Entah nasib sial, atau memang sudah menjadi takdir dari seorang Zakiya Alarice. Kedua kabar buruk menimpanya dalam satu waktu, yang pertama kabar kebangkrutan keluarganya hingga ia kehilangan semua aset-aset berharganya, dan yang kedua kabar penangkapan kakaknya yang selama ini menjadi satu-satunya pelindung untuknya karena kasus pembunuhan.
Kia yang selama ini hanya tahu tentang bersenang-senang, tiba-tiba dihadapkan pada masalah yang rumit. Tanpa tahu apa yang harus ia lakukan untuk mengembalikan kekayaannya dan juga menolong kakaknya.
Disaat kebingungan itu, Kia menemui seorang pengacara atas perintah kakaknya. Namun, sang pengacara justru meminta dirinya untuk menjadi istri sirri sebagai imbalan untuk penyelesaian masalahnya.
Maukah Kia menjadi istri sirri sang pengacara?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon annin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.14
Hari pertama kerja membuat Kia benar-benar merasa lelah, jam setengah dua belas dia baru sampai di rumah. Tadi Kia dijemput oleh Pak Hamid, supir pribadi Satria.
Kia langsung membersihkan dirinya, berniat untuk segera istirahat. Namun, rasa jengkel yang ia bawa dari tempat kerja masih membuatnya kesal. Untuk pertama kalinya dia dimarahi habis-habisan oleh orang lain tanpa bisa membalasnya hanya karena memecahkan piring.
"Aaaaargh!!!" teriak Kia di depan cermin kamar mandi, meluapkan emosinya.
Kia mengingat bagaimana pria kemayu bernama Beny, yang merupakan leadernya, telah memarahinya hingga memakinya karena memecahkan sebuah piring. Kia tak habis pikir, kalau sekarang ia harus diam saja ketika ada orang yang memarahinya karena tidak bisa mencuci piring.
Bukan Kia takut pada Beny, tapi Kia masih ingat pesan Wira sebelum ia pergi. Kia tidak boleh mengatakan statusnya sebagai anak dari Surya Atmadja apalagi soal status barunya yang sudah menjadi istri dari Satria Anggar Buana. Wira juga berpesan, agar Kia tidak bersikap arogan pada siapapun di restoran ini. Menjadi gadis baik dan penurut adalah keinginan Satria yang disampaikan lewat Wira.
Kia tersadar dari lamunannya, ketika mendengar bunyi ketukan pintu. Kedengarannya ini bukan hanya diketuk, tapi lebih ke arah digedor.
Dengan malas Kia membuka pintu kamar mandi, terlihat suaminya berdiri menatap Kia seolah menyelidik.
"Apa kamu baik-baik saja?" Satria memegang bahu Kia memastikan keadaan Kia.
"Tidak!!!" Kia memutar bola matanya malas. Menghempaskan tangan Satria yang memegang bahunya. Kia segera berlalu dari kamar mandi dan menjatuhkan dirinya di ranjang.
"Kamu lelah?" tanya Satria yang ikut duduk di tepi ranjang.
"Kamu masih bertanya apakan aku lelah?!" jawab Kia dengan ketus, ia masih tak merubah posisinya.
"Ya, aku lelah. Bahkan sangat lelah! apa maksudmu menyuruh ku bekerja? Sebenarnya kamu mau membantuku atau menyiksaku? kalau mau membantu jangan setengah-setengah!"
"Tentu saja aku akan membantumu, kalau aku tidak ingin membantumu, mana mungkin aku menyuruhmu bekerja di sana. Lagipula kamu istriku sekarang."
Kia bangun dari tidurnya, dia duduk menatap Satria. "Kalau kamu bilang aku istrimu, lalu kenapa kamu menyuruhku bekerja!" protes Kia. Sudah dari tadi sore dia ingin menanyakan hal ini pada suaminya ini.
"Apa salahnya dengan bekerja? dengan bekerja di sana kamu bisa membebaskan kakakmu juga bisa merubah kepribadian burukmu. Selain itu kamu akan menemukan teman baru juga pengalaman baru."
"Aku tidak butuh teman baru, tidak juga dengan pengalaman baru! Aku hanya membutuhkan hidup ku yang dulu!" Kia tak bisa menyembunyikan kekesalannya.
"Kalau kamu inginkan kehidupanmu yang dulu, bekerjalah dengan baik."
"Aku tidak ingin lagi bekerja di sana!" teriak Kia.
"Kalau kamu mau kakakmu itu segera bebas, turuti apa yang aku perintahkan. Jangan membantah apa yang kukatakan, karena seorang istri harus menurut kata suaminya."
Setelah mengatakan itu Satria berajak pergi meninggalkan kamar mereka. Kia tidak peduli mau kemana pria itu, rasa jengkelnya membuatnya ingin tidur saja.
Kia mendengkus kesal.
Gila aja, apa ini yang disebut pernikahan? istri harus menurut pada suami, suami yang memaksa istrinya bekerja. Oh ... Ya Tuhan, apa aku salah mengambil langkah dengan menikahinya. Atau dia sengaja ingin menyiksa ku, karena aku belum mau ia sentuh.
🍁🍁🍁🍁
Kia memulai paginya seperti biasa, pergi ke kampus dan sore harinya pergi kerestoran untuk bekerja. Entah apa yang dipikirkan pria itu, kenapa dia ingin sekali menyiksa Kia.
Tak ingin tersiksa dengan pekerjaan mencuci piring, Kia memutuskan untuk kabur saja. Dia tidak datang ke restoran untuk bekerja, Kia justru mengajak Shila untuk jalan-jalan. Setelah berjam-jam berada di Mall, Kia menyuruh Shila pulang.
"Beneran kamu aku tinggal sendirian di sini?" tanya Shila.
"Beneran lah, udah pulang duluan aja sana. Aku akan menghabiskan waktu ku dulu di sini." Kia mendorong tubuh Shila yang seakan tidak rela harus meninggalkan sahabatnya itu sendirian di Mall.
Kalau kejadian seperti ini terjadi sewaktu Kia masih berstatus nona muda, Shila tak akan sekhawatir ini. Karena jika Kia yang dulu ditinggalkan di Mall pasti akan ada pelayan yang mengikutinya, dan pastinya Kia tidak akan takut kehabisan uang.Tapi sekarang keadaannya berbeda, Kia hanya punya uang jatah harian seratus ribu saja.
Dan tadi Shila sudah menawarkan untuk meminjaminya uang, karena kalau di beri pasti Kia tidak mau. Pinjaman itu pun Kia tolak.
Dengan berat hati Shila meninggalkan Kia sendirian di Mall. Kia berniat menghabiskan waktunya sampai Mall itu tutup, lalu pergi ke restoran untuk menunggu jemputan seperti kemarin.
Kia kembali membawa langkahnya untuk berjalan menyusuri setiap toko yang ada di Mall itu, tanpa ingin membeli. Saat berada di sebuah outlet dengan merk terkenal, Kia yang sedang melihat-lihat gaun ditegur seseorang yang menepuk pundaknya.
"Kia," sapa orang itu.
Kia membalikkan tubuhnya menatap siapa yang tengah memanggilnya. Seketika tubuh Kia menjadi beku. Orang yang di depannya ini adalah Boy, mantan pacar Kia. Yang Kia putuskan karena diam-diam Boy menduakan Kia. Kia malas sekali harus bertemu mantan, terutama boy yang pasti akan menghinanya setelah tahu keadaan Kia sekarang.
"Eh ... Boy, apa kabar?" tanya Kia basa-basi.
"Seperti yang kamu lihat, aku baik. Bahkan lebih baik sejak putus dari kamu. Aku mendapatkan pengganti yang tidak sok alim kayak kamu," jawab Boy, sengaja mengungkit masa lalu.
"Aku memang pantas sok alim, karena aku tidak sama dengan wanita-wanita murahanmu itu! lagipula pria murahan memang pantas untuk wanita murahan!" Kia memutar tubuhnya lagi hendak meninggalkan Boy, namun Boy yang terlanjur tersulut amarahnya karena ucapan Kia langsung mencekal tangan Kia.
"Jangan jadi sok cantik dan arogan, karena semua itu sudah tidak pantas untukmu!" Boy berbicara dengan nada yang menekan setiap katanya, selain agar tidak menimbulkan keributan dia juga ingin membalas kata-kata Kia.
Kia menghempaskan cekalan Boy. "Aku memang cantik, karena itu aku pantas bersikap arogan. Apalagi dengan pria murahan seperti mu!"
Boy makin emosi mendengar celaan Kia, dia mengangkat tangannya untuk menampar Kia. Namun belum sampai tangan itu mendarat dipipi Kia, ada yang lebih dulu menahannya.
Boy langsung menoleh ingin tahu, siapa yang sudah berani mencampuri urusannya. Nampak sosok berbadan tegap dan tampan berdiri di samping Kia.
"Siapa kamu, berani ikut campur urusan orang!" tanya Boy mendelik marah.
"Bagaimana tidak ikut campur, kalau kamu mau melakukan kekerasa pada kekasihku," jawab pria itu enteng.
Kia melongo kaget mendengar apa yang pria itu ucapkan, tiba-tiba saja dia datang dan mengaku sebagai kekasihnya.
"Jangan coba-coba ganggu kekasihku, apalagi berusaha untuk menyentuhnya. Karena aku pasti akan membuatmu menyesal!" ancamnya pada Boy.
"Ayo sayang!" Pria itu menarik pinggang Kia dan membawanya pergi dari Boy.
Kia yang merasa sudah terselamatkan, membiarkan saja dirinya dibawa oleh pria yang tak ia kenal. Hingga saat sudah jauh dari Boy, dengan kasar Kia melepaskan tangan yang merangkul pinggangnya.
"Maaf," ucap pria itu saat sadar akan ketidak sukaan Kia.
"Siapa kamu, yang jadi sok pahlawan. Aku tidak butuh bantuanmu, aku bisa mengatasi masalahku sendiri," ucap Kia.
"Maaf, aku tidak bermaksud ikut campur. Hanya saja aku tidak suka jika ada orang yang berlaku kasar pada wanita. Jika kamu tidak suka, ayo kita kembali dan bilang kalau aku bukan kekasihmu." Pria itu kembali menarik tangan Kia hendak membawanya kembali pada Boy.
Namun Kia mengibaskan tangannya. "Dan aku lebih tidak suka lagi jika ada yang membawaku kembali dalam masalah," ucap Kia.
"Terima kasih, lain kali aku akan mentraktirmu."
"Kenapa tidak sekarang saja?" pinta pria itu.
"Aku belum gajian."
Pria itu tertawa mendengar pengakuan Kia. "Baiklah, aku tidak akan minta yang mahal. Kalau sekedar beli minuman masih bisa, kan?" ucapnya.
Kia menyetujui permintaan pria itu sebagai ucapan terima kasih. Mereka pun pergi ke sebuah cafe di Mall itu.
"Perkenalkan, namaku, Juna." Juna mengulurkan tangannya pada Kia.
"Kia."
Setelah perkenalan itu mereka berdua ngobrol sambil menikmati minuman yang mereka pesan. Kia juga mengatakan keinginannya untuk berada di Mall ini sampai tutup.Dan Juna bersedia menemani Kia.
"Aku antar, ya," tawar Juna.
"Tidak, terima kasih. Aku harus pulang sendiri aku tidak mau dimarahi orang rumah."
"Kapan-kapan boleh kan kita jalan?"
Kia tersenyum sebagai jawaban. Setelahnya Kia naik ojek untuk pergi ke restoran tempatnya bekerja.
Tak lama Kia menunggu di restoran, Pak Hamid pun datang untuk membawa Kia pulang.
Sesampainya di rumah, Satria sudah duduk di sofa ruang tamu sedang membaca macbooknya. Menunggu Kia.