Zira Azizah tidak pernah mempunyai keinginan sedikit pun untuk menikah diusianya yang masih muda namun apa daya sang ayah tiba-tiba meminta nya untuk menikah padahal ijazah sekolah SMA pun belum ia terima .
Ikuti kelanjutan nya dan jangan lupa mohon dukungan nya 🙏🙏🙏.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Hardianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 ~ Main Air
Zira terus memperhatikan Gaffi yang tengah sibuk memasak bakwan sayur dan ayam rica-rica sesuai keinginannya .
Dalam hati tanpa sadar Zira berulang kali memuji Gaffi mulai dari fisik nya dan juga dari perilaku nya .
" Ekhem jangan lupa kedip dek " , dehem Gaffi menggoda Zira.
" Eh maksudnya apa ? " , kaget Zira dan langsung memalingkan wajahnya .
Gaffi terkekeh sendiri , lalu ia kembali melanjutkan aktivitas memasaknya .
" Hemm wangi banget , jadi kangen masakan bunda " , ucap Zira seraya mendekat ke arah Gaffi yang tengah menggoreng bakwan sayur.
" Kamu kangen bunda ya dek ? " , tanya Gaffi seraya menoleh kepada Zira .
Zira hanya menganggukkan kepalanya pelan .
" Sabar ya nanti hari minggu kita main ya ke rumah bunda " , ucap Gaffi seraya mengelus lembut kepala Zira .
" Beneran bang ? " , tanya Zira kegirangan.
" Iya beneran masa Abang bohong " , timpal Gaffi tersenyum.
" Yeee makasih banyak Abang " , balas Zira senang dan tanpa sadar langsung memeluk Gaffi dari arah samping .
" Sama-sama sayang " , jawab Gaffi seraya mengelus punggung Zira lembut .
Zira terkejut dan ia dengan cepat langsung melepaskan pelukannya dan membuat jarak dari Gaffi .
" Malu banget kok bisa-bisanya aku peluk bang Gaffi " , batin Zira mengutuk kecerobohan nya .
Sebenarnya Gaffi sama kagetnya dengan Zira , ketika ia dipeluk oleh Zira rasanya ia seperti melayang namun Gaffi mencoba tenang dan mulai membalas pelukan istrinya yang bisa dibilang pelukan untuk pertama kalinya .
Zira perlahan mundur dan duduk kembali , ia menjadi salah tingkah dan malu sendiri .
Begitu pun dengan Gaffi namun Gaffi sangat pintar menyembunyikan.
Untuk beberapa menit keduanya saling diam dan sibuk dengan pikiran masing-masing.
" Dek cobain deh " , ucap Gaffi menghampiri Zira seraya membawa bakwan sayur yang sudah matang .
Gaffi meniupi bakwan sayur lalu ia menyuapi Zira .
" Aaa " , ucap Gaffi .
Zira merasa malu namun dengan perlahan ia mulai membuka mulutnya dan menerima suapan dari Gaffi .
" Gimana enak gak dek ? " , tanya Gaffi antusias .
" Enak , sama enak nya dengan masakan bunda " , jawab Zira jujur .
" Alhamdulillah " , timpal Gaffi senang , dan ia pun mulai mencicipi bakwan sayur buatannya .
" Eh " , kaget Zira pasalnya Gaffi memakan bakwan sisa gigitan Zira .
" Oh iya enak bahkan ini lebih enak " , ucap Gaffi tersenyum .
Zira menunduk malu lagi-lagi Gaffi berhasil membuatnya tersipu malu .
" Kayanya sebentar lagi ayam rica-rica nya juga mateng, kita mau langsung makan aja ni ? ". Ujar Gaffi dan Zira langsung mengangguk dengan cepat .
Zira membantu Gaffi menyiapkan makanan dimeja makan seraya bibirnya terus tersenyum.
Keduanya duduk dimeja makan , dan Gaffi langsung inisiatif mengambilkan nasi beserta lauk pauk untuk Zira.
" Silahkan tuan putri , makan yang banyak ya " , Ujar Gaffi seraya mengelus kepala Zira yang terbalut hijab .
" Makasih " , jawab Zira tersenyum malu .
Gaffi tersenyum senang , perlahan kini Zira mulai berubah , ia sudah tidak hemat berbicara dan sudah tidak sewot seperti sebelum nya .
Zira tidak langsung makan ia menunggu Gaffi menuangkan nasi dan lauk pauk ke piring nya dan setelah siap keduanya langsung baca doa dan makan secara berbarengan.
" Mmm ayam rica-rica nya juga enak " , puji Zira dengan mulut yang penuh makanan.
" Alhamdulillah , tapi kalau ngomong makanan yang ada dimulut nya telen dulu sayang " , timpal Gaffi lembut.
Zira menunduk malu .
" Udah ayo lanjut lagi makannya dek , tambah lagi kalau mau " , ujar Gaffi tersenyum.
Zira melanjutkan makannya begitupun dengan Gaffi .
Keduanya sudah menyelesaikan makannya , dengan bekerja sama keduanya langsung membereskan meja makan dan mencuci gelas dan piring yang kotor .
" Biar abang yang cuci piring dan gelas yang kotor ya " , tawar Gaffi lembut .
" Makasih Abang " , jawab Zira tersenyum.
Gaffi hanya mengangguk dan tersenyum sebagai jawaban .
Zira membersihkan meja makan, Namun dengan iseng tiba-tiba Gaffi memanggil nya .
" Dek " , panggil Gaffi seraya mencipratkan sedikit air ke wajah Zira .
" Ii Abang " , teriak Zira .
Gaffi terkekeh .
Zira tak mau kalah , ia langsung mendekat ke arah Gaffi dan mencipratkan air ke wajah Gaffi .
" Ehh kamu mulai berani ya dek sama Abang ? " , ucap Gaffi .
" Siapa takut " , jawab Zira menantang.
" Oke " , balas Gaffi , dan ia langsung kembali membalas mencipratkan air ke wajah Zira .
" Abang " , teriak Zira seraya kembali membalas .
Keduanya saling membalas menciptakan air sampai baju yang dikenakan Zira dan Gaffi basah .
" Udah udah abang ampun " , ucap Gaffi nyerah karena kasihan melihat kerudung dan baju Zira yang sudah basah .
" Haha Yee aku menang " , girang Zira .
" Iya iya Abang akui kamu menang , ya udah sekarang kamu ganti baju gih nanti masuk angin lagi " , balas Gaffi perhatian.
Zira menunduk melihat ke arah pakaian nyaa yang basah .
" Ya udah deh kalau gitu Zira ke kamar ya bang " , pamit Zira .
Gaffi hanya mengangguk dan tersenyum sebagai jawaban .
Zira mulai melangkahkan kakinya namun baru saja 2 langkah tiba-tiba Zira terpeleset .
" Dek " , Gaffi bergerak cepat langsung menolong Zira sehingga Zira tidak jadi jatuh ke lantai .
Namun disaat ingin menolong Zira , tiba-tiba saja Gaffi juga ikut terpeleset tapi ia berhasil menarik tangan Zira alhasil Zira jatuh tepat diatas tubuhnya yang kekar.
Untuk beberapa detik keduanya saling diam dan beradu pandangan .
Zira langsung mencoba bangun dengan salah tingkah .
" Maaf dek Abang tidak sengaja, niat hati ingin menolong tapi Abang juga malah ikut terpeleset " , ujar Gaffi takut Zira marah.
" Iya gapapa , kalau begitu Zira masuk kamar dulu " , jawab Zira seraya menundukkan kepalanya.
" Iya hati-hati jalannya dek " , balas Gaffi lagi .
Dengan hati-hati dan perasaan tak karuan Zira sudah berhasil berada dikamar , ia menjadi salah tingkah sendiri dan ada perasaan aneh yang ia rasakan ketika berdekatan dengan Gaffi .
Sementara Gaffi ia langsung membereskan pekerjaan nya mencuci piring dan gelas yang kotor , lalu setelah itu ia mengelap lantai yang basah karena ulahnya tadi dengan Zira .
" Sabar , sabar sedikit lagi pasti bisa " , Gumam Gaffi ketika mengingat kejadian tadi yang membuat jiwa kelakiannya menggebu-gebu.
Gaffi berinisiatif membuatkan minuman hangat untuk Zira karena takut Zira masuk angin , sekaligus untuk dirinya.
Setelah selesai Gaffi membawanya ke kamar untuk dinikmati bersama dengan Zira .
Perlahan Gaffi membuka pintu kamar , dan ia bisa melihat Zira yang tengah duduk dipinggir kasur seraya memainkan ponsel .
" Dek abang buatkan minuman hangat buat kamu biar kamu tidak masuk angin , maaf Abang tadi sudah usil " , ujar Gaffi panjang lebar seraya menyimpan nampan diatas meja dekat tempat tidur .
" Iya gapapa bang , Zira juga minta maaf udah buat Abang basah kuyup " , jawab Zira seraya menatap Gaffi .
" Iya Abang maafin " , balas Gaffi seraya tersenyum.
" Ya udah Abang ganti baju dulu nanti masuk angin lagi " , timpal Zira yang mulai perhatian.
" Kalau ganti bajunya disini boleh ? " , Goda Gaffi .
" Mulai deh " , timpal Zira sewot , namun sebenarnya ia tengah menyembunyikan rona malu diwajahnya.
Gaffi terkekeh, dan ia langsung mengambil baju nya dilemari lalu masuk ke kamar mandi.