AKU BUKAN PELACUR
Tan Palupi Gulizar nama yang manis. Namun tak semanis perjalanan hidup yang harus ia lalui untuk mencari jawaban siapa jati dirinya yang sebenarnya.
Sosok yang selama ini melindungi dan membesarkannya, ternyata menyimpan sebuah cerita dan misteri tentang siapa dia sebenarnya.
Lika-liku asmara cinta seorang detektif, yang terjerat perjanjian.
Ikuti kisah kasih asmara beda usia, jangan lupa komentar dan kritik membangun, like, rate ⭐🖐️
Selamat membaca 🤗🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delima Rhujiwati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Setelah puas melampiaskan hasratnya, pasangan mesum itu masih menikmat kebersamaan mereka.
"Oom, Riris butuh kompensasi untuk menjalankan ini. Riris janji, sesegera mungkin akan mencari tahu tempat Palupi berada dan membawa dia kepada Oom Bambang."
Riris melemparkan rayuan mautnya, untuk mewujudkan obsesinya memiliki mobil dan uang yang banyak.
Sambil tetap membelai pucuk buah aprikot milik Riris yang mencuat menantang, Bambang mengingatkan, "Lakukan semua rencanamu dengan baik, Oom hanya mau bersihnya saja. Untuk segala kebutuhanmu Oom tetap akan berikan, tapi ingat!" Bambang membetulkan letak duduknya.
"Apa itu Oom?"
"Bila kamu gagal, kamu akan Oom jadikan TKW ke Arab Saudi, dengan pembagian keuntungan fifty-fifty dari gajimu di sana! Gimana, heem?"
Bambang mencolek dagu Riris dengan gemas, dan kembali menggoda untuk kembali menuju puncak surga dunia mereka lagi.
Air hangat itu mengucur deras dari shower, menyegarkan tubuh mereka dari lengketnya peluh yang melekat pada kulit mereka.
"Riris, di bawah ada mobil Oom. Kamu bisa memakainya lebih dulu. Nanti Oom pulang gampang, ada yang yang jemput."
Bambang mengawali kesunyian sesaat mereka.
"Loh bukannya mobil baru, atas nama Riris ya Oom? Kok mobil yang sudah dipakai sama Oom sih? Kan nggak asyik Oom." Rengek Riris sambil menggelayut di lengan Bambang.
"He..he..he... Sayang, di mana-mana itu kerja dulu baru bayaran kemudian, hemm... Kurang apa Oom sama kamu?"
"Sudah pake saja mobil yang ini dulu", sembari mengangsurkan kunci dan STNK mobilnya.
"Sehari setelah Oom bisa menikmati tubuh Palupi, Oom akan berikan yang baru."
Bambang serius menanggapi protes Riris, sambil mengayunkan tangannya, lalu tubuh Riris kembali jatuh di pangkuannya.
"Ah...Oom, geli! Sudah Oom nanti nggak pulang-pulang loh Oom Bambang sayang, kan masih ada hari lusa lagi." Riris mengelak halus godaan Bambang kembali.
Bambang juga mengulurkan satu buat kartu kredit untuk Riris.
Dengan mata berbinar dan sorak gembira, Riris menerima pemberian Bambang.
Dengan senyum yang enggan surut, Riris melangkah ke basement tempat mobil Bambang terparkir.
Dalam benaknya, Riris bermonolog, 'Oom Bambang, aku harus bisa menaklukkanmu. Aku tidak boleh kalah dengan yang lain, apalagi dengan palupi. Aku lebih seksi dari siapapun, dan aku mampu memberikan kepuasan di ranjang.'
Sementara itu di area lobby hotel tempat Bambang sedang melakukan pembayaran untuk check out, dia menelpon seseorang dengan mimik wajah yang sangat serius.
"Tomo, awasi gadis bi*nal itu. Aku juga tidak mau rugi terlalu banyak dengan dia. Kamu boleh mencicipi kemolekan tubuhnya. Biar aku mudah untuk menjebaknya, setelah aku dapatkan adik pungutnya dalam pelukanku."
Senyum sinis Bambang, membayangkan kenikmatannya bila sudah ia dapatkan daun yang lebih muda lagi.
Pria yang bernama Tomo, yang baru saja menerima pesan dari Bambang, tentu senang bagaikan mendapatkan durian runtuh saja, ketika Bambang memberikan izin untuk ikut menikmati kemolekan Riris.
Sedangkan Riris, senang bukan kepalang mendapatkan angin segar dari Bambang. Dia berbelok ke departemen store terbesar di kota S.
Dia masuk dari butik satu ke butik satunya lagi, matanya jelalatan mencari apa yang dia inginkan. Namun, tanpa sengaja matanya menatap pemandangan yang tidak asing baginya.
Palupi berjalan sambil bercanda dengan Liana. Mereka bahagia sambil menikmati makanan di sebuah restoran Jepang cepat saji.
Dari jauh Riris melihat keakraban itu dengan geram dan dibakar api kebencian pada Palupi. Dia terus mengawasi, apa yang akan Palupi dan Liana lakukan.
"Sialan, siapa wanita yang sok tajir itu. Aku harus segera mencari tahu. Siapa dia dan di mana Palupi bertempat tinggal?"
Riris kemudian masuk ke restoran dan mengambil tempat duduk yang tidak jauh dari Palupi. Riris mengambil tempat duduk dengan sedikit penghalang agar tidak terlihat oleh mereka berdua.
Palupi yang terlihat cantik dengan setelan outfit yang cocok sesuai usianya. Penampilannya
manis dengan rambut ikal pirangnya yang dibiarkan tergerai cantik.
"Nona, setelah ini kita lihat tas itu ya. Kau harus tampil beda dari kemaren. Jangan canggung ya sayang. Penampilan itu tidak harus memakai barang branded. Beli barang apapun asalkan kita happy, harga pas di kantong, cocok di hati. Kita angkut saja. Masalah pembayaran biar tuan John yang menanggung."
Lentik mata Liana berkedip genit sambil bicara dengan bibir agak dimonyongkan ke depan.
"He..he..he.." Liana tertawa kecil sambil membetulkan letak duduknya, sehingga lebih feminin.
Selesai makan, mereka berjalan ke arah sebuah outlet yang menawarkan tas-tas branded yang cantik dan menggoda mata kaum hawa bila melintas.
"Liana, aku suka yang ini." Celetuk Palupi ketika matanya melihat sebuah tas cantik dengan warna yang ia sukai.
Liana mendekat, namun...
"Hei... Itu pilihanku, jangan kau sentuh!" Sentak suara keras, bersamaan dengan sebuah tangan yang merampas tas yang palupi pegang.
"Hei nona..., apa masalahmu? Kembalikan! Dia duluan yang memilih!" Tangan Liana yang semula gemulai menjadi berotot juga ketika Riris dengan kuatnya menarik tas yang Palupi pegang.
"Mbak Riris? Mbak ada di sini juga? Apa khabar mbak?"
Palupi bahkan tidak menghiraukan perlakuan kasar yang telah Riris berikan padanya.
"Memangnya hanya kamu saja yang bisa ke mall? Heh..., aku pun bisa memborong apapun yang aku inginkan! Masalah buat kamu?" Bola mata Riris nyaris lepas ketika membalas pertanyaan Palupi.
"Hei... Kamu! Bisa kan bicara pelan-pelan dan sopan? Ini tempat umum loh dik." Liana masih bersikap lembut pada Riris.
Namun Riris malah emosi dan bikin panas kuping Liana.
"Hei ban\*ci kurang kerjaan, aku nggak ada masalah dengan kamu ya. Jangan ikut-ikutan!"
Teriak Riris yang terlihat sangat bar-bar. Dia bahkan berkata sambil mendorong pundak Liana.
Liana seketika naik pitam. Tangannya langsung menjambak rambut Riris sambil ngomel.
"Hei kamu ja\*lang, sini aku kasih pelajaran mulut bau kamu!"
Tangan Liana yang semula gemulai, berubah jadi kekar seketika. Dia menarik rambut panjang Riris dan membawa keluar dari outlet tas.
"Auch..., sakit bo\*doh kamu melukaiku! Lepaskan!"
Riris memberontak namun jelas kalah tenaga. Bagaimanapun juga gemulainya Liana, dia tetap bergender laki-laki.
Percekcokan keduanya mulai menarik perhatian pengunjung mall.
Banyak pengunjung mall yang melihat adegan mereka berdua yang saling jambak dan saling memaki.
"Liana... Hentikan kalian berdua ini ada apa sih? Tidak malu dilihat orang banyak?"
Palupi berusaha melerai mereka, namun malah terdorong hingga membuatnya jatuh terjerembab ke belakang.
"Stop! Suara bariton yang keras mengagetkan mereka.
Pengunjung yang menonton kejadian di mall tersebut menoleh.
Mereka mencari dari arah mana suara itu berasal.
Pengunjung mall saling berbisik dan mencibir entah apa yang mereka gumamkan untuk sekedar mencaci Liana dan Riris.
"Kau." Mata Riris terbelalak terkejut dan melihat siapa laki-laki itu.
Dua anggota Satpam mall menghampiri mereka yang bertengkar, dan menggandeng dua wanita berbeda gender itu ke pos keamanan mall.
...\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*...
Duh gaduh di mall ya 🤧 bikin malu saja . tetep stay ya Mak 🤭 lihat siapa tuh cowok yang nyamperin mereka.
TBC😘
klo palupi dia terlalu baik