Suami terbangsat adalah suami yang berusaha menjadi pahlawan untuk perempuan lain namun menjadi penjahat untuk istrinya sendiri. Berusaha menjadi teman terbaik untuk perempuan lain, dan menjadi musuh untuk istrinya sendiri.
Selama dua tahun menikah, Amora Juliansany tidak pernah mendapatkan perhatian sedikitpun dari sang suami yang selalu bersikap dingin. Menjadi pengganti mempelai wanita yang merupakan adiknya sendiri, membuat hidup Amora berada dalam kekangan pernikahan.
Apalagi setelah adiknya yang telah ia gantikan sadar dari komanya. Kedekatan sang suami dan adiknya hari demi hari membuat Amora tersiksa. Mertuanya juga ingin agar Amora mengembalikan suaminya pada adiknya, dan menegaskan jika dia hanya seorang pengganti.
Setelah tekanan demi tekanan yang Amora alami, wanita itu mulai tak sanggup. Tubuhnya mulai sakit-sakitan karena tekanan batin yang bertubi-tubi. Amora menyerah dan memilih pergi meninggalkan kesakitan yang tiada akhir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kabar tentangmu
Mia meninggalkan Amora, karena harus visit ke pasien lain. Saat mendorong pintu ruangan seseorang mencekal pergelangan tangannya.
"Dimana istriku?"
Mia menelengkan kepalanya, melihat pria yang sudah ditunggunya sejak tadi perasaannya sedikit lega.
"Pak Anton bisa ikut saya ke ruangan, kebetulan saya sudah menunggu kedatangan Anda." Mia sibuk dengan pasiennya yang lain, seseorang yang nasibnya jauh lebih baik ketimbang Amora.
Sementara dikediaman Megan, pria itu kembali tak menemukan keberadaan Amora.
"CK! drama apa lagi yang kau mainkan, Amora?" Megan berdecak kesal. Kenapa wanita itu terus saja menyita perhatian Megan? Apakah ini cara Amora menarik perhatian Megan? Jangan mimpi!
Memikirkan kemungkinan bahwa Amora sengaja mencari perhatiannya, Megan memilih acuh. Megan memilih melangkah ke ruang kerjanya.
Lama tenggelam dengan pekerjaannya, Megan mendengar suara ketukan pintu.
"Masuk!" saut Megan mengangkat pandangannya. Tak lama berselang Bobin masuk.
"Tuan, saya mendapatkan kabar kalau Nyonya terlihat pergi ke rumah sakit. Apakah tidak pulangnya nyonya karena dia sedang sakit?"
Suara Bobin yang tengah memberikan informasi pada bosnya, di ruang kerja Megan. Seketika kening Megan mengerut, pria itu terlihat berpikir.
"Kapan dia ke rumah sakit?" tanya Megan menatap Bobin. "Apa informasi itu Valid?"
"Ya, Tuan. Dari informasi yang saya dapatkan Nyonya terlihat mendatangi rumah sakit tersebut kesekian kalinya."
"Oke pergilah!" perintah Megan.
"Baik, Tuan. Saya permisi."
Megan mengangguk sebelum asistennya kembali meninggalkan ruang kerjanya. Megan memijit pelipisnya, memikirkan istrinya dan apa yang membuat Amora ke rumah sakit seperti yang disampaikan Bobin.
Megan mengecek ponselnya dan tidak ada satu pesan pun dari Amora. Tidak seperti sebelumnya wanita itu akan meminta izinnya untuk pergi kemanapun.
Megan menyambar kunci mobil dan bergegas keluar dari ruang kerjanya. Namun, sampai di pintu utama Megan melihat mobil mamanya tiba.
Kemunculan Sunny dari mobil mamanya membuat Megan menatap kekasihnya dengan tatapan penuh tanya.
Dahi Megan mengerut saat melihat Mamanya datang bersama Sunny.
"Tumben jam segini sudah di rumah? Kau mau kemana, Megan? Lihatlah! Kaki Sunny sudah benar-benar sembuh!" Melinda begitu antusias menceritakan kemajuan Sunny.
"Ma, aku ada urusan di luar."
"Kemana?" selidik Melinda.
"Ada yang ingin ku cari tahu, aku.."
"Boleh aku ikut?" ucapan Megan terpotong dengan pertanyaan Sunny yang menawarkan diri.
"Begitu lebih bagus!" belum sempat Megan bereaksi, Melinda lebih dulu menarik tangan Megan untuk menggandeng tangan Sunny.
*****
Amora terbaring di dalam sebuah ruangan bersama Mia dan satu dokter lain yang menanganinya kini setelah Amora menceritakan kondisi tubuhnya yang semakin memburuk.
Seorang laki-laki berparas tampan memperhatikan Amora yang berbaring menatap langit-langit dengan mata nanar. Jemarinya saling meremas dan bibir pucatnya yang menipis.
"Apa dia belum bersedia memberi tahu keluarganya perihal penyakitnya?" tanya lelaki itu pada Mia, nada suaranya terdengar khawatir.
Laki-laki itu adalah seorang pasien juga yang di tangani Mia sekaligus sahabat wanita itu, yang juga merupakan teman Megan.
Mia menggelengkan kepalanya pelan. "Mungkin tidak akan pernah, Rel."
"Bukankah kondisinya semakin buruk. Kalau dia terus merahasiakan sakitnya dari keluarga, bukankah akan semakin rumit ke depannya."
"Amora keukeuh tidak ingin suami atau keluarganya tahu soal penyakit yang di derita, karena percuma. Tidak ada yang perduli."
"Megan?"
"Si brengsek itu punya wanita idaman lain." jawab Mia geram.
"Apa?!"
"Hidup Mora menyedihkan. Bukan, lebih tepatnya memprihatinkan." balas Mia meralat ucapannya.
"Aku bisa sembuh karena dukungan dari keluarga membuatku semangat berjuang, aku ikut simpati padanya." Laki-laki bernama Varel itu kembali menatap Amora yang terbaring di bad pasien.
"Aku ingin berteman dengannya." tekad Varel.
"Rel, berhenti main-main dia wanita baik-baik!" Mia menatap tajam sahabatnya.
"Apa yang salah dengan berteman?" tanya Varel melihat reaksi sahabatnya.
"Kau datang di situasi yang kurang tepat!" kata Mia ambigu.
Kening Varel membentuk lipatan, lelaki itu merasa sahabatnya terlalu berlebihan.
"Dia sudah menikah!"
"Apa ada yang salah dengan itu?"
"Tapi,....
"Dok, pasien tiba-tiba tak sadarkan diri." suara suster menghentikan perdebatan mereka.
"Amora..."
jangan kasi celah untuk Megan masuk lagi dalam hidup mu...
bukan hanya tanya jawab udah seperti interview pekerjaan...
jelaskan sejelas jelasnya gimana kehidupan Amora dulunya...😒
dia harus tau siapa itu Megan...
ceritakan semuanya tanpa ada yang ditutupi,agar Amora bisa memilih siapa tangan yang akan dia genggam untuk kedepannya.walaupun aku lebih memilih Varel jodoh Amora selanjutnya...