NovelToon NovelToon
Vanila And Her Secret

Vanila And Her Secret

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / CEO / Nikah Kontrak
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Anggika15

Tumbuh dewasa di bawah asuhan sebuah panti sosial, membuat Vanila berinisiatif untuk pergi keluar kota. Dengan bekal secarik kertas pengumuman lowongan kerja di salah satu usaha, yang bergerak di bidang cuci & gosok (Laundry).

Nahas, biaya di Kota yang cukup tinggi. Membuat Vanila mencari peruntungan di bidang lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggika15, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 14 (Sama saja)

Klek…

Suara handle pintu yang ditekan jelas menyita perhatian orang-orang yang ada di dalam satu ruangan.

“Ih, … kakak pulang!” Pekik seorang gadis kisaran usia 14 tahun.

Senyumnya mengembang, dengan mata membulat sempurna. Tanda bahagia karena kehadiran Vanila disana yang sudah berada di luar kota selama berbulan-bulan lamanya.

“Shutttt, jangan berisik!” ucap Vanila pelan seraya meletakkan jari telunjuk di dekat bibir.

Gadis itu langsung merapatkan bibir, beranjak dari ranjang tidur kemudian menghambur memeluk Vanila.

“Aku minta ibu telepon kakak, tapi kata ibu nomor kakak ga bisa di hubungi.”

“Handphone kakak hilang, maaf ya!” Vanila mengelus-elus puncak kepalanya.

“Nilai ulangan aku bagus, tadinya mau minta hadiah kalau kakak sudah gajian.”

“Kalau Elis di kasih hadiah kita semua juga harus dapet ya, kak. Biar adil!” Seorang bocah laki-laki yang sedang duduk di ranjang tingkat kedua menyahut.

Hal itu lantas membuat pandangan Vanila beralih kepadanya.

“Iya nanti kakak belikan hadiah.”

“Ih curang, Hendi ‘kan ga dapat nilai bagus.”

“Semuanya dapat hadiah, yang nilainya bagus kakak kasih bonus saja, oke?”

Gadis remaja di dekapan Vanila mengangguk tanda setuju.

“Kak Van aku mau beli baju piyama!”

“Aku mau buku dongeng baru.”

“Aku mau punya meja belajar sendiri.”

Dan masih banyak celotehan anak-anak disana.

Hanya satu anak balita yang hanya terdiam, tidak banyak bicara atau bahkan menimpali keinginan anak-anak lainnya.

“Revan tidak mau hadiah?”

“Mau,” dengan raut wajah polos dia menjawab.

“Kok diam saja?”

“Revan mau bakpao di abang-abang yang suka lewat di depan.”

Senyum Vanila seketika pudar mendengar keinginan sederhana bocah laki-laki berusia 5 tahun itu.

“Lho, ga minta mbak?”

Vanila menoleh ke arah wanita yang masih asik menepuk-nepuk anggota paling kecil diantara anak-anak panti yang lain.

“Beli kok, Van!”

“Tapi aku mau beli yang isinya ayam, kak. Tapi mbak bilang ga boleh!”

Vanila menoleh dan mendapati Irgi yang sedang menatapnya dengan ekspresi yang entah harus dijelaskan seperti apa.

“Oh, masuk pak!” Vanila tersenyum saat menyadari keberadaan pria itu.

Berada di tempat ia dibesarkan hampir membuat Vanila melupakan keadaan sekitar.

Dia membuka pintu ruangan selebar-lebarnya hingga Irgi dapat melihat keadaan di dalam sana. Ranjang-ranjang tidur tingkat dua berjejer rapi, sementara si pemilik tengah asik dengan diri mereka masing-masing.

Mereka terlihat sehat dan ceria, tidak ada raut wajah sedih sedikitpun.

Ada yang sudah bermalas-malasan di atas tempat tidur, duduk di meja belajar, bahkan satu orang dewasa terlihat sedang menimang-nimang bayi yang tampak mulai memejamkan mata.

“Hii!” Irgi tersenyum sumringah.

“Namanya bapak Irgi. Ayo salim dulu!” Titah sang ibu panti yang segera dituruti anak-anak nya.

“Kak, Van ga lama. Cuma antar titipan bos kakak sama pak Irgi buat kalian, … bilang apa coba?” Kata Vanila.

“Terimakasih pak Irgi!” Ucap anak-anak itu bersama-sama.

Irgi hanya mampu tersenyum, bagaimana dia harus bereaksi? Sementara Vanila kini tengah melakukan kebohongan besar. Ini uangnya, dia yang berkorban, lantas kenapa mengatas nama kan Edgar juga dirinya?

***

Setelah menemui keluarganya yang ada di panti, mengurus beberapa hal untuk membuat kartu identitas baru. Akhirnya, kini Vanila sedang dalam perjalan pulang untuk kembali ke Jakarta.

Jalan terlihat lebih ramai, mobil-mobil melaju dengan berbaris rapi seperti antrian.

“Saya kira kamu anak pemilik panti tadi!” Irgi membuka suara setelah cukup lama keduanya bungkam menikmati perjalanan di bawah langit yang sudah berbintang.

Vanila hanya menoleh, lalu kembali melihat ke arah depan.

“Saya merasa bersalah karena membawa kamu ke rumah Pak Edgar sampai semua ini terjadi. Seharusnya kamu bebas dan sedang mencari ayahmu.”

“Ibu cerita apa saja menangnya?”

“Hanya tentang kamu yang datang saat usia masih sangat kecil, dan ditinggalkan sosok pria yang akrab kamu panggil ayah dengan iming-iming dia akan kembali datang untuk menjemput.”

Vanila menghela nafasnya panjang.

“Ga ada yang harus disesali, pak. Meskipun harus dengan cara menjijikan, … setidaknya pak Irgi membawa saya untuk mendapatkan uang dengan nominal yang tidak sedikit. Bapak lihat? Mereka sangat bahagia tadi!”

Irgi menoleh, melihat raut wajah Vanila yang tampak sedikit sendu.

“Kenapa kamu baik sekali?”

“Oh ya? Saya rasa tidak. Ini hanya rasa terima kasih karena ibu mau merawat saya bahkan saat orang yang seharusnya melindungi saya memilih pergi dan menghilang sampai sekarang.”

Irgi mengangguk.

“Saya sempat mengira kelakuan pak Edgar itu sangat buruk. Tapi jika dipikir-pikir, … tidak ada yang lebih buruk daripada orang tua yang memilih membuang anaknya ke panti asuhan!”

Irgi masih diam, membiarkan Vanila meluapkan isi hatinya yang mungkin selalu perempuan itu pendam.

Hebat memang, dia terlihat lebih kuat di hadapan keluarganya di panti tadi. Seolah, Vanila tidak memiliki kesulitan lain di dunia luar.

“Saya terus kepikiran bayi tadi.”

“Oh, Rahayu?”

“Berapa bulan tadi saya lupa?”

“Bulan ini mungkin enam.”

“Benar kata kamu, kok bisa ya mereka memberikan anak sekecil itu ke panti.”

“Rahayu tidak diberikan. Ibu yang nemuin dia di simpan di depan pagar, … gilanya hanya di bungkus kresek merah dengan ari-ari yang masih menempel.”

“Astaga!”

“Orang tuanya orang berada, setiap bulan dia sanggup mengirimkan sejumlah uang yang cukup untuk membeli susu, pampers dan kebutuhan lain.”

“Oh ya? Tahu dari mana?”

“Secarik kertas yang ada bersama Rahayu juga. Si penulis mengatakan jika Rahayu tidak boleh di adopsi siapapun, mereka akan menjemput Rahayu jika waktunya sudah tepat.”

Laju mobil menurun, perlahan berhenti saat sampai di depan pintu gerbang toll. Setelah menempelkan kartu, Irgi kembali memacu mobilnya.

“Kenapa orang-orang disini mempunyai mental seperti itu, ya? Tidak siap punya anak tapi hamil?”

Vanila menggelengkan kepala.

“Ah sudah. Saya tidak mau membahasnya lagi!” Ujar Vanila sambil membenahi posisi duduk.

“Pak Edgar harus tahu, agar—”

“Ga. Jangan katakan apapun, … hanya cukup saya sama pak Irgi saja.”

“Lho, bukannya bagus? Pak Edgar cukup dermawan kalau menyangkut kemanusiaan.”

“Nggak. Pak Irgi ga boleh Ngomong-ngomong soal latar belakang aku, … kalau tanya ya cukup gadis kampungan aja yang cari duit di Jakarta.”

“Aneh!” Cibir Irgi.

“Kalo mau ngomong, biar aku yang ngasih tau sendiri. Tapi ga lewat orang lain!”

“Ah terserah kamu saja. Toh saya tidak ada urusan menjelaskan bagaimana kamu ke pak Edgar.”

***

“Langsung masuk, kunci pintu lalu tidur. Pak Edgar sepertinya tidak pulang kesini!” Titahnya saat dia tak menemukan mobil Edgar di garasi.

Irgi mematikan mesin, melepaskan seat belt dan keluar.

“Emang pak Edgar ada rumah lain?”

“Rumahnya cuma ini. Yang lain, ya rumah ibunya. Tapi tidak mungkin dia kesana,” ujar Irgi.

Ekspresi Vanila langsung berubah, perempuan itu terlihat kebingungan.

“Jangan sok bingung, kamu tahu pak Edgar bagaimana.”

“Maksudnya?”

“Lupa ya? Pertama kali kamu kesini dia lagi ngapain?”

“Pergi tidur sama cewek bayaran lain maksudnya?”

Vanila tahu, namun dia menepis pikiran itu sendiri. Tidak tahu kenapa, pernikahan yang terjadi kemarin seolah memposisikan Vanila seperti istri pada umumnya.

“Ya jangan heran, dia emang gitu.”

“Bisa-bisanya aku mikir dia setuju nikah siri dan ga bakalan jajan di tempat lain.”

“Jangan berharap pak Edgar bisa begitu. Siap-siap saja, … siapa tahu dia bawa teman tidurnya ke sini. Nikah juga karena pengen kamu, bukan pengen setia.”

“Hah!!” Mulut Vanila mengaga.

“Udah ah saya ke belakang dulu. Kalau butuh apa-apa by phone aja ya!”

Irgi melenggang pergi meninggalkan Vanila, sementara perempuan itu masih dalam posisi yang sama dengan perasaan tidak percaya.

“Aku tarik omongan baik tentang dia tadi. Sama gilanya ternyata, bedanya pak Edgar ga buang anak ke panti aja!”

1
Annie Gustava
oh cakep juga pak edgar.. akh mak up nya yg banyak dong n tiap hari/Smile/
Anggika15 | Aurin99: Bolehhh😜
total 1 replies
Evi Ristiani Ramdhani
wadaw d kasih bonus foto Edgar ,,,,jangan lupa Van stanby d kamar pake daster ehh 🤪🤪🤪
Anggika15 | Aurin99: Dasterrrrr ga tuh 😂
total 1 replies
aurel chantika
cakep
Anggika15 | Aurin99: Apalagi yang cuma pake handuk, beuhhh😅
total 1 replies
Ririn Sindi Noveri
ketemu pak edgar kita 🤭😂
Anggika15 | Aurin99: Yoiiii😂 nex ketemu Vanila
total 1 replies
aurel chantika
asal pak Edgar tau,mi itu makanan paling enak & GK ngebosenin Lo pak
aurel chantika
macam jalangkung pak irgi 🤣🤣🤣
Annie Gustava
mulai yaa kalian ribut2 kecil akh suka deh edgar kya gini k vanila hihihi
Anggika15 | Aurin99: 😋😋😋😋😋
total 1 replies
Annie Gustava
dah mulai nyaman yaa pak sama istrimu. pak jgn suruh vanila bli baju dinas mlm sendiri dong kl bp ikut kan enak bsa pilih model n warna/Grin/
Anggika15 | Aurin99: Nah iya😂
total 1 replies
Evi Ristiani Ramdhani
cieeeeee,,,,,udah aku aku,,,,udah mulai debat eh dari pertama jg debat ya hihi🤪
Evi Ristiani Ramdhani: lanjutttt Kaka cuyung 😄😄😄
Anggika15 | Aurin99: 😅😅😅😅😅
total 2 replies
Ririn Sindi Noveri
uhuyyy pak edgar bisa aja modusnya bilang aja udh nyaman pak 😂🤣
Anggika15 | Aurin99: Gengsinya di atas rata-rata 😂
total 1 replies
aurel chantika
kalau akur gitu kan enak 😀😀😀
Anggika15 | Aurin99: Adem gitu yah😆
total 1 replies
aurel chantika
enak jidatmu aja pak Edgar
Anggika15 | Aurin99: 😆😆😆😆😆
total 1 replies
aurel chantika
belikan yang bagu,jangan ngomel aja taunya pak
Anggika15 | Aurin99: Tiba-tiba banget emang😅
total 1 replies
ensagita
di tunggu kelanjutannya 😍
Anggika15 | Aurin99: 😘😘😘😘😘
total 1 replies
aurel chantika
lama bener kamu muncul vAnila 🤣🤣🤣
Anggika15 | Aurin99: Abis market day dulu😂
total 1 replies
Ririn Sindi Noveri
udh mulai sedikit nyaman ya pak😁🤣
Anggika15 | Aurin99: Nyaman banget😅
total 1 replies
Evi Ristiani Ramdhani
Akhirnya Vania munculllll juga eh,, othor cuyung 🥰,,,,, makasih udah up, gapapa Thor sibuk d dunia nyata harus semangat 💪🏻, hidup d sua dunia😄
Anggika15 | Aurin99: Ternyata kegiatan market day sangat menguras duit dan tenaga😆
total 1 replies
Dwie FauZha
akhirnya muncul juga.... bolak balik nengok ga update... lanjut kakkk😁
Anggika15 | Aurin99: terimaaciw selalu menunggu othor yang cantik ini
total 1 replies
aurel chantika
pak edgar ini memang GK peka banget sama vanila,minta digetok kepalanya pakai panci
Anggika15 | Aurin99: Pake ulekan aja biar mantep
total 1 replies
Evi Ristiani Ramdhani
ikutan Van klw ada lowongan,,enak benerrr kerja nya Van😃
Anggika15 | Aurin99: Waduh😆😆😆
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!