CEO muda yang sudah mati rasa sehingga bersumpah untuk tidak lagi mengenal cinta kini dia sendiri yang melanggar sumpahnya karena bertemu dengan gadis kecil yang merupakan anak dari seorang tukang parkir di perusahaannya.
Lalu bagaimanakah caranya agar mereka bisa bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Litle Bear♡, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13
Selesai sholat isya' berjamaah dan makan malam, Herman mengajak anak dan istrinya untuk berkumpul di teras rumah karena memang ada hal yang penting akan dibicarakan.
Keisya yang tadinya ingin masuk kamar untuk istirahat segera dihalangi, Keisya menurut saja. Oh iya Vina udah pulang, dia nginep cuma empat hari karena gak diizinin nginep lama-lama karena katanya hari itu Vina bakal keluar kota untuk mendaftar kuliah di Universitas impiannya.
"Keisya ini menyangkut kamu jadi kamu yang terpenting disini," ujar Herman.
Setelah semuanya duduk melingkar, Herman memulai pembicaraan. Rasanya berat sekali untuk bicara, nafasnya seperti tercekat, lidahnya terasa kelu. Erna, Keisya dan Fitri menunggu dengan was-was.
"Bapak bingung mau mulai darimana."
"Pelan-pelan saja Pak, apa ini sangat penting?" tanya Erna.
"Penting sekali karena ini untuk masa depan Kei kedepannya," jawab Herman tegas.
"Bapak bicara saja kita gak akan memotong pembicaraan bapak," Keisya menengahi.
"Keisya anakku apakah kamu bersedia menikah dengan Tuan Vino?" Satu ruangan langsung diam fokus pada apa yang di dengar tadi termasuk Keisya yang tak kalah terkejutnya.
"Ke-kenapa Kei harus menikah dengannya?" tanya Keisya gagap.
"Ini permintaan Tuan Vino, katanya beliau ingin menikah dengan kamu. Bapak sudah beberapa kali menolaknya tapi beliau sungguh keras kepala, Bapak tidak bisa berkata apa-apa lagi untuk menghalanginya," jawab Herman pasrah.
"Bapak tidak diancam untuk dipecat kan?" tanya Keisya.
"Tidak. Selama ini Tuan Vino memang selalu baik pada Bapak tanpa sepengetahuan kalian, tapi awalnya Bapak tidak peduli akan perubahan sikapnya karena Bapak fikir itu memang tugas seorang atasan pada pekerjanya. Tapi sekarang Bapak mengerti ternyata tuan Vino ingin mendekati bapak sebelum mendekati kamu," tutur Herman. Keisya terdiam.
"Ihhh kok Keisya sih yang nikah sama Tuan Vino. Kenapa gak Fitri aja, kan Fitri lebih cantik dan umur Fitri udah cocok buat nikah," bantah Fitri kali ini.
"Bapak juga berfikir seperti itu Fitri, Bapak juga sudah menawarkan untuk menikahi kamu dengannya tapi sayang tuan Vino bilang tidak tertarik sama kamu," jawab Herman. Mendengar hal itu Fitri mendengus kesal karena ditolak mentah-mentah oleh Vino.
"Apa menariknya sih dari Kei, masih cantikan juga Fitri," gumamnya. Keisya memiih untuk tidak mendengarkan ocehan kakaknya yang super julid, dia lebih memilih untuk memikirkan jawaban apa yang akan ia beri.
"Sekarang keputusan ada di kamu Kei, jika kamu terima ya terima jika kamu nolak juga tidak apa-apa nanti biar Bapak yang bicara dengan beliau, asal kamu tidak terbebani saja cukup katakan jawaban kamu, secepatnya akan bapak sampaikan pada tuan Vino," ujar nya. Keisya berfikir keras. Menolak pernikahan ini pasti resikonya akan berat, Keisya tau bagaimana perangai Vino yang keras kepala dan tidak mau mengalah. Apa yang dia inginkan harus ia dapatkan. Keisya tau semua itu dari cerita Bapaknya. Jika menolak pasti Herman yang akan kena bisa jadi juga seluruh keluarganya.
"Keisya punya satu jawaban di otak Keisya, dan itu adalah 'iya'. Keisya bersedia menikah dengan tuan Vino untuk kebahagiaan bersama," tegas Keisya. Keputusannya sudah bulat kali ini.
"Kamu tidak apa-apa kan Nak? Ini pernikahan loh, dan menjalani rumah tangga itu tidak mudah diumur kamu yang masih belasan tahun," Erna angkat bicara setelah mendengar jawaban putrinya.
"Keisya baik-baik saja kok Buk, dan Keisya yakin semua akan berjalan dengan semestinya. Takdir kan tidak ada yang tau mungkin ini jalan yang diberikan Allah untuk keluarga kita, Keiysa sangat yakin pilihan Allah tidak pernah salah, karena orang baik pasti takdirnya juga baik," jawab Keisya. Erna segera memeluk Keisya seerat mungkin dan mulai menangis. Sebentar lagi dia akan kehilangan putri kesayangannya.
"Jika itu adalah keputusan kamu Bapak juga terima. Dan satu lagi, besok kamu harus ikut Bapak ke perusahaan, ini permintaan Tuan Vino dan kamu disarankan untuk memakai pakaian yang bagus karena besok kamu akan dipublish di media dan status kamu adalah nyonya muda Pratama," tutur Herman lagi.
"Apa itu tidak terlalu cepat mempublikasikan wajah Kei, kan nikah aja belum?," tolak Keisya.
"Kita ikuti saja apa kemauan nya, mau membantah juga tidak bisa. Ya sudah kalian semua boleh istirahat," mereka bubar dan langsung masuk ke kamar masing-masing.
Keisya tidak bisa tidur, pikirannya masih melayang entah kemana, Keisya tidak habis pikir jika dia akan menikah dengan lelaki yang sangat berpengaruh di kota ini. Keisya sempat berfikir jika pernikahan ini hanyalah sebatas janji di atas kertas bukan pernikahan yang serius. (Keisya kebanyakan baca novel kayaknya haha).
"Bagaimana jika aku akan dijadikan babu di rumahnya? Bagaimana jika aku disiksa? Bagaimana jika aku akan diceraikan setelah seminggu menikah?" pikiran Keisya sudah kemana-mana. Karena sudah lelah negatif thinking Keisya pun tertidur lelap.
Keesokan paginya Keiysa tampak rapi dengan dress putih panjang sampai menutupi lututnya. Ini pun dress Fitri yang dipinjam karena Keisya yang tidak terlalu peduli dengan yang namanya Fashion. Harus dengar ocehan Fitri dulu satu jam baru dikasih pinjam.
"Kamu cantik sekali Keisya," puji Erna melongo. Tidak percaya Keisya bisa secantik ini. Herman mengiyakan ucapan istrinya.
"Tiinn...Tiinn.." suara bel mobil terdengar dari luar rumah.
"Sepertinya mereka sudah sampai. Ayo Kei kita keluar," ajak Herman seraya menuntun Keisya karena sedikit susah jalan akibat high heels yang digunakannya, maklum lah Keisya tidak suka pake begituan. Kalo udah ada sendal jepit mah tinggal dipake langsung cuss pergi. Keisya takjub melihat mobil mewah terparkir di depan rumah.
"Ini beneran kita naik mobil itu pak?" tanya Keisya tak percaya.
"Benar. Bapak juga gak tau kalo mereka bakal datang jemput," jawabnya.
"Mereka? Memangnya siapa saja Pak?"
"Ya siapa lagi kalo bukan Tuan Vino dengan asistennya yang namanya Aldi."
"Hah? Tuan Vino juga ikut?"
"Tentu saja, di perusahaan pasti sekarang banyak wartawan di sana yang siap meliput berita menggemparkan ini. Jadi mungkin Tuan Vino berfikir akan langsung mempublish wajah kamu nanti setelah sampai di perusahaan," jelas Herman.
"Duh, kok Kei jadi deg degan ya pak?. Rasanya Keisya pengen sembunyi saja," tangan Keisya mulai berkeringat dingin.
"Prosesnya tidak akan lama, kamu cukup senyum-senyum depan kamera kayak lagi di poto gitu," canda Herman untuk mencairkan suasana.
Sudah sampai di dekat mobil. Seseorang membukakan pintu untuk Keisya, sudah pasti orang itu adalah Aldi. Sejenak Aldi terpesona dengan penampilan Keisya dan ia segera sadar dari lamunanya.
"Silahkan masuk nona," ucap Aldi. Keisya dipanggil seperti itu langsung merinding. Di dalam mobil, Keisya melihat Vino yang saat ini sedang menatap kearahnya tanpa berkedip.
Keisya duduk di kursi belakang bersama Vino alias calon suami uhuyy, sedangkan Aldi bersama Herman di kursi depan.
Keisya sudah canggung banget karena ditatap oleh Vino. Vino sendiri tidak bisa lepas pandangan karena terpesona oleh kecantikan Keisya.
"Ekhem. Aldi jalan sekarang!" Vino mengalihkan pandangan ke depan.
"Baik Tuan."
Mobil mewah kini melaju dengan tenang menuju perusahaan.
marah ngambek tak perdulo hanya baik saja penculik sampai saat ini tak ada beritanya