Mengetahui kebenaran identitasnya sebagai anak angkat, tak membuat perempuan berumur 18 tahun itu bergeming. Bahkan kematian ibu angkat dan ayah angkat yang mengusirnya dari rumah, tidak membuatnya membenci mereka. Arumi Maharani, gadis lulusan SMA yang dibesarkan di keluarga patriaki itu memilih mencari jati dirinya. “Aku tunanganmu. Maafkan aku yang tidak mengenalimu lebih awal.” Izqian Aksa. Siapa Izkian Aksa? Bagaimana Arumi menjalani kehidupan selanjutnya? Dan akankah pencariannya mendapatkan hasil? Haloo semuanya… ketemu lagi dengan author.. semoga semua pembaca suka dengan karya baru author…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meymei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari Kenalan
“Sampai mana?” tanya Arif.
“Sebentar lagi sampai, Om.”
“Masih ingat rumah Om yang mana?”
“Tentu saja! Aku tinggal mencari gerbang desa dan rumah Om adalah rumah pertama yang ada di sebelah kanan.”
“Asalah kamu lewat jalur Selatan saja. Kalau kamu dari jalur utara, bisa salah rumah nanti.”
“Iya, Om.”
Satu jam setelah panggilan, sebuah mobil terparkir di depan rumah Arif. Arif yang sengaja menunggu di teras, segera berdiri menyambut keponakannya yang datang bersama sang ibu.
Mereka berbincang-bincang karena sudah lama tidak bertemu. Kesibukan dan rumah yang berjauhan membuat mereka hanya bisa bertemu setahun sekali saat berlebaran di rumah orang tua mereka.
Setelah makan siang, Arif membahas keinginan keponakannya yang ingin melamar. Ia mengatakan sejak kunjungannya yang terakhir, ia tidak ada mencari kabar karena kesibukannya. Jadi, ia tidak tahu apakah saat ini anak perempuan itu ada di rumah atau tidak.
“Yang penting mereka sudah tahu, Om. Masalah anaknya, aku akan mendekatinya pelan-pelan.”
“Kamu yakin, Aksa?” tanya sang Ibu.
“Iya, Bu. Aku akan ke sana dan mencari informasi lebih dulu. Jika ada, barulah kita ke sana untuk melamar. Jika tidak berhasil, mungkin belum jodoh.” Kata laki-laki Bernama Aksa.
Izqian Aksa. Anak Tunggal dari pasangan Ayah Taslim dan Ibu Ika yang merupakan kakak dari Arif. Laki-laki itu tidak bisa melupakan janjinya kepada gadis kecil di masa kecilnya.
Sebagai anak Tunggal, tentu kedua orang tuanya mengikuti keinginannya karena menurut Arif, orang tua dari gadis yang disukai anak mereka merupakan pasangan yang baik dan latar belakang mereka juga keluarga terpandang.
Setidaknya, Aksa tidak akan salah jika memilih perempuan dari keluarga seperti itu. Pikir mereka.
Sore itu, Aksa meminjam motor Omnya dan pergi ke lingkungan yang ada di ingatannya. Meskipun sudah banyak berubah, ia masih hafal dengan gang dimana ia bertemu dengan gadis kecil itu dulu.
“Pohon ini sudah tua sekali.” Gumam Aksa.
Pohon asam jawa, dimana ia pertama kali bertemu dengan gadis kecil itu.
“Apa kamu juga sudah dewasa? Apakah kamu masih mengingatku?” batin Aksa.
“Masnya seperti bukan orang sini?” tanya seorang pemuda yang berhenti di tempat Aksa.
“Iya, Mas. Saya keluarga dari Om Arif yang tinggal di dekat gerbang desa.”
“Oh! Keluarganya Pak Arif! Saya Gani, Mas.”
“Aksa.”
“Mas Aksa sedang keliling desa?”
“Tidak, Mas. Sebenarnya saya sedang mencari kenalan.”
“Kenalan?”
“Iya, sudah lama sekali. Jadi saya tidak tahu harus mencari ke mana.” Aksa berbohong demi mendapatkan informasi.
“Kalau boleh tahu, siapa Mas? Semua penduduk desa di sini saya hafal.” Kata Gani dengan percaya diri.
“Anaknya Umi Imamah.”
“Arumi?” tanya Gani dengan nada terkejut.
“Saya tidak tahu namanya, Mas. Saya hanya tahu dia anaknya Umi Imamah.”
“Anaknya Umi Imamah Cuma satu, Arumi.”
“Apa Mas tahu rumahnya?”
“Gimana ya, Mas?” Gani terlihat kikuk.
Setelah menimbang-nimbang, Gani akhirnya mengatakan apa yang ia tahu. Di desanya sedang beredar rumor kalau Arumi diusir dari rumah setelah uminya meninggal dan abinya membawa istri baru masuk ke dalam rumah.
Gani juga mengatakan kalau Arumi sudah meninggalkan desa 2 bulan yang lalu. Aksa terkejut mendengarnya.
“Maaf, apa Mas tahu Arumi ke mana?”
“Tidak ada yang tahu, Mas. Saat berangkat, katanya Arumi pakai mobil jadi tidak ada yang sempat bertanya dia akan ke mana. Kecuali Mas mau bertanya kepada keluarganya atau omnya Arumi.”
“Dimana saya bisa menemukan omnya?”
“Mari saya antar!” Aksa mengangguk dan mengikuti Gani menuju rumah Om Arumi.
“Sore, Om!” sapa Gani.
“Ada apa, Gan sore-sore begini keluyuran.”
“Ini ada yang mencari Arumi, Om. Mas Aksa, ini Om Yanuar omnya Arumi.” Aksa menyalami Om Yanuar.
“Orang sudah diantar, aku balik dulu Om, Mas.”
“Terima kasih.”
“Sama-sana.” Gani pergi meninggalkan rumah Om Yanuar.
Om Yanuar mempersilahkan Aksa duduk dan bertanya ada keperluan apa mencari keponakannya.
Aksa menjelaskan maksudnya dan mengatakan kalau ia sebelumnya telah meminta omnya untuk melamarkan anak Umi Imamah. Tentu saja Om Yanuar terkejut karena beliau tidak ada mendengar masalah Arumi dilamar.
“Kapan ommu datang?”
“Setengah tahun yang lalu, Om.” Jawab Aksa.
Setengah tahun yang lalu? Arumi tidak ada mengatakan apapun mengenai lamaran. Dan setengah tahun yang lalu adalah sebulan sebelum Umi Im meninggal. Apakah Aji menyembunyikannya? Begitu pikir Om Yanuar.
“Arumi tidak ada di sini dan Mbak Imamah sudah meninggal.”
“Iya, saya tahu dari Mas Gani.”
“Apa kamu akan melanjutkan niatmu melamar Arumi?”
“Tentu saja!”
“Apa yang membuatmu melamar Arumi? Aku lihat, kamu bahkan tidak mengenalnya dan pasti kamu tidak tahu wajahnya bagaimana.” Aksa tersenyum kecut sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
Ia hanya mengandalkan ingatan dan janjinya. Tentu saja ia tidak tahu bagaimana wajah Arumi. Dan mengapa ia hanya tahu anak dari Umi Im, itu karena dulu Arumi tidak pernah menyebutkan namanya. Arumi hanya mengatakan jika dirinya anak dari Umi Imamah.
Aksa memasrahkan semuanya kepada Allah, tetapi ia tetap ingin berusaha. Makanya ia meminta omnya untuk melamarkannya dan ia datang sendiri sekarang.
“Dulu sewaktu masih kecil, saya pernah berjanji jika sudah dewasa akan mencarinya.” Jujur Aksa.
“Apa yang bisa kamu pegang dari perkataan anak kecil? Mungkin saja Arumi sekarang sudah tidak mengingatmu.”
Aksa juga pernah mempertimbangkannya. Kemungkinan gadis kecil di masa kecilnya akan melupakannya. Tetapi ia tidak menyerah hanya karena ia dilupakan. Ia akan tetap memenuhi janjinya.
Om Yanuar yang melihat ketulusan Aksa, menghembuskan nafas dalam. Mungkin semuanya sudah diatur oleh Allah. Dengan nada tegas, Om Yanuar meminta Aksa untuk menyelesaikan urusannya dengan Abi Arumi.
Jika urusan selesai, barulah Om Yanuar akan menceritakan semuanya dan mengatakan dimana Arumi. Aksa menganggukkan kepalanya dengan mantap dan mengatakan akan menemui Om Yanuar setelah semuanya teratasi.
“Arumi anak yang baik, Allah pasti menyiapkan yang terbaik untuknya.” Gumam Om Yanuar kala melihat Aksa meninggalkan halamannya.