. Dan menurutnya juga begitu, bahwa dirinya semakin tertarik saja dengan buku, padahal dulunya tidak begini.

Leon yang mendengarnya dari telepati terkejut. Ia tidak berniat untuk mengatakannya langsung pada Rafael. Leon harus lebih cermat lagi. Semua omongan batin bahkan dapat didengar.

Mereka tampak fokus dalam membaca nya. Sepertinya mereka lupa bahwa mereka memiliki tugas yang tidak mudah.

Waktu sudah lama berlalu.

Namun Alea tak juga kunjung sadar. Itu wajar, mereka bukan di sebelah-sebelahan rak, sedikit lebih jauh lagi.

"Hei.. Apa kau tidak merasa kasihan pada kak Alea?.." Nel mendekat ke Rafael. Ia berbisik saat mengatakannya. Mereka tidak terlalu jauh.

"Hm, kau mau menyudahi ini?" Bisik Rafael.Rafael menoleh pada nya. Ia tadinya tampak sangat fokus.

"Aku juga belum selesai sih.. Tapi coba saja kita tanya, apakah kita boleh meminjam buku yang ada disini" Bisik Nel lagi. Walau sebenarnya bagi Rafael itu bukan hal yang sulit, ia bisa saja mencuri nanti malam.

Tapi, usulan Nel boleh juga untuk dicoba.

"Yah.. Kau benar.." Rafael menutup bukunya. Ia tampak melipat lembaran buku itu untuk menandakan halaman yang terakhir ia baca, sebelum akhirnya ia menutup buku nya.

Begitu juga dengan Nel. Mereka berniat untuk mulai membantu Alea sekarang.

Lalu mereka meletak buku mereka di rak yang sudah mereka tandai. Mereka akan mengingatnya, kalau kalau ada kesempatan lagi nanti. Bagi Rafael, isi buku itu lumayan berguna juga.

"Hei, aku akan coba mengatakannya pada kak Alea" Nel masih berbisik. Ia berniat untuk mencari Alea dan permisi untuk meminjam buku.

Rafael mengangguk. Lalu Nel mencarinya. Ia berlari.

Dan Rafael melanjutkan beres beres nya. Tampaknya hari sudah mulai gelap. Mereka terlalu lama membacanya tadi.

"Hei. Menurutmu, apa anak itu cantik?" Leon bertanya. Ia sengaja menanyakannya. Ia berniat memancing rasa ketertarikan Rafael pada Nel.

'Biasa aja tuh' Jawab Rafael dalam batin. Sikap dinginnya masih saja belum berubah. Padahal, Leon juga ingin mengubah itu.

"Hmm, masak sih?~~" Lagi lagi Leon memancingnya. Ia ingin Rafael juga memiliki sebuah teman perempuan yang sebaya dengannya.

'Diamlah. Aku lagi sibuk' Rafael benar benar tidak tertarik. Sepertinya ia memiliki tipenya sendiri. Walau sebenarnya Nel tidak buruk juga.

"Ish~ Kau ni pun, tak asik~" Kata Leon. Ia masih terus bercanda dengannya.

Tak Tak!

Suara langkah kaki terdengar. Nel. Ia berlari menuju Rafael. Memecah percakapan Leon dan Rafael.

"Katanya tidak boleh... Bagaimana ini?! Kulihat tadi ada CCTV!" Ia berbisik. Namun suaranya jelas ingin meledak.

Rasa menyesal mulai muncul di hati Nel. Seharusnya ia tidak mendengarkan Rafael tadi.

"Haha, kau santai saja~ Mana CCTV nya?" Kata Rafael. Niat buruk terpampang jelas di senyumannya.

"Lihat ke atas!" Bisik Nel. Namun suaranya masih saja seperti teriakan yang tertahan.

Rafael mendonga. Dan benar saja. Dari tadi rupanya mereka sudah dipantau. Mana lagi pas lagi di atas mereka membaca.

"Haha.. Sial" Kata Rafael. Dia kira tidak sedekat itu. Kalau begini ceritanya, maka tidak ada harapan. Mana lagi sepertinya ada yang sedang memantau. Tampak dengan jelas, lampu merah menyala di CCTV nya.

"Matilah kita!!" Nel berbisik sembari menutup mukanya, menahan suaranya yang seakan ingin keluar.

"Hei, cepat minta maaf! Ini kan salahmu" Leon menyuruhnya. Ia hanya ingin melihat mereka lebih dekat, baginya mereka sangat lucu kalau sedang begitu.

"Maaf... Ini salahku.." Sembari menggaruk dahi nya yang tidak gatal. Memang benar, begitulah yang seharusnya. Kalau saja tidak di pinta Leon, pasti ia tidak akan pernah minta maaf.

"Hah.. Sudahlah.. Lagi pula ini juga salahku.." Nel memaafkannya, ia sangat baik.

"Sudah, ayo lanjutkan beres beres nya" Kata Nel lagi. Ia tampak pasrah dengan hukuman yang akan mereka dapati nantinya.

Walau sebenar nya Rafael juga bersalah, tapi ia sama sekali tidak merasa. Ia hanya melakukan yang dikatakan Leon.

Mereka mulai membereskan nya kembali.

Perlahan tapi pasti, sebagian buku nya tampak sudah lebih tertata. Begitu juga dengan bulan, hari sudah gelap seutuhnya.

••~••

"Sudah.. Kita sudahi dulu sampai disini, nanti, besok kita lanjut kan lagi" Kata Alea. Mereka bertiga tampak sangat lelah. Apalagi Rafael. Pasti nanti ia akan ketiduran dan tidak berlatih dengan Leon.

"Baik.." Jawab Nel. Ia juga tampak lusuh. Meski begitu, tidak se-lusuh Rafael.

Rafael hanya mengangguk, ia tidak sanggup untuk berkata apa apa lagi.

"Maaf ya, sudah menyita waktu kalian.." Kata Alea. Ia tampak berasa bersalah saat mengatakannya.

Namun Nel dan Rafael hanya mengangguk. Mereka benar benar ingin tidur sekarang.

Jadi, mereka bergegas menuruni tangga. Alea sedang mengunci pintu Gudang Buku nya.

Namun, belum lagi mereka selesai menuruni tangganya, Riley menghampiri mereka. Benar benar sial.

"Hai.... Kalian tidak lupa untuk berlatih kan?.." Kata Riley. Lagi lagi ia menunjukkan senyumannya yang membuat siapa saja akan tergoda. Itu sangat manis.

Bahkan Rafael saja mengakuinya.

Namun, senyumannya dipenuhi dengan niat. Niat yang sangat buruk bagi Rafael dan Nel.

"Apa kita harus berlatih sekarang juga?!.." Nel bertanya. Namun suaranya di penuhi dengan sedikit penekanan. Mereka benar benar sudah tidak sanggup.

"Tentu saja!" Jawab Riley. Ia tersenyum lagi. Namun kali ini berbeda.

"Eh.. Mengapa kau mendatangi mereka secara langsung?.. Bukan kah kau bisa saja minta sampai kan padaku?" Alea bertanya. Ia menghampiri Riley.

"Haha, iya.. Kebetulan ada sesuatu yang harus aku tangani sendiri.." Ia melirik ke mereka berdua. Yang membuat mereka bergidik.

Sepertinya yang melihat CCTV saat tadi adalah Riley. Senyum nya lembut, namun matanya di penuhi dengan aura dingin yang intens. Penuh tekanan.

"Sial!" Gumam Rafael. Dan Nel mendengar itu. Ia juga tahu mengapa Rafael mengatakannya. Mereka akan segera dapat masalah, pikir mereka.

"Oh.. Kalau begitu, aku duluan ya~" Kata Alea. Ia pergi. Meninggalkan mereka bertiga di sana.

Seketika suasana jadi hening. Tidak ada yang mau mulai berbicara diantara mereka berdua-Rafael dan Nel.

"Kalian tahu mengapa aku mendatangi kalian secara langsung?.." Riley bertanya. Suaranya berubah menjadi dingin. Tidak di penuhi dengan senyuman lagi.

"M-maaf.. Maafkan aku.." Kata Nel. Ia takut. Baginya Riley benar benar sedang sangat marah sekarang. Namun tidak begitu dengan Rafael.

Kata Leon, cobalah tundukan pandangan mu saja. Jangan menjawab. Dan Rafael mengikutinya.

"Hah..." Riley menghela nafas. Ia ingin memarahi mereka. Tetapi ia tidak tega.

"Baiklah.. Kali ini aku akan memaafkan kalian" Kata Riley. Ia hendak akan melanjutkan perkataannya.

"Tapi.. Biar ku beritahu.. Bahwa buku buku yang ada didalam sangat lah berharga. Gudang ini bukan sekadar Gudang Buku, tetapi dimana semua buku yang mengandung kebenaran ada disana. Disana benar benar bukan tempat untuk bermain.. Kalian harusnya mengerti kan?.."

 Riley mengatakannya secara perlahan. Bahkan dengan kelembutan. Namun, jelas tatapan nya dipenuhi dengan rasa kecewa yang besar. Saat ia menatap langit malam itu, Rafael meliriknya.

Terpantul kekecewaan yang mendalam di matanya. Melihat itu, barulah ia sadar, betapa besar rasa percaya dan harapan Riley pada mereka berdua. Ia baru merasakan rasa bersalah yang sesungguhnya.

Itu benar benar membuat Rafael ternga-nga melihat Riley dengan tatapannya yang penuh kecewa. Ia baru melihatnya. Padahal, matanya selalu memancarkan kebahagiaan.

Leon hanya bisa tersenyum saat melihat Rafael melirik nya. Ia seolah juga ingin memberinya itu. Bagaimana rasanya di harapkan, lalu ia mengecewakan orang itu.

"Sekarang kau sadar kan? Bahwa Riley itu benar benar tertarik pada mu" Kata Leon. Ia dalam wujud manusia, di samping Rafael. Melipat tangan depan dada.

'Yah.. Kau benar..' Batin Rafael. Ia kembali menundukkan pandangannya. Kali ini penuh dengan rasa bersalah.

'Apa yang harus ku lakukan sekarang?..' Rafael bertanya kepada Leon dalam batin. Ia benar benar merasa bersalah, sampai sampai tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

"Hanya satu. Kembalikan harapannya lagi. Melihat ia begitu kecewa hanya karena kau melihat buku buku yang ada di dalam sana, itu artinya buku buku itu sangat berharga baginya. Maka, katakan padanya,"

Leon memberi arahan, dan apa yang harus Rafael katakan padanya. Lalu Rafael mendengarkan nya, sembari ia mengatakannya pada Riley.

"Jika itu mengandung sebuah kebenaran.. Maka aku tidak akan pernah mengubah nya. Jika itu sangat berharga bagimu.. Maka aku tidak akan pernah memberi tahu isi tentang buku itu kepada siapa pun"

Kata Rafael. Ia hanya mengulang apa yang dikatakan Leon. Dan itu sangat tepat.

Riley terkejut. Lalu ia menoleh kepada Rafael. Bukan hanya Riley, bahkan Nel juga.

"Tatap, tatap ia dangan kepastian. Lalu kau beri anggukan saat kau tersenyum" Leon memberi arahan lagi. Dengan cepat.

Dan Rafael mengikutinya. Ia menatap Riley dengan tatapan kepastian, dengan matanya, seolah ia bersumpah dengan senyumannya. Lalu ia mengangguk. Penuh wibawa.

Nel saja bahkan tidak menyangka bahwa Rafael bisa melakukannya.

Terlihat, mata Riley penuh dengan kebanggan. Saat ucapan itu keluar dari mulut Rafael. Lalu ia tersenyum.

Bagi Riley, perkataan Rafael tadi seolah menunjukkan bahwa ia mengerti perasaan Riley.

"Baguslah kalau kau mengerti.. Ku harap, kau tidak mengubah nya, dan tidak menyebarkan rumor yang aneh aneh, sesuai ucapan mu. Dan ku harap.. Kau menjaganya.."

Riley mulai tersenyum kembali. Senyuman yang indah mulai tampak kembali.

'Boleh juga nih anak..' Batin Nel.

Tatapannya tidak lagi penuh dengan kekecewaan. Namun, bercampur dengan rasa percaya dan bangga. Walau harapan harus dibangun dari awal lagi. Namun itu cukup untuk permulaan, sebelum Rafael dan Leon mulai beraksi.

Menunjukkan sebuah aksi yang membuat harapan itu akan tercapai. Dan menumbuhkan sebuah rasa kepedulian kepada Rafael. Itulah tujuan sementara Leon dalam membimbing Rafael menuju ke sebuah tingkat yang tidak dapat di bayangkan.

1
Murnila Wati
Nice Thor! Kau membuat minat baca ku bertambah!/Applaud/
Murnila Wati
Ini dia. Kebenaran yang ditunggu²/Hey/
Murnila Wati
Yok thor lanjutkan. Para readers mu ini ingin melihat Rafael dan Leon berdiri sebagai Penyihir Agung di akhir cerita/Chuckle//Smile//Applaud//Good/
Murnila Wati
Mantra baru unlock/Hey/
Murnila Wati
Hehe, bisa aja Leon/Slight/
Murnila Wati
Pasti Lauren/Shhh/
Anin: Hayyo loh... Baca bab selanjutnya ya, nanti kamu bakal tahu
total 1 replies
Murnila Wati
Wah Thor! Kenapa aku penasaran?!/Cry/ Cerita mu membuatku penasaran Thor!/Good/
Anin: Thanks/Smile/

Leon:Tuh kan, para Readers penasaran /Chuckle/ Makanya Baca Aku!
total 1 replies
Murnila Wati
Hayyo loh.. Leon nengok apa tuh~ Seketika berubah genre/Frown//Shhh/
Anin: Hehe, auto jadi horor/Tongue/

Rafael:Seram nye!...
total 1 replies
Murnila Wati
Sedikit typo yah Thor/Smile/
Anin: Hehe iya, maaf ya atas kesalahannya/Grievance/

Leon:Tuh kan para Readers marah!! Makanya, nulis yang benar!/Smug/
total 1 replies
Murnila Wati
Pasti MC kita dong yang menang~~ yakan Thor~~
Anin: Aku setuju!

Rafael: Pastilah/Chuckle/

Leon:Nantikan saja readers ku!/Bye-Bye/
total 1 replies
Murnila Wati
/Facepalm/
Murnila Wati
Sabar, Nel
Anin: Nel:Udah gak bisa/Panic/ Rasanya tuh mulut pengen gw tabok!
total 1 replies
Murnila Wati
Duh... Kebenaran yang menyakitkan/Sob//Sob/
Anin: Tahan ya... Ini hanya bumbu.. Nanti akan banyak laki kebenarannya/Proud/

Leon:Makanya, terus Baca Aku!
total 1 replies
Murnila Wati
/Facepalm/
Murnila Wati
Sip Thor.. Kutunggu kejutanmu /Hey//Smirk/
Anin: Sip..

Leon:Aku juga akan menunggu kau terkejut /Smirk/

Rafael:...
total 1 replies
Murnila Wati
Haha, makanya jangan bandel/Curse//Curse/
Anin: Rafael:Yah... Disorain Readers/Sob//Sob/

Leon:Tulah... Makanya, jadi MC utama boy!!/Casual/
total 1 replies
LION QUEEN
200 hal?🤨 dikit lah itu.... kalau sangat tebal itu sekitar seribu hal lah🤫
Anin: Kalau 1000 hal, nanti bacanya gak kelar kelar dong...
total 1 replies
LION QUEEN
semakin menarik! Ada tambahan tokoh baru, dan dunia sihir nya semakin nampak/Smile/
Anin: Tokoh baru akan Author tambahin sebanyak-banyaknya
total 1 replies
LION QUEEN
waw keren
Anin: Thank a lot/Casual/
total 1 replies
Murnila Wati
Waw... Semakin menarik. Lanjutkan Thor
Anin: Yoi, lagi semangat neh..🔥🔥
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!