My Heart is yours adalah cerita yang mendalam antara Daniel seorang pria tampan, cool dan kharismatik. dan Avery seorang wanita cantik, cerdas dan introduced. Mereka better secara tidak sengaja dan langsung merasakan koneksi yang kuat.
Daniel yang memiliki ketertarikan lebih dulu pada Avery tidak tahu bagaimana cara mengatakan perasaannya. Avery yang memiliki masa lalu sulit dan trauma yang menghantui merasa bahwa Daniel adalah satu-satunya orang yang dapat membuatnya merasa aman dan dicintai selain keluarganya.
Namun perjalanan kisah mereka tidaklah mudah. Dimulai dari pertemanan yang nyaman hingga mengakui perasaan masing-masing. Akankah Daniel dan Avery dapat menemukan kebahagiaan bersama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Little Secret, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Phobia
Sky mendorong Daniel kuat hampir saja laki-laki itu terjengkang kebelakang. Dengan cepat gadis itu mengambil semua barangnya dan pergi dari sana.
Daniel tak tinggal diam, dia langsung berlari mengejar Sky. Suasana kantor yang sepi mempermudah pelarian Sky.
" Sky! " Daniel berteriak memanggil gadis itu.
Tapi Sky tetap tak perduli, ia terus berlari tanpa memperdulikan Daniel. Ketika melihat lift, Sky mempercepat langkahnya, dan saat lift terbuka ia langsung masuk dan menekan tombol ke lantai dasar.
Daniel mengusap wajahnya kasar, dan menendang tong samah didepannya.
" Shit.. " makinya. Tangannya tak berhenti menekan tombol lift agar cepat terbuka. Namun tiba-tiba saja lampu padam, dan perusahaan menjadi gelap gulita.
" Oh God, apalagi ini" jantung Daniel berdetak tak karuan, lebih kepada rasa takut dan khawatir.
" Sky! you hear me! " teriak Daniel memanggil Sky.
" Sky wait me! " Daniel merogoh ponselnya untuk menghubungi seseorang. Ia juga berjalan menuju tangga darurat, untuk mengecek apakah Sky masih didalam lift atau sudah keluar di lantai bawah.
Berbeda dengan Daniel yang mencoba mencari tahu apa yang terjadi hingga bisa gelap gulita begini. Sky saat ini tengah meringkuk ketakutan, dan nafas gadis itu sudah tersendat-sendat.
" Tolong... tolong... " Sky mencoba menguasai dirinya dan mencoba mengetuk pintu lift.
Didalam ruangan kecil itu cukup gelap dan Sky benci itu. Ruangan sempit dan gelap adalah momok yang menghantuinya lima tahun kebelakang ini.
" Daddy... Kak" Sky masih mempertahankan kesadarannya walaupun rasanya ia sudah tak sanggup. Kilasan masa lalu berputar bagai film dimatanya.
Bagaimana dulu ia mendapatkan penculikan serta pelecehan. Teman yang sudah ia anggap keluarga ssendiri menculiknya dan embuat nya merasa manusia paling hina.
Air mata mengalir dari sudut matanya. Sky berharap rasa sakit yang ia alami cepat berakhir.
" Brengsek ! Apa kerja kalian hah! " Daniel berteriak dipotong gelap itu.
" Dasar tidak becus! " lanjut Daniel.
Daniel berjalan menuju lift dilantai itu dan mengetuk pintu untuk mengecek apakah didalam ada Sky.
" Sky, you hear me?! " Daniel menggedor kuat pintu lift didepannya.
Brak, Brak, Brak!
" Daniel! Sedang apa kamu lakukan? " entah dari mana datangnya. David - daddy nya kini sedang bersama dengan Ethan dilantai itu yang ia tak perduli lagi lantai berapa.
Daniel bisa merasakan keringat mengalir diseluruh tubuhnya. Ia geser lagi layar ponselnya untuk menghubungi Sky namun gak di jawab.
" D, what happen? " ulang David saat melihat putranya panik di pencahayaan mereka yang minim.
" Sky... se-sepertinya Sky terjebak didalam lift " ucap Daniel dengan tidak fokusnya.
" What?! " suara Ethan menggelegar disana. Ia tarik baju Daniel dan berteriak didepan mukanya.
" Dimana? lantai berapa Ave terjebak?! Jawab?! " Daniel syok, begitu juga dengan David. Daniel hanya bisa menggeleng, perasaan sesak dan takut tadi semakin menjadi-jadi.
* Oh shit! Cepat cari Ave, dia phobia gelap dan ruang sempit! " jelas Ethan.
" Cepat Daniel!" teriak Ethan panik.
Ethan langsung menggedor pintu lift tak ada jawaban. Ia langsung menuju tangga darurat menuju lantai bawah.
Daniel yang sempat terdiam, langsung berlari mengikuti langkah Ethan.
" Shit! Sky please wait me " sudah lebih dari lima menit dari saat listrik padam dan itu jangka waktu yang panjang dan sangat menyiksa untuk penderita phobia.
" Please Ave, bertahan. Tunggu kakak" Ethan terengah-engah karena berlari menuruni tangga.
Brak, Brak, Brak!
" Ave! " Ethan berteriak kuat, berharap mendapat respon. Tapi tak ada sama sekali respon dari sang adik. Ini begitu sulit, bagaimana kalau adiknya pingsan. Semua kemungkinan buruk muncul difikiran Ethan.
" Ayo cepat turun, jangan buang waktu Ethan " Daniel berlari menuju tangga darurat setelah usaha Ethan tak membuahkan hasil.
Brak, Brak, Brak!
Sekali lagi Daniel menggebrak pintu lift berharap Sky ada dilantai ini.
" Please Sky, jawab aku " gumamnya.
" Sky! " teriak Daniel
" Ave, please jangan buat kakak takut " Ethan menempelkan telinga nya pada pintu lift.
Ethan yang tadinya terdiam memikirkan semua kemungkinan. Tiba-tiba tubuhnya menegang ketika mendengar suara yang sangat kecil dari dalam.
Tok, tok... tok!
Lemah kali suara itu tapi harapan Ethan menjadi besar.
" Ave tunggu kakak, kakak buka liftnya " Daniel yang tadi terduduk dan sempat menangis langsung bangkit dan menghapus air matanya.
" Sky didalam? " Ethan mengangguk. Perasaan Ethan sangat yakin yang didalam sana adalah adiknya.
" Aku yakin didalam itu Ave" ucap Ethan.
" Kita harus cari cara buka lift ini, tak bisa jika menunggu listrik kembali normal" ucap Ethan.
Daniel dan Ethan menyenter sekeliling dengan senter ponselnya. Ia mencari barang yang memungkinkan bisa untuk membantu mereka.
Tapi sesaat kemudian ponsel Daniel berdering, tertera nama daddy nya dilayar.
" Daniel, jangan gegabah. Dilantai berapa kalian, bantuan sudah sampai di loby" ucap David disebrang sana.
" Eh.. Lantai 10 " Daniel melihat nomor lantai disamping lift.
" Mereka sebentar lagi pasti sampai disana, tunggu sebentar jangan sampai membahayakan Sky " David mengingatkan. Daniel sempat terdiam sebentar, ia coba merasionalkan fikirannya saat ini. Benar kata daddynya, ia tak boleh gegabah. Mereka tak tahu dimana posisi lift, jika tidak pas maka Sky juga dalam bahaya yang lebih besar.
" Ya dad" dan panggilan terputus.
" Ethan, sebentar lagi teknisi sampai. Tunggu sebentar, kita tak tahu bagaimana posisi lift didalam. Kita tak bisa membahayakan Sky lebih dari ini" Daniel langsung meninggalkan Ethan dan berjalan menuju lift tanpa menunggu jawaban laki-laki itu.
" Sky, bertahan sebentar saja. Please, aku mohon " Daniel kembali menangis membayangkan rasa sakit yang dialami gadis yang dicintainya.
Tak lama tiga orang teknisi datang, dan Daniel menyingkir dari sana.
" Cepat! " teriak Daniel. Petugas itu dengan cepat menghampiri lift.
" Tolong mundur sir, kami akan melakukan dengan secepat mungkin" ucap salah satu petugas.
" Tolong cepat, Sky phobia gelap" ujar Daniel yang mencoba menahan emosi nya. Ethan yang tak jauh darinya pun harap-harap cemas. Mereka sadar emosi juga tak membantu sama sekali.
Para teknisi bekerja cepat dan tepat, tak lama pintu lift terbuka. Terlihat Sky yang terbaring lemah dengan nafas tak beraturan dan barang miliknya sudah berserakan.
" Sky! "
" Ave! " teriak Daniel dan Ethan bersamaan. Masih ada untungnya karena posisi lantai lift tepat ditempatnya.
Daniel dan Ethan dengan cepat menghampiri Sky, Ethan dengan sigap menggendong adiknya keluar dari sana.
" Sky, maafkan aku" Daniel menangis melihat wajah pucat Sky. Rasa takut, merasa bersalah dan emosi semua jadi satu.
" Ave, kamu dengar kakak?" Ethan menurunkan Sky dipangkuannya dan menepuk pelan pipi sang adik, tapi sama sekali tak ada respon.
Baru saja Ethan mau mengangkat tubuh sang adik, lampu menyala dan semua area kantor jadi terang benderang.
Otak Daniel bekerja cepat, ia berlari ke sudut ruangan yang agak jauh dari sana.
" Ayo cepat Ethan! " Ethan melebarkan langkahnya mengikuti Daniel. Ternyata disana ada lift ekslusif untuk para direksi.
Daniel mengeluarkan kartu aksesnya dan pintu lift terbuka, dan mereka langsung masuk kesana.
" Ave, please " Ethan menangis melihat kondisi adiknya saat ini. Ia kembali teringat saat kejadian lima tahun yang lalu menimpa sang adik, semenakutkan itu melihat adiknya tak sadarkan diri lama sekali. Dan ia tak sanggup jika kali ini terulang kembali.
Pintu lift terbuka dan mereka sudah sampai di loby. Daniel berlari secepat yang mungkin untuk mencari mobilnya diparkiran. Para security disana tak ada yang berani bersuara karena sudah mendapat makian dari Daniel ditelpon tadi.
Daniel langsung memarkir mobilnya didepan pintu masuk, dan dia membukakan pintu penumpang untuk Ethan dan Sky.
Daniel mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh menuju rumah sakit, sesekali ia melihat Sky dipangkuan Ethan dari kaca spion.
" Sky, please bertahan. Maafkan aku Sky, ini semua salah ku" ucap Daniel dalam hatinya.