Pertemuan singkat yang tak disengaja itu yang akhirnya menyatukan Nabilla dan Erik, tanpa rencana apa pun dalam pikiran Nabilla tentang pernikahan namun tiba-tiba saja lelaki asing itu mengajaknya menikah.
Lamaran yang tak pernah dibayangkan, tanpa keramaian apapun, semua serba tiba-tiba namun membawa kebahagiaan.
Pertemuan menyebalkan itu telah membuat Nabilla dan Erik terikat seumur hidup, bahagia hanya itulah yang mereka rasakan.
Merangkai kisah rumah tangga yang bahagia meski selalu ada saja masalah, Erik dan Nabilla menciptakan kisah bahagianya sendiri di tengah gangguan menyebalkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vismimood_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salah Sasaran
Nabilla dan mereka semua masih berkumpul di gedung, kini mereka sudah duduk membentuk lingkaran. Tangis Nabilla akhirnya berakhir setelah cukup lama, ini memang mengharukan tapi juga hanya harus diterima.
"Jadi hasil akhir?" Tanya Dena.
"Aku mau tema ini saja, pakai bunga segar." Ucap Nabilla yakin.
Pernikahan dengan tema Rustic dipilih Nabilla, dengan dekor yang serba kayu, dedaunan dan bunga segar itu adalah mimpi pernikahan Nabilla yang sempat hinggap dibenak masa kecilnya dulu. Erik sangat tak keberatan, ia mengikuti semua keinginan Nabilla, menyetujui semua pilihan Nabilla, bagi Erik yang terpenting adalah wanita itu menjadi istrinya.
"Gaunnya deal?"
"Deal."
"Baiklah, akan aku siapkan. Waktunya sudah sepakat?"
Nabilla melirik Erik, benar juga mereka sudah siapkan ini semua sedangkan tanggal pernikahannya pun belum ada. Mendapat tatapan dari Nabilla hanya membuat Erik tersenyum, bukankah sudah Erik katakan dan tentu saja akan tetap sama.
"Kamu-"
"Kita." Sela Erik.
"Kita sudah sepakat dan sudah yakin, jadi untuk apa ragu?" Tambah Erik.
"Ok, aku langsung masukan jadwal ya. Terimakasih sudah percaya dengan jasa ku, Tyas semoga nanti kamu juga puas."
Tyas mengangguk, selama ini Tyas tidak pernah mendengar ada komplen dari semua yang pernah memakai jasa Dena. Seharusnya untuk Nabilla pun Dena bisa melakukan yang terbaik, setidaknya bisa memuaskan Nabilla dan Erik meski tidak untuk Tyas sendiri.
Semua sudah jelas, pertemuan ini langsung mendapatkan hasil akhir yang sempurna. Nabilla dan Erik ternyata tidak neko-neko, mereka menentukan pilihan tanpa perdebatan apa pun juga.
"Kalau gitu kami pamit ya, sampai ketemu lagu nanti. Kalau ada apa-apa kabari saja, jangan sungkan kalau mau nambah sesuatu."
"Aman." Sahut Tyas.
Mereka akhirnya berpisah dan akan kembali bertemu beberapa hari lagi, Nabilla tersenyum dan kembali memeluk Tyas. Ini sangat menyenangkan untuk awal, semoga saja semua akan lancar sampai akhir nanti.
Tak bosan Nabilla terus berterimakasih pada mereka semua yang sudah sangat membantu, hingga akhirnya mereka berpisah untuk urusan masing-masing. Erik tentu saja mengantarkan Nabilla terlebih dahulu, Tyas juga langsung pulang diantarkan Daniel, mereka benar-benar berpisah.
"Mereka yang memaksa bukan aku yang minta." Ungkap Erik selagi menyetir.
"Harusnya tidak seperti itu, kenapa jadi mereka yang repot."
"Mereka yang mau, jadi biar saja nanti kalau mereka menikah ya kita tinggal bayar balik. Gitu kan bisa."
Nabilla mengangguk saja setuju dengan itu, lagi pula tadi mereka sudah menolak keras jika pemberiannya itu dikembalikan. Sebaik itu ternyata teman-teman Erik, Nabilla jadi semakin bersyukur karena hidup dikelilingi orang baik.
Sampai di tempat Nabilla, keduanya terkejut melihat orang tua dan kakak Nabilla di sana. Erik yang berniat hanya mengantarkan pun ikut turun, meski sebentar tapi Erik berusaha menyempatkan diri menemui keluarga Nabilla.
"Ibu, Bapak."
"Lama sih kamu!" Ucap Salsa ketus.
Nabilla menggeplak legan Salsa asal dan langsung memeluk kedua orang tuanya, Erik juga melakukan hal sama termasuk pada Salsa. Tingkah Erik yang mengikuti Nabilla memukul Salsa mengundang tawa mereka ketika melihat ekspresi tak percaya dari Salsa, berani sekali Erik melakukan itu padanya.
"Biar akrab." Aku Erik santai.
Salsa justru mendelik dan membalas dengan memukul Nabilla, nyaris saja dua bersaudara itu ribut di depan mereka. Beruntung Arya segera memisahkannya, begitulah jika Salsa dan Nabilla bertemu selalu diisi dengan keributan kecil.
"Aku langsung pulang ya."
"Kok gitu, ayo mampir dulu." Ajak Rosi.
"Tida, terimakasih. Ada yang harus dikerjakan di rumah."
"Sayang sekali, tapi terimakasih sudah antarkan Nabilla pulang."
Erik mengangguk lantas pamit dan pergi meninggalkan kediaman Nabilla, seperginya Erik Nabilla kembali memeluk orang tuanya. Padahal baru beberapa waktu lalu mereka bertemu, tapi rasa rindu Nabilla sepertinya sudah menggunung lagi.
Segera Nabilla mengajak mereka untuk masuk, kasihan sekali mereka sudah menunggu Nabilla lama. Kunci rumah selalu Nabilla bawa sehingga mereka kesulitan masuk, lagi pula kenapa mereka tidak mengatakan jika akan datang.
"Heh Nabilla."
Suara itu berhasil menghentikan mereka semua, sesaat mereka melirik Nabilla yang tampak malas melihat wanita itu. Padahal Nabilla sudah katakan untuk tidak mengganggunya lagi, kenapa Kia masih saja datang sekarang.
"Kenapa lagi?" Tanya Nabilla.
Tak menjawab Kia justru tersenyum, senyuman itu tidaklah tampak indah karena senyuman yang menunjukan kejahatannya. Salsa mulai berpikir jika mungkin Nabilla punya musuh sekarang, dan wanita itu adalah musuhnya Nabilla.
"Kenapa?" Tanya Nabilla lagi.
"Bahagia?" Tanya balik Kia.
"Apa?"
Tanpa basa-basi Kia mendekat dengan tangan yang menggenggam botol, begitu saja Kia menyiramkan cairan bening itu.
"Aaa!" Jerit Salsa.
Kia sontak mundur saat sadar telah mencelakai orang lain, Salsa menjerit sakit ketika punggungnya mendapat siraman air keras dari Kia. Salsa kalang kabut berusaha menghilangkan rasa sakitnya, mereka yang melihat itu turut panik dan berusaha menenangkan Salsa namun tidak bisa.
"Kia!" Teriak Nabilla ketika Kia justru kabur.
"Sakit!" Jerit Salsa histeris yang berhasil mengurungkan niat Nabilla untuk mengejar Salsa.
*
Tyas rupanya masih bertahan di tempat Daniel, entah kenapa sepasang kekasih itu seperti enggan berpisah meski sebentar saja. Namun tetap keduanya masih tidak niat untuk menikah, mereka sama-sama ingin menikmati kebebasan tanpa ikatan sakral apa pun.
"Sayang, makan." Ucap Tyas seraya menyimpan pizza yang baru saja datang.
"Wah masih hangat."
"Panas Yang."
Daniel tersenyum dan mengambil potongan pizzanya, Daniel melahapnya begitu saja. Pizza itu adalah rasa kesukaannya, Tyas memang pengertian selalu memesan makanan yang Daniel inginkan.
"Enak?"
"Tentu saja, ayo makan."
Tyas turut mengambil satu potong pizzanya, keduanya menikmati hidangan kecil itu dengan candaan. Hal yang membuat Tyas nyaman dengan Daniel adalah lelaki itu selalu bisa membuat Tyas tertawa, Daniel selalu bisa menjaga mood Tyas yang kerap kali berantakan.
"Sayang, kita ke Mall yuk."
"Mau beli apa lagi?"
"Kita beli pakaian buat nikahan Erik sama Nabilla nanti."
"Kan sudah disiapkan bareng pengantinnya."
Tyas mengangguk, memang benar Dena sudah siapkan pakaian untuk mereka juga. Tapi Tyas tetap ingin beli sendiri untuk ganti nanti, tidak mungkin mereka memakai pakaian sama di acara berbeda.
Daniel menurut saja mengikuti kemauan Tyas, mereka hanya pergi ke Mall dan Daniel juga sedang kosong. Mereka semangat menghabiskan pizzanya cepat agar bisa segera pergi, Daniel mengaku ada urusan malam nanti sehingga urusannya dengan Tyas harus selesai lebih cepat.
"Ayo."
"Iya."
Daniel menghabiskan minumannya terlebih dahulu selagi Tyas mengoreksi kelengkapan isi tasnya, keduanya lantas bangkit dan berlalu meninggalkan rumah Daniel. Setelah memasuki mobil, ponsel Tyas berdering dan ternyata panggilan dari Nabilla.
"Em padahal baru pisah sebentar saja."
"Siapa?"
"Nabilla, aku jawab ya."
Daniel mengangguk saja dan memilih fokus menyetir, Tyas juga sengaja me loudspeaker panggilannya agar Daniel bisa mendengarnya.
"Ha-"
"Erik, Erik Ka Salsa. Ka Salsa!" Ucap Nabilla panik.
Tyas mengernyit dan melirik Daniel yang juga melirik kearahnya, ada apa dengan Nabilla kenapa seperti itu.
"Billa, kamu kenapa. Ini aku Tyas, kayaknya kamu salah nomor deh."
"Tyas, Tyas Kak Salsa masuk Rumah Sakit. Kia, dia sudah dengan sengaja mencelakai Kak Tyas."
"Apa?"
*
Cukup lama waktu terlewati akhirnya rombongan Erik datang lengkap dengan orang tua Erik juga, mereka sudah mendengar kabar itu dari Tyas. Mereka menemui Nabilla dan orang tuanya disana, mereka tampak menangis tak berdaya.
"Nabilla." Panggil Tyas.
Segera Nabilla bangkit dan memeluk sahabatnya itu, Nabilla benar-benar menangis sekarang setelah berusaha kuat di depan orang tuanya. Orang tua Erik tampak berusaha menenangkan orang tua Nabilla saat ini, mereka begitu tampak menyedihkan.
"Sabar, gimana sudah selesai penanganannya?"
"Sudah, Dokter bilang luka bakarnya cukup parah."
"Ya Tuhan, kenapa bisa sih."
Nabilla mengurai pelukannya, ia menceritakan semuanya tanpa kebohongan. Nabilla mengatakan jika Kia tiba-tiba datang dan menyiramkan air keras itu, Nabilla yakin jika itu ditujukan untuk dirinya, namun salah sasaran karena Salsa lebih dulu menghalanginya.
Sekarang Salsa jadi ada dalam perawatan medis karena ulah Kia, ekspresi mereka tampak kompak. Benar-benar tak sangka dengan ulah Kia yang senekad itu, orang tua Erik pun tampak marah dengan apa yang didengarnya dari Nabilla.
"Aku yakin Kia berniat melukai aku, dia menyerang aku dari depan. Dia pasti mau siramkan itu ke wajah aku, aku yakin itu."
"Sudah, kamu tenang dulu. Kita selesaikan ini sama-sama ya, tenang dulu."
Revan tampak berlalu begitu saja meninggalkan mereka, kepergian Revan membuat mereka heran karena tak ada kata apa pun. Erik terlihat mengusap wajahnya prustasi, Erik memang lega karena Nabilla baik-baik saja, tapi Kia sudah membuat Nabilla seperti ini jelas saja Erik sangat tidak terima.