Kisah cinta yang terhalang dengan keegoisan orang tua. Namun kembali dipertemukan oleh takdir setelah semuanya berubah.
Cerita hanya fiktif belaka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sarah Mai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Tiga kali ketukan. Mila bergegas cepat membuka pintu kamar Emma.
Raut wajah Bagas begitu kaku dan tegang saat berpapasan dengan Mila dalam tampilan wajah polos dan rambut terurai indah alami.
Pemandangan biasa tetapi cukup menggetarkan hati seorang Bagas. Namun sayangnya ia menepis cepat rasa kagum yang tidak diakui dengan penampilan super jutek dan arogannya.
Ilustrasi wajah Bagas.
"Bos ingin melihat tuan putri?" ucap Yanti kepada Mila. Yanti masuk lebih dulu sebagai pengawal Bagas memasuki kamar putrinya.
Mila hanya mengangguk dengan kepatuhannya masih berdiri diujung pintu.
"Harusnya Mas Bagas bersih-bersih dulu, tapi bagaimana cara memberitahunya?" batin Mila.
"Emma sayaaaaaang!" Teriak bahagia Bagas menghampiri sang putri yang sudah sangat dirindukan.
Emma terlihat belum tidur. Ia sedang tengkurap asyik memegangi dan memperhatikan boneka kecilnya.
Memasuki 5 bulan, pola tidur bergadang Emma sudah mulai menuju normal.
"Lihat Papa bawa apa, sayang?" ucap lembut Bagas menggoyang-goyangkan mainan lucu.
Walaupun Emma belum sepenuhnya mengerti tetapi tingkat daya rasa ingin tau bayi itu mulai berkembang dengan pesat.
Bagas lantas menggendong anaknya.
"Tubuh Emma sudah mulai berisi?" gumam sumringah Bagas tetapi tidak berkenan memuji kerja keras Mila.
Bagas reflek menggendong Emma dengan penuh keceriaan, rasa lelah serta bosan yang melanda hidup pria itu seketika sirna dalam sekejap.
"Mas, sebaiknya mandi dulu?" tegur lembut Mila memberanikan diri.
"Saya sudah mandi?" Jawab jutek Bagas langsung membawa Emma menuju kamarnya.
"Oh, syukurlah!" gumam Mila merasa lega.
Malam itu Bagas tampak bahagia bermain-main dengan Emma diatas kasurnya.
Sudah pukul 00.30
Mila duduk diatas kasur sedang menunggu kedatangan Emma. Dua bola mata pengasuh itu melirik cepat ke atas jam dinding.
"Apakah Emma tidur dengan Mas Bagas?" Mila mulai bertanya-tanya.
Rasa penasaran itu memaksa Mila diam-diam nekat mendatangi kamar pribadi Bagas.
"Pintunya tidak terkunci?"
Mila masih berdiri di depan pintu kamar Bagas.
Ragu untuk memasukinya.
"Kalau nanti aku masuk, dia bakal ngamuk tidak yah?"
Situasi yang sepi, sayup-sayup terdengar suara Emma yang menggema.
"Ea..au..ae..eem!" Terdengar jelas di telinga Mila.
Si pengasuh itu nekat memasuki kamar Bagas.
"Emmaaaa!" Mila sontak berlari cepat menangkap Emma yang sedikit lagi akan terjun dari kasur. Sementara Bagas tertidur pulas dengan ngoroknya yang halus. Maksud Bagas ingin menidurkan anaknya, namun justru ia lah yang tertidur pulas.
Dengan sigap Mila menggendong Emma.
"Duh dasar pria, teledor banget sih? keluh Mila dengan wajah sebel.
"Kalau dia mengantuk seharusnya tidur saja jangan egois bawa-bawa anaknya!" gerutu Mila.
Saat Mila bergegas keluar membawa Emma terdengar suara Bagas.
"Mau kamu bawa kemana Emma?" Tanya jutek Bagas tiba-tiba terbangun lalu bangkit menghampiri Mila.
"Mas kan mengantuk, sebaiknya tidur saja, kasihan Emma main sendiri!" jawab halus Mila.
"Mas? Kamu panggil saya Mas??"
Mila terdiam.
"Semua pekerja dirumah ini memanggil saya dengan sebutan Bos atau Tuan?"
"Dan satu lagi, jangan biasakan lancang masuk ke dalam kamar saya?"
"Maaf Bos," Jawab Mila menunduk.
"Oh Iyah! Kemana suami kamu yang dulu sangat membanggakan itu, suami yang begitu terpandang dan sangat kaya raya? Kenapa bisa-bisanya tega membiarkan istrinya bekerja di rumah orang lain," Interogasi Bagas.
"Saya sudah tidak punya suami lagi."
"Kenapa? Bercerai karena dia sudah miskin?"
Mila terdiam tak mampu menjawab. Emma tampak sudah menggeliat dalam gendongan Mila.
"Haha. Mila-Mila demi upah yang besar kamu rela kehilangan rasa malu untuk bekerja di rumah mantan yang dulu kau permainkan, begitu cintanya kah kamu kepada uang!" ucap remeh Bagas.
"Maafkan saya, ini hanya sementara tidak akan lama!"
"Oh Iyah. Bagus kalau begitu, karena aku takut, sifat materialistis kamu yang terlalu tinggi itu akan menular kepada Emma!" jawab Bagas masih menyimpan rasa sakit hati kepada Mila.
Karena Mila masih sangat membutuhkan pekerjaan itu. Ia menerima semua hinaan Bagas dan memilih keluar dari kamar itu.
Di pukul 01.45 dini hari, Emma akhirnya tertidur pulas. Sementara Mila tidak bisa tidur, masih merenung diri, terngiang-ngiang dengan ucapan tajam Bagas yang membuat hatinya sedih sampai mengeluarkan air mata.
Sedangkan Bagas terlihat tidak mengantuk lagi. Ia memilih duduk di teras kamar sambil menikmati satu batang rokok. Bagas terbayang dengan sebuah kisah manis bersama Mila.
*
Saat Bagas ingin mencium bibir manis Mila di tepi sungai.
"iii! enggak boleh Mas!" ucap sayang Mila.
"Kenapa enggak boleh, kamu kan pacar aku?" tanya Bagas mengelus rambut halus Mila dan menikmati pemandangan wajah sang kekasih.
"Mas, kamu beneran serius sama aku?"
"Iyah!" Angguk cepat Bagas.
"Kalau begitu, lamar Mila yah? Biar kita langsung malam pertama," Mila mencubit genit hidung Bagas lalu tersenyum malu-malu, membuat hati Bagas kegirangan.
"Boleh sayang?"
"Iyah!" Angguk cepat Mila.
"Tapi Mas belum cukup uang buat pesta kita?"
"Walau hanya akad saja, Mila bersedia kok Mas."
"Ok, siapa takut!" Bagas bertekad akan menjual setengah lahan Bapaknya demi biaya pesta sederhana bersama Mila.
Lamunan panjang itu membawa perasaan kesal di hati Bagas yang akhirnya mengantarkan ia tertidur kembali. Walau sudah hidup bergelimang harta, menikah dengan Tyas, Jadi rebutan wanita. Ia masih tidak bisa move on dari rasa sakit hati kepada Mila.
*
Hari yang baru. Pagi yang cerah. Bagas mengambil cuti beberapa hari bekerja demi bisa bersama Emma sang buah hati.
Terlihat lelaki itu sudah duduk diatas meja makan menunggu sarapan terhidang.
Tidak lama kemudian.
"Pagi Tuan, ini bibi buatkan sop jamur jepang yang segar dan telur ayam kampung setengah mateng, kesukaan Tuan."
"Terima kasih yah Bi!" Jawab Bagas siap-siap menyantap hidangan.
"Ngomong-ngomong, pengasuh tuan putri Emma dari desa suka warna yah Tuan?
"Hem. Bagaimana kinerjanya menurut Bibi?" tanya Bagas sambil mulai melahap sarapan.
"Bagus, orangnya tanggung jawab sekali, jujur, tuan putri Emma juga tidak sakit-sakitan lagi?"
"Hem!" Angguk Bagas sambil mengunyah.
"Tuan, dia itu masih gadis atau sudah janda yah?"
"Janda" jawab cepat Bagas yang tetap fokus dengan sarapannya.
"Oo?" angguk Sari.
"Memangnya kenapa?"
"Anu Tuan, biasalah supir dan penjaga keamanan disini, mereka itu suka sekali menggoda Mila. Mirip seperti Bibi dulu waktu gadis, banyak yang godain... hehehehe!"
"Yanti sudah pulang Bi?" Tanya Bagas mengalihkan.
"Sudah Tuan, habis subuh dia sudah pulang?"
"Ok!"
"Zaman sekarang banyak yang seperti Mila. Masih muda tapi sudah jadi janda, memangnya suaminya kemana Tuan?" tanya kepo dan polos Sari
"Di makan Dinosaurus. Buatkan saya jus daripada kamu bertanya yang tidak-tidak," ucap kesal Bagas.
"Hehehe. Baik Tuan!" Sari bangkit dan bergegas menjalankan perintah Bagas.
Pukul 08. 07 Wib
Bagas lanjut berolahraga jalan hingga lari di treadmill canggihnya dalam ruangan kaca yang dapat terbuka. Ruangan olahraga di disain bagus dengan view dan sirkulasi udara serta pencahayaan matahari pagi yang menyehatkan.
"Setelah mandi saatnya kita berjemur yah sayang!" ucap lembut Mila tampak menyiapkan apik kebutuhan Emma.
Tanpa sengaja dua bola mata Bagas menyoroti kepo ke arah Mila yang tengah mendorong Emma dengan baby Walkernya sambil menenteng tas cemilan dan susu.
Dua petugas kemanan yang sedang berpatroli begitu senang menyapa Mila bahkan mereka menawarkan makanan.
Mila tersenyum manis dengan keramahannya yang polos.
"Sarapan dulu neng jangan kerja terus!" sapa manja mereka.
"Sudah Mas?" angguk Mila.
"Jaga baby itu capek yah neng?"
"Tapi saya senang Mas!"
"Ntar jagain anak kita juga seperti ini yah Beib...wkwk!" Tawa centil dua pria lajang itu begitu senang menggoda pengasuh Emma yang baru.
Melihat pemandangan itu Bagas mengatur mode treadmill dengan kecepatan tinggi berlari cepat hingga membuat keringat pria itu berjatuhan tanpa henti.
trimakasih banyak kaaaaa🙏🙏🙏🙏 akhir'y pecah telor
bikin karya baru yoook
Doa Bu Wirda tembus ke langit sehingga anak² beliau bisa mendapatkan kebahagiaan,,,
Very cepat datang dong tolong bos Bagas jangan sampai terlambat,,,
Mila jangan keluar nurut apa kata Bagas tetap di dalam mobil saja
Emang paling susah ngurusin anak mertua di lawan takut dosa, sudah bawel ya apalagi monster biawak😂😂😂