Jalinan Cinta Mantan Mafia

🌙🌙🌙

Melati melirik kesal. Suka sekali Kakaknya ini mengomentari orang. Seperti dirinya sangat perhatian sekali.

"Setidaknya dia mau membelikan ku makanan. Tidak seperti Kakak yang.." Kata Melati tapi terpotong.

"Sudah. Berhentilah menyindir ku. Aku melakukan ini agar kamu sadar. Tidak baik mengejar suami orang terus-menerus".

"Kalau begitu jangan selalu mengomentari tindakan Kak El" Tukas Melati.

"Iya, iya " Putus Saga. Sebenarnya ia mau menggoda Melati lagi. Tapi kasihan juga.

Melati melihat Saga dari kemarin rasanya aneh. Kakaknya berubah seperti dulu lagi. Yang ia kenal sangat jahil. Tidak seperti Saga yang suka marah-marah beberapa waktu ini.

"Ayo makan. Ini makanan yang dibelikan suami kamu". Kata Keyla membawa sepiring nasi lengkap dengan lauk dan sayurnya.

"Makasih Kak". Kata Melati. Ia meletakkan piring diatas pangkuannya dan mulai makan.

Keyla juga membawa kan segelas air putih dan kantung obat miliknya.

"Ini obat kamu, kan ?" Tanya Keyla. Melati hanya mengangguk.

Kemudian Keyla mengeluarkan satu persatu obat yang harus diminum Melati dan meletakkan nya disebuah wadah kecil.

"Apa kata Dokter tentang kaki kamu ?" Tanya Keyla.

"Ada patah sedikit. Tapi tidak perlu operasi. Tadi malam aku jatuh saat mandi. Mungkin yang tertabrak itu terbentur kloset dengan keras". Jelas Melati.

"Hem enak sekali suamimu ya. Sudah menabrak mu, bisa menikahi mu pula". Ujar Saga menyela.

"Tolong dikoreksi. Kakak yang memaksa kami menikah. Jadi jangan mengarang cerita yang tidak perlu ". Gerutu Melati. Ia sangat kesal dengan Kakak nya itu.

"Sudah jangan dengarkan dia. Ayo lanjutkan makan". Kata Keyla menengahi perdebatan Kakak beradik itu.

...

Gabriel yang sedang memeriksa CCTV di dalam Apartemen nya, untuk melihat apakah Melati sudah makan atau belum dibuat kesal oleh ucapan Kakak iparnya yang sangat menjengkelkan itu.

Seenaknya saja mengomentari nya. Dia pikir dia siapa ?

"Apa hebatnya pria itu selain kaya ? Yaa.. tampan juga". Gerutu Gabriel.

Kemudian ia melanjutkan pekerjaannya. Memeriksa berkas-berkas yang akan menghasilkan banyak kekayaan untuk nya.

Gabriel bekerja sangat tekun. Walau awalnya ia merasa kebingungan, tapi dengan bantuan Arya semuanya bisa ia atasi.

Ia bertekad harus menjadi kaya dan kelak akan membangun panti asuhan yang bisa menampung banyak anak. Tentu semua itu membutuhkan biaya.

Perasaan bersalah yang setiap waktu sering membayangi nya, membuat Gabriel mengalami gangguan PTSD. Yaitu Gangguan kecemasan yang membuat penderitanya teringat pada kejadian traumatis.

Ia akan merasa gelisah bila melihat anak kecil atau seorang wanita yang merasa kesakitan. Entahlah ia sendiri tidak mengerti kenapa dirinya begitu.

Beberapa waktu lalu Gabriel pernah berkonsultasi dengan ahli nya. Tentu saja ditemani oleh Arya.

Dokter mengatakan mungkin saja Gabriel mengalami trauma di masa lalu. Saat Dokter menanyakan apa yang menimpanya, Gabriel dengan rapat menutup mulutnya. Tidak mungkin ia mengatakan ia adalah mantan mafia yang sering melenyapkan banyak orang. Dan terakhir mengebom sebuah panti asuhan yang terdapat banyak anak dan para pengurusnya.

Hingga akhirnya Dokter hanya memberikan obat penenang dalam dosis yang kecil. Dan berpesan pada Gabriel untuk menjauhi hal-hal yang menyebabkan trauma itu kambuh.

Tok tok

Sebuah ketukan pintu terdengar kemudian masuklah Arya.

"Tuan, ini Anda dapat undangan dari klien". Kata Arya meletakkan undangan berwarna gold mewah.

"Undangan apa ?" Tanya Gabriel masih fokus dengan laptopnya.

"Pernikahan putrinya Tuan Samudra. Satu minggu lagi. Mau datang tidak Tuan ?"

"Tidak. Kamu saja yang pergi. Ajak Fira sekalian ". Jawab Gabriel. Fira adalah sekretaris Gabriel.

"Yang diundang kan Tuan. Kenapa saya yang datang. Ngajak Mak Lampir pula". Gerutu Arya sebal.

"Ya kalian mewakili ku".

Arya melirik kearah laptop Gabriel apa kira-kira yang dikerjakan Tuan nya sampai tidak melihat kearahnya.

Ternyata Gabriel asik bermain game yang baru saja dikembangkan. Tapi belum di launching.

"Tuan, tentang istri Tuan..." Kata Arya.

Seketika Gabriel menghentikan aktivitasnya dan melihat kearah Arya.

"Kamu sudah dapat informasi nya ?" Tanya Gabriel antusias. Entah apa yang membuat nya seantusias ini.

Arya menggeleng. " Seperti yang saya duga. Kalau keluarga Mahesa tidak bisa ditembus data-datanya. Kalau rumah nya saya tau Tuan".

"Huh". Gabriel menghela nafas berat. Ia hanya ingin tau kenapa orang yang bernama Saga Mahesa itu memaksanya menikahi adiknya.

Memang ia akui ia tampan dan berkarisma. Kuat pula, sangat bisa diandalkan untuk menjaga dan melindungi Melati. Tapi untuk kuasa dan kekayaan ia kalah jauh.

Memikirkan Melati ia tiba-tiba merasa gelisah. Mungkin gangguan trauma nya kambuh. Ia merasa bersalah membuat perempuan itu harus duduk di kursi roda.

Apalagi saat ia mengecek cctv tadi ketika Saga menyalahkan nya, tapi Melati menutupi nya dan mengatakan bahwa itu keteledorannya sendiri.

"Yasudah, kembalilah bekerja. Aku nanti pulang saat makan siang".

"Baik, Bos. Suka-suka anda". Ucap Arya meninggalkan ruangan Gabriel.

Di depan ruangan ia melihat Fira yang asik berdandan. Ia bahkan bersandar di depan pintu.

Fira yang fokus berdandan tiba-tiba terkejut saat melihat ada orang lain dibelakang nya dari bayangan kaca bedaknya.

"Ih Pak Arya. Ngagetin aja. Kenapa diam-diam begitu ? Terpesona ya ". Suara cempreng Fira mulai terdengar.

"Terpesona apanya ? Kerja, dandan mulu. Tidak ada bedanya tau". Ejek Arya. Senang sekali Arya menggoda sekretaris itu. Dan Fira juga orangnya sebenarnya asik, tidak baperan dan tidak berusaha menggoda bos nya. Ia juga pintar makanya Gabriel menyukai cara kerjanya.

Meskipun ia suka berdandan, tapi Gabriel tidak mempermasalahkannya. Bahkan Gabriel pernah memberinya hadiah satu set make up terkenal karena berhasil menggaet kerjasama dengan klien luar negeri.

"Kerjaan ku tinggal dikit. Jadi aku awet-awet biar tidak cepat habis". Jawa Fira.

Arya menggelengkan kepalanya. Ada saja alasan yang dipakai Mak Lampir ini. Tapi memang Fira adalah orang yang kompeten.

"Kalau begitu bantu aku menyelesaikan pekerjaan ku. Nanti aku traktir makan siang".

"Oke Pak Arya". Jawab Fira semangat sambil membereskan alat make up nya.

Ia mengikuti Arya menuju ruangannya yang bersebelahan dengan ruang Gabriel.

Gabriel yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala. Kedua bawahan nya itu memang aneh. Suka sekali bertengkar, tapi kemudian tiba-tiba akur lagi.

Gabriel tau semua itu karena ruangan Gabriel terbuat dari kaca yang otomatis yang bisa menjadi menjadi buram jika di kontrol dari dalam ruangan.

🌙🌙🌙