NovelToon NovelToon
Sillent Treatment Suamiku

Sillent Treatment Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Cinta Terlarang / Beda Usia
Popularitas:531
Nilai: 5
Nama Author: Fay :)

Sinopsis



Ini berawal dari Nara yang dijodohkan oleh Ayahnya dengan laki-laki dewasa, umur mereka terpaut selisih 15 tahun. Dimana saat itu Nara belum siap dari fisik dan batinnya.


Perbedaan pendapat banyak terjadi didalamnya, hanya saja Rama selalu memperlakukan Nara dengan diam (sillent treatment) orang biasa menyebutnya begitu.


Semua permasalahan seperti tak memiliki penyelesaian, finalnya hilang dan seperti tak terjadi apa-apa.


Puncaknya saat Nara kembali bertemu dengan cinta pertamanya, rasanya mulai goyah. Perbandingan antara diamnya Rama dan pedulinya Mahesa sangat kentara jauh.


Rama laki-laki dewasa, hatinya baik, tidak gila perempuan dan selalu memberikan semua keinginan Nara. Tapi hanya satu, Rama tak bisa menjadi suami yang tegas dan tempat yang nyaman untuk berkeluh kesah bagi Nara.


Pertemuan dan waktu mulai mempermainkan hati Nara, akankan takdir berpihak dengan cinta Rama atau mulai terkikis karna masa lalu Nara.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fay :), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24. malam beriringan

   Malam kali ini berbeda, yang biasa menemani hanya sepi dan sunyi, tapi tidak untuk kali ini. Raut wajah yang berseri, hati yang damai dan jiwa yang berseri. 

   Di tengah kucuran air wastafel Nara berdiri, mencuci semua bekas alat memasaknya untuk makan malam. Tadi Mahesa menawari agar makan diluar saja, tapi suasana yang seperti ini lebih Nara suka. 

   Aiden yang tengah fokus mendongakkan kepalanya ke arah televisi yang sedang menayangkan kartun ke sukaannya, di sediakan camilan dan mainan di sebalahnya.

   Mahesa juga tengah fokus menonton kartun yang sedang bernyanyi riang seolah dirinya juga menyukai tontonan anak kecil itu, menemani Aiden yang duduk tenang di ruang tengah.

   Tadinya ia ingin membantu Nara di dapur, tapi kata Nara bukannya membantu tapi lebih banyak menggodanya. Biar saja dia menemani putranya bermain atau menonton televisi saja. 

   Nara menghentikan aktivitasnya sebentar, ingin melihat tengah apa dua manusia yang biasanya ramai, kini senyap dan hanya terdengar suara televisi saja, “fokus banget kalian, jadi suka kartun juga sekarang Sa?” Tanyanya sambil tertawa. 

   Fokus Mahesa buyar, ia melirik kearah suara Nara, kemudian tertawa, “ternyata seru juga ya tontonan anak kecil.” Ucapnya masih cekikikan. 

   “Ah, pengen ke dapur aja bantuin kamu. Nanti kalo disini terus jiwaku jadi kaya anak kecil.” Sambungnya, melangkahkan kaki meninggalkan Aiden yang fokusnya belum goyah. 

   Nara tertawa, “nggak usah, disitu aja enak.” Suruhnya, sambil kembali ke dapur. 

   Mahesa tetap melangkahkan kakinya ke belakang, tempat rapi berisi alat memasak bertema putih itu. 

   Dia memperhatikan Nara yang memasak, bayangannya seolah mereka adalah keluarga yang sesungguhnya, anak yang tumbuh besar, istri yang melayani suami dan suami yang menemani istri. 

   Senyumnya tak pernah luntur dari bibir manisnya, angannya berputar, ‘kenapa baru sekarang aku menemukan mu Nara.’

   Nara tengah fokus di hadapan kompor yang diatasnya panci berisi kuah sop ayam, tangannya dengan lihai menilai rasa dan menambah apa yang menurutnya kurang. 

   Sesuap sesendok kecil ia arahkan ke depan mulut, meniupnya pelan, tapi “emm.. Rasanya sudah pas, enak banget.” Begitu Mahesa melahap kuah yang akan Nara coba. 

   Nara terhentak kaget, secepat itu Mahesa pindah posisi yang sekarang sudah ada tepat di belakangnya, tangannya bertopang pada meja kompor dan wajahnya tepat disebelah wajah Nara. 

   Jantung Nara seolah akan berlomba lari maraton, detaknya begitu cepat, posisinya begitu canggung, tubuh Mahesa yang menempel tepat dibelakangnya, gerak tubuh Nara jadi gugup. 

   Mahesa memandangi wajah Nara yang begitu dekat dengannya, “kenapa hem? Kamu harus terbiasa berdekatan dengan ku Ara.” Bisiknya halus. 

   Nara membalikkan tubuhnya, seketika bulu kuduk Nara meremang, pipinya merona karna malu, seperti ada gelenyar aneh yang menjalar dalam dirinya.

   “Esa ihh.. Kesanaan loh, nanti aku gak fokus masaknya.” Ujarnya mendorong pelan tubuh Mahesa kemudian kembali menghadap kompor yang masih menyala. 

   Mahesa sedikit menekan tubuhnya kearah tubuh Nara, tak mengeluarkan suara, tapi tonjolan yang begitu menekan tubuh belakang Nara sudah menjelaskan.

   Nara seketika terdiam tak lagi banyak bergerak, pikirannya pada hal-hal negatif yang pasti dia ketahui maksudnya. 

   Mahesa melenggang meninggalkan Nara didapur, langkahnya tenang seolah tak terjadi apa-apa, “Aiden sayang, ayo kita makan malam, masakan Mama sudah matang.” Begitu kalimat yang terdengar digendang telinga Nara. 

   ‘Apa sih yang aku pikirin, malah kemana-mana’ ucap Nara sambil menggelengkan kepala mengusir isi otak yang tak seharusnya.

*

*

*

   Meja makan berbentuk bulat, dikelilingi empat kursi, yang diatasnya sudah tersedia berbagai macam lauk untuk makan malam mereka. 

   Aiden yang dengan lahap memakan sesuap demi sesuap yang Nara sodorkan, nasi dan sop ayam menjadi menu makan malamnya.

   Mahesa yang juga begitu menikmati masakan Nara, menambah lauk pauk yang tersedia, “enak banget Ra masakan mu, kenapa istri ku nggak bisa masak kaya kamu gini ya.” Ucapnya enteng, tetap fokus pada makanannya. 

   Nara yang mendengar keluh kesah Mahesa sedikit menyunggingkan senyumnya, ada rasa bahagia tersendiri di hatinya, jika dirinya lebih baik dibandingkan istri Mahesa. 

   “Pinter banget makannya Sayang, nanti habis minum obat yang terakhir langsung bobok ya, jangan main lagi.” Suruh Nara pada Aiden, tangannya mengusap pelan rambut berponi milik Aiden. 

   Pipinya menggelembung, makanannya masih penuh di mulutnya, tapi kepalanya mengangguk-angguk, memberi jawaban apa yang Nara ucapkan.

   “Ditambah Sa, itu lauknya masih ada.” Suruh Nara juga kearah Mahesa melihat isi piringnya akan habis. 

   “Kenyang banget Ra,” ucap Mahesa mengusap perutnya yang terasa penuh, “bakal sering-sering makan disini sebelum suamimu pulang, biar aku juga kebagian olahan tangan kamu.” Sambungnya lagi kini menatap Nara.

   Nara hanya mengembangkan senyumnya membalas perkataan Mahesa.

*

*

*

   Sebelum benar-benar beranjak dari meja makan, “nanti kamu pulang dulu Sa, aku mau nidurin Aiden dulu, bacain dongeng juga, terus istirahat.” Perintah Nara.

   Mendengar perintah Nara, Mahesa mengernyitkan alisnya ada hal yang tak ia setujui.

   “Aku masih mau disini nanti aku pulang, mau nonton televisi disini dulu. Kalo Aiden sudah tidur kamu turun ya Sayang temenin aku nonton.” pinta Mahesa.

   Nara melihat ke arah wajah Mahesa, ‘untung Aiden masih kecil, belum tau apa-apa’ batinnya, “perasaan kamu dari siang sudah disini Sa, pulang cuma mandi doang.” Ucap Nara heran.

   “Emang ngga boleh ya, aku tu pengen berlama-lama sama kamu sebelum Gea pulang.” Jelasnya membela diri, wajahnya ia buat semelas mungkin.

   Nara langsung luluh mendengar dan melihat wajah Mahesa, “yaudah deh..” pasrahnya.

   Mahesa tersenyum manis, “dah sana kamu tidurin Aiden dulu, biar aku yang beres-beres piring kotor.” Ia langsung beranjak dan membawa piring bekas mereka makan ke wastafel.

   Nara menggelengkan kepala melihat begitu semangatnya dia diperbolehkan berlama-lama dirumahnya, ‘untung rumah ini diujung komplek, jarang tetangga lewat depan sini, kalo ketahuan keseringan bareng pastikan banyak yang curiga.’ ucap batin Nara, menghela nafas.

*

*

*

   “Sudah tidur?” Tanya Mahesa begitu melihat Nara sudah duduk disebelahnya.

   “Hem iyaa” balasnya.

   “sini deketan, kita nonton bareng ya. Nggak usah ke bioskop disini sama aja.” Ucap Mahesa nyengir, rencana dalam otaknya sudah tertata rapi.

   Nara menggeser duduknya lebih dekat, “Yee.. nggak mau modal.” ledeknya.

   Mahesa merengkuh pundak Nara, “bukan nggak modal, disini masih ada Aiden. Masa mau ditinggal sendiri sih, kalo di bawa nonton, nanti jadi nonton kartun di bioskop.” Jelasnya sambil tertawa, otaknya sudah membayangkan betapa gelinya laki-laki sekeren dia malah nonton kartun.

   Nara menelaah ucapan Mahesa, “bener juga ya..” ucapnya setuju.

   “Nanti aku carikan pekerja buat jaga Aiden yaa, biar kita bisa habiskan waktu dulu berdua.” Rayu Mahesa berusaha memancarkan ketulusan.

   “Emang gapapa kalo Aiden ditinggal ke orang lain?” Tanya Nara belum yakin.

   “Nanti aku carikan yang paling bagus dan sudah berpengalaman sama anak kecil, biar Aiden juga nyaman sama pengasuhnya.” Mahesa menjelaskan, pandangannya tertuju pada wajah Nara, ingin melihat bagaimana respon dari pendapatnya.

   “Aku kangen banget loh Ra sama kamu.” Sambungnya lagi masih berusaha merayu.

   Melihat wajah Mahesa yang sedikit bersedih mengutarakan keinginannya, Nara menjadi iba, hatinyapun menginginkan waktu bersama, sebelum perang yang sesungguhnya mereka lewati.

   “Tapi aman kan?” Tanyanya lagi ingin meyakinkan.

   “Aman dong, kan pengasuhnya aku cari yang pasti.” Balas Mahesa.

   Nara menghembuskan nafasnya, “yaudah deh.”

   “Kamu nggak mau ya? mukanya aja nggak ikhlas gitu.” tanya Mahesa lagi sedikit gusar.

   “Iya mau kok, tapi jangan selamanya ya.” Nara belum sepenuhnya yakin dan mencoba menawar.

   “Sampe suami mu datang Sayang.” Mahesa mengusap rambut Nara dan mengecupnya pelan, hatinya bahagia melihat rencananya disetujui.

~

1
L3xi♡
Nangis deh 😭
Fay :): sedih ya kak 😢😢
total 1 replies
pEyt
Jelasin semua dengan detail
Fay :): siap kak.
masih outor amatir, kritik dan sarannya sangat diperlukan.
terima kasih.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!