“Arghhhhkkkk mayaaaat!!!’’
Tumini yang sedang mencari rumput untuk makanan ternaknya, tiba-tiba saja mencium aroma busuk dari sekitarannya. Dia yang penasaran meski takut juga memberanikan diri masuk ke kebun lebih dalam.
Saat asik mencari sumber bau busuk, Tumini di buat shock berat karena melihat mayat yang menggantung di pohon cengkeh.
Bagian dada kiri terdapat luka bolong lumayan besar, bagian kaki terus mengucurkan darah, mayatnya juga sudah tidak di kenali.
Apa yang terjadi di kampung Kabut Surem? akankah kematian misterius bisa terpecahkan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juniar Yasir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Harimau
Ambar yang mendengar nama Mendiang Eyang nya yang di sebut, tentu terkejut. Ada rasa tak terima juga di hati, tapi mau melawan nanti di anggap kurang ajar pula. Memang serba salah pastinya jika menghadapi rombongan julid ini.
"Eh Ndak gitu juga. Mana mungkin lah keturunan Eyang Gayatri begitu. Kalian apa lupa jika kesusahan dulu, kalian akan meminta tolong pada nya!’’ Tari menyambar. Dia baru saja tiba bersama Yati. Kedua ini anggota julid juga.
"Iya. Coba kalian pikir, itu meninggalnya bergantungan di Kebun Pak lek Sardi. Bisa jadi kan memang beliau bersangkutan’’ ujar Yati.
.
Plakkkk
“Jangan asal ngomong kamu Mbak! Pak lek ku Ndak kayak begitu yo!’’ Inah kesal sekali hingga menepuk mulut Yati yang asal bunyi saja.
"Sudah-sudah! Congor kalian ini memang tidak ada habisnya mengatai orang lain. Lebih baik pulang saja jika memang hanya bikin rusuh saja!’’ Pak Lurah sudah hilang kesabarannya.
"Ye pak lurah, orang bicara fakta malah di tutupi’’ Yuli masih semangat mendengar isu terbaru.
“Diam!’' bentak RT yang geram. Semua langsung kicep, karena sebelum insaf, RT ini terkenal preman kampung dimasa muda. Jadi ada rasa takut juga di hati.
Semua ibu-ibu langsung terdiam. Pak lurah juga geram dengan aparat yang diam saja melihat keributan para wanita julid ini. Walau tugas mereka menyelidiki kasus kematian, tetap saja suasana ribut ini harus di tenangkan. Karena anggota julid ini tidak pernah ada jera nya. Ada saja berita menggiurkan yang di dapat untuk di bahas sesama julid ini.
Baru saja mau aman karna Yuli dan anggota sudah diam, maka datang pula anak buah yang lain membawa gosip yang lain. Tentu bagi warga yang minim pikiran akan percaya saja. Apalagi isu kedua memang masuk akal, karena kedua korban menggantung di kebun Cengkeh milik Pak Lek Sardi, sehingga ada yang percaya juga.
.
“Sebaiknya langsung di bawa ke masjid saja, karena hari makin siang’’ ucap ustadz Mumtaz.
"Iya pak ustadz. Ayo!’’ pak RW langsung maju mengajak para pria untuk menggotong jenazah.
Tiba di masjid, mayat Parjo langsung di sholat dan di do'akan. Tanpa menunggu siapapun lagi, mayat di bawa ke TPU ujung desa menggunakan ambulance dari kota. Karena ini masih proses penyelidikan jadi semua biaya di gratiskan dan di tanggung aparat.
“Sabar ya Buk, insyaallah Bapak Husnul khatimah karena bapak adalah orang tua dan suami yang baik.’’ Anak Erna menenangkan nya.
"Insyaallah Ibuk akan berusaha sabar sayang’’ balas Erna memeluk sang anak.
"Ya udah, Devi pergi dulu ya Buk. Ibu pulanglah ke rumah dan istirahat.’’ setelah menyalami Ibunya Devi ikut mengantar sang ayah ke peristirahatan terakhir.
Anak Erna memang bersedih tapi tidak meratap, karena sudah di ajari di pesantren. Apalagi hidup mandiri disana, jadi agak dewasa pemikirannya ditambah ilmu agama yang selalu di tanamkan didalam hati.
"Maasya Allah, anak mu berbakti sekali Er. Semoga jadi ustadzah besar nanti ya’’ Ningrum kagum dengan kepribadian anak perempuan Erna.
"Aamiin. Makasih ya, Eh Ningrum ya kan?’’ Erna baru ngeh.
“Iya, teman sebangku kamu’’ Ningrum tersenyum.
"Ya Allah. Udah lama nggak ketemu. Nanti malam kamu datang ya ikut Tahlilan’’ Erna senang sekali bertemu sahabat lama.
"Insyaallah. Kamu yang kuat ya’’ Ningrum ikut iba melihat temannya ini.
"Iya. Makasih ya Rum.’’ ucapnya. Ningrum hanya mengangguk.
.
👽👽👽👽
.
Setelah di kubur dan di do'a kan semua warga kembali pulang. Dari kejauhan, ketiga nya melihat Denis dan Arum bersepeda. Kedua nya terlihat panik sekali.
"Denis, Arum, kenapa kalian menyusul?’’ Ningrum melihat anak-anaknya yang penuh keringat di wajah.
"Kak Denis kembali sakit kepala ma, Ayah takut kakak kembali mengamuk. Makanya suruh nyusul mama kesini’’ ucap Denis ngos-ngosan karena bawa sepeda dengan laju.
"Ya sudah, kalian pulang dulu. Pelan-pelan saja. Nanti ibuk sama Mbak mu akan mengojek saja’’ ucap Ningrum.
Untung saja daerah sini ada pangkalan ojek, jadi bisa berguna juga apabila mendesak begini.
Ketiga wanita itu langsung menuju pangkalan ojek yang tidak jauh dari mereka saat ini.
“Mau kemana Mbak yu?’’ tanya Sigit. Kebetulan ada Yuda juga, sehingga wajah Della langsung pias.
"Kalian bisa tolong anterin saya?’’ jawab Ningrum.
"Bisa. Ayo! Yud, Fer, kalian tolong bawa salah satu Mbak ini ya.
“Ok!’’ jawab Yuda dan Ferdi bersamaan.
Della dengan terpaksa naik di motor Yuda. Wanita ini antara kesal dan malu juga. Sudah mati-matian melupakan pria ini, malah sekarang harus naik berdua di satu motor, mana motor ini dulu yang selalu membawa keduanya jalan-jalan lagi. Jadi seperti nostalgia pula, makin kesal saja rasa hati Della saat ini.
Saat di jalan tiba-tiba saja ad pohon yang tumbang. Tapi Ningrum bisa lewat, karena seperti nya pohon belum roboh saat di lewati sigit.
Kedua pemuda itu berhenti.
"Loh, kok ini tumbang sih? Bagaimana ini fer, jalanan cuma lewat bukit sebelah sana’' tunjuk Yuda.
“Ya sudah, dari sana saja. Kasian ini panas jika harus berjalan kaki.’’ Ferdi nekad saja dan akhirnya kembali kedua pria itu menjalankan motornya.
Memang bisa mau berjalan kaki, tapi rumah Eyang Gayatri masih sangat jauh. Pasti kaki akan sangat pegal, apa lagi cuaca sangat membara begini panasnya. Mana tega Yuda melihat Della yang kepanasan. Para warga juga pasti belum bisa mau gotong royong daerah sini, karena lelah pulang dari kuburan dan sore akan rewang juga dirumah Erna. Jadi memang belum sempat.
Dengan modal nekad, kedua pria itu melewati jalan pintas. Dalam hati takut juga karena bukit jalan pintas itu rumornya ada harimau. Meski merinding juga, harus di tahan karena bisa mencoreng nama pria yang gagah.
Ambar melihat Della dan Yuda terlihat canggung, mana Della duduknya di ujung jok Honda. Ini jika sedikit saja Yuda melajukan motornya, maka Della pasti akan terjungkang kebelakang. Membayangkan saja Ambar jadi terkikik geli. Dalam hati sudah curiga, pastilah ada sesuatu dengan kedua ini.
.
“Eh, kok berhenti mendadak sih ini?’’ Ambar heran karena Ferdi berhenti tiba-tiba.
"Iya, kapan nyampe nya ini fer?’’ timpal Yuda.
“I-itu, ada ha-harimau!’’ Ferdi sudah takut tak karuan.
“Ha? Mana?’’ Yuda terkejut saat melihat memang ada harimau. Mana mendekat pula, tapi di sampingnya ada wanita bercadar.
"Tenanglah, Dia tidak akan menggigit kalian’’ ucap gadis bercadar.
"Tenang katanya?! jika itu kucing iya bisa tenang. Ini harimau anjir!’’ maki Ferdi dalam hati.
“Siapa yang anjir?’’ ucap wanita itu dingin.
"Ha?!’’ Ferdi terkejut dan melongo.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak guys