NovelToon NovelToon
KAKEK PEMUAS

KAKEK PEMUAS

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: Putri muda

seorang kakek yang awalnya di hina, namun mendapat kesaktian

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri muda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14

Kakek Surya pulang dari warung sore itu sambil memegang gelas berisi kopi. Ia melangkah menuju kos-kosannya dan saat memasuki halaman, ia melihat Aulia sedang duduk bersama Dion di depan teras.

“Lagi cari apa, Pak?” tanya Aulia ramah, sementara Dion mulai melangkah perlahan ke arah kakek Surya.

“Ini tadi beli kopi, Neng,” jawab kakek Surya sambil melangkah pelan menuju tempat duduk di depan kamar kosnya. Dion terus mengikuti dengan langkah pendeknya.

“Kenapa beli, Pak? Kenapa nggak bilang saya saja? Saya ada kopi kok. Besok kalau pengen ngopi bilang aja, Pak,” ujar Aulia menawari.

“Ya, Neng. Ini mumpung tadi keluar. Besok-besok mungkin Bapak akan minta sama Neng Aulia,” jawab kakek Surya.

Dion pun tiba dan langsung duduk di pangkuan kakek Surya. Aulia bangun dari duduknya sambil masih memegang jajanan, lalu melangkah ke arah kakek Surya.

“Dion memang suka sama Bapak, ya? Setiap kali dia melihat Bapak, pasti akan mencari Bapak,” ucap Aulia setelah dekat dengan kakek Surya.

Kakek Surya hanya tersenyum meresponsnya.

“Boleh minta tolong, Pak? Tolong jagain Dion sebentar ya, saya mau menanak nasi dulu,” pinta Aulia.

“Bisa, Neng, bisa. Biarkan Dion sama saya saja. Kalau Neng ada kesibukan lain, lakukanlah! Apalagi Neng kemarin sudah memberi saya makan gratis,” jawab kakek Surya.

“Bapak bisa aja. Sekali-sekali, Pak. Ya kalau gitu tolong jagain Dion sebentar, ya, Pak,” ucap Aulia sambil menyerahkan jajanan Dion pada kakek Surya.

“Iya, Neng. Biar saya jagain. Juga biar saya ada teman main,” jawab kakek Surya.

“Makasih, Pak,” sahut Aulia sambil terus tersenyum ramah, lalu ia melangkah masuk ke dalam kamar kosnya.

Kakek Surya sangat kagum pada pribadi Aulia dan Edi. Mereka tidak seperti Hera maupun Ratna. Mereka tak pernah memandang rendah orang. Itu membuat kakek Surya sangat respect pada pasangan ini. Ia sangat berharap pasangan ini selalu berbahagia walaupun dengan kekurangan materi seperti ini. Walaupun dari cerita Edi bahwa Aulia berasal dari keluarga kaya, namun sikap Aulia yang tak sombong membuat kakek Surya merasa dianggap oleh keluarga ini. Berbeda dengan pasangan Joko dan Ratna, yang selalu memandang rendah orang-orang.

Setelah Aulia masuk kamar, kakek Surya pun bermain dengan Dion.

Tak berapa lama, terlihat Joko dan Ratna keluar kamar kos. Kelihatannya mereka akan berangkat kerja, karena seperti yang kakek Surya tahu, Joko hari ini bekerja shift malam.

“Edi gimana sih, putranya dibiarkan main sama orang tua yang tak bisa menjaga kebersihan seperti itu. Apa tidak takut nanti putranya sakit?” ucap Joko saat ia melihat Dion bersama kakek Surya, ketika ia masih berdiri di depan kamar kos-kosannya.

“Biarkan saja, Mas. Itu bukan putra kita juga. Mungkin mereka ada hubungan darah,” jawab Ratna.

“Ya, Sayang. Siapa juga yang mau ngurusin hal beginian. Mending aku ngurusin yang lain,” jawab Joko ketus.

“Ya sudah, sebaiknya Mas berangkat kerja sana. Nanti telat,” ucap Ratna.

Segala tingkah laku pasangan ini, juga omongannya, terdengar jelas oleh kakek Surya yang masih bermain dengan Dion sambil sesekali menoleh ke arah Joko dan Ratna. Ia sudah biasa dihina dan direndahkan pasangan ini, hanya Ratna yang sekarang tak lagi menghinanya seperti dulu.

“Iya, Sayang. Mas berangkat dulu ya…,” ucap Joko, lalu suami Ratna itu pun berangkat kerja dan diantar istrinya.

Setelah Joko pergi, Ratna pun masuk kamar. Setelah sempat mengirim senyum dan kerlingan mata pada kakek Surya.

Namun tak berapa lama, Ratna kembali keluar kamar. Kini ia sudah berganti pakaian, lalu melangkah ke arah jemuran untuk mengambil pakaian yang sudah kering.

Saat hendak masuk, Ratna—sengaja atau tidak—melangkah mendekat ke arah kakek Surya.

“Saya tunggu. Saya sudah siap,” celotehnya mesra, setelah melihat keadaan sekitar sepi.

Kakek Surya hanya menatap nanar saat Ratna bicara begitu. Melihat tingkah laku Ratna yang memegang pakaian kering di perutnya membuat kakek Surya dapat melihat dengan jelas, bahwa sengaja atau tidak, Ratna mempertontonkan dirinya.

Kakek Surya tahu itu, karena dada Ratna tercetak jelas di bajunya. Melihat itu, kakek Surya langsung menelan salivanya, karena bentuk benda yang pernah dipegangnya itu kini terlihat nyata.

Setelah cukup lama Ratna mempertontonkan hal itu dalam diam, istri Joko itu kemudian pergi ke kamar.

“Mendingan aku menyetrika baju dulu sekarang,” ucap Ratna lalu melangkah masuk kos.

Sedangkan kakek Surya hanya diam, memperhatikan tingkah laku Ratna yang menggoda, sambil menatap nanar dan beberapa kali jakunnya naik turun.

Menit-menit selanjutnya sama seperti kemarin. Edi datang dari kerja dan langsung masuk kamar. Setelah jam cukup sore, Aulia pun memanggil Dion untuk mandi, lalu Dion diantar kakek Surya pulang.

Sesampainya di kosan Edi, kakek Surya dibuatkan kopi lagi oleh Aulia. Kemudian, dua laki-laki itu ngobrol di teras sambil Aulia mengeluarkan makanan untuk kakek Surya dan Edi. Di sela-sela makan, kakek Surya dan Edi terus saja mengobrol. Kedekatan hubungan mereka terlihat seperti ada ikatan darah.

“Kalau begitu, saya pamit masuk dulu, biar bisa Mas istirahat, kan besok kerja. Terima kasih untuk makannya,” ucap kakek Surya saat hari mulai menjelang malam.

“Iya, Pak. Kalau gitu saya juga mau masuk. Sama-sama, Pak. Sebenarnya, Pak, besok-besok kalau tidak ada uang untuk beli makanan, bilang saja biar saya bantu. Saya juga pernah tidak punya uang sama sekali, dan saya mengerti betapa susahnya kalau kita tidak punya uang dan tidak punya pekerjaan,” tambah Edi.

“Iya, Mas. Terima kasih,” jawab kakek Surya.

Saat kakek Surya melangkah ke kamarnya, ia melewati kamar kos Ratna. Entah sengaja atau tidak, saat itu Ratna keluar dari kamarnya. Setelah Edi dan Aulia masuk ke dalam kos, Ratna mendekati kakek Surya.

“Mas, nanti pintunya tidak dikunci ya,” bisik Ratna.

Lalu, dengan cepat Ratna masuk kembali sebelum kakek Surya sempat menjawab.

Mendengar ajakan Ratna, kakek Surya menghentikan langkahnya di depan pintu kos-kosan dan memperhatikan sekitar. Dengan hati-hati, setelah ia memastikan situasi aman, akhirnya ia mengikuti Ratna masuk ke dalam kosnya dengan mengendap-endap, karena istri Joko itu sudah mengundangnya tadi.

Kakek Surya langsung membuka pintu kamar Ratna tanpa mengetuk, mengingat Ratna sudah berpesan bahwa pintunya tidak terkunci. Baru saja kakek Surya menarik pintu kamar kos Ratna, tiba-tiba Ratna langsung memegang tangannya dan menarik tubuh kakek Surya masuk ke kamarnya. Entah sengaja atau tidak, Ratna berdiri di depan pintu, hingga cepat bisa menarik kakek Surya.

Kakek Surya yang sedikit kaget dengan tarikan tersebut hampir saja jatuh, dan secara sengaja atau tidak, malah jatuhnya langsung di pelukan Ratna.

Ratna lantas menyandarkan kakek Surya langsung ke tembok di samping pintu, lalu tangan Ratna perlahan menutup pintu kamar.

“Mas, akhirnya datang juga,” ujar Ratna mesra.

Kakek Surya hanya diam, menatap nanar istri Joko itu.

Entah sengaja atau tidak, atau mungkin karena kakek Surya hanya diam, Ratna semakin mendekat kepadanya. Setelah dua tangan mulus perempuan muda itu diletakkan di bahu kakek Surya, perlahan wajah Ratna mendekat, dan akhirnya terjadi ciuman.

Kakek Surya pun membalas setiap perlakuan istri Joko itu. Mereka berciuman cukup lama, hingga tanpa disadari, tangan kakek Surya bergerak sendiri, mencari sesuatu untuk dimainkan. Entah sengaja atau tidak, tangan Ratna juga kini memegang sesuatu yang perlahan mulai aktif. Tingkah laku Ratna saat itu seperti orang yang kehausan mendapatkan air.

Debaran jantung keduanya sangat keras, karena rasa itu yang meningkat. Setelah cukup lama mereka dalam posisi itu, juga pakaian Ratna sudah tak rapi, tangan kakek Surya langsung masuk ke dalam dan memainkan sesuatu yang biasa ditutup kain. Kelembutan kulitnya sangat kontras dengan telapak tangan kakek Surya yang keriput dan kasar. Gesekan kontras itu membuat mereka berdua merasakan sensasi yang sulit dijelaskan.

Ratna menarik kakek Surya sedikit, dan mereka berdua secara tidak sengaja bergerak menuju ke tempat tidur. Kakek Surya, terdorong oleh gerakan tersebut, terjatuh di atas spring bed yang empuk. Ratna, mengikuti gerakan tersebut, juga merebahkan diri di samping kakek Surya.

Mereka berdua kemudian berbaring, dan kembali saling berpandangan penuh arti. Tangan kakek Surya dengan lembut menyentuh tangan Ratna. Tangan Ratna pun bergerak dengan halus, menyusuri lengan kakek Surya yang keriput.

Bersambung...

1
Haru Hatsune
Cerita yang bikin baper, deh!
Apaqelasyy
Bagaimana cerita selanjutnya, author? Update dulu donk! 😡
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!