Wanita cantik dengan segudang kehidupannya yang kompleks, bertemu dengan laki-laki yang mengerikan tapi pada akhirnya penuh perhatian.
Dengan latar belakang yang saling membutuhkan, akhirnya mereka di pertemukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Emlove 33
Malam telah larut, Agenda makan malam para pebisnis Dunia telah lewat, kini rombongan dari Rajasa company telah keluar dari gedung.
Udara dingin menyapa mereka semua ketika berada di luar, pemandangan malam yang tak kalah apik terlihat di sekitaran, lampu-lampu jalan sebagai penerangan bergaya klasik, mempercantik penampilan gedung-gedung kokoh yang ada di sekitarnya.
Tak lama rombongan sudah menuju ke kamar hotel kembali, Demitri menaiki lift bersama Rosa menuju ke lantai gedung hotel yang berbeda dari lainnya.
"Harusnya Tuan Demitri gak ngomong gitu tadi, seolah sedang terjadi sesuatu dengan kita" baru saat ini Rosa berani protes, gak apa-apa kalau cuma dua pengawal ini saja yang mendengarnya.
"Harusnya kamu berterima kasih"
Jawaban yang membuat Rosa terbengong tentu saja, menatap Demitri dari samping dan mencoba memahami arti kata harus berterimakasih, untuk apa coba?, secara dia kan masih jomblo, siapa tau dari mereka ada yang memungut nya, lumayan kan ya?
"Berterimakasih?, maksudnya?"
"Orang yang melemparkan pertanyaan itu sepertinya mengincar mu, kalau dia laki-laki yang baik masih mending, tapi ini, kamu hanya akan di jadikan obyek se-ks saja, mau?"
"Ha?!, amit-amit Tuan!" seru Rosa sambil menggelengkan kepala, takut juga mendengarnya.
"Mangkanya, hati-hati dalam dunia bisnis seperti ini, banyak Serigala berbulu domba, tidak nampak dari luar tapi siap menerkam dari dalam"
"Dunia tipu-tipu nih Tuan?"
"Bisa di bilang seperti itu"
"Dan Tuan Demitri tau kepribadian mereka semua?"
"Sebagian besar, tapi ada juga yang masih belum aku kenal sepenuhnya, untuk itu, kita harus FOKUS!"
Rosa mengangguk cepat, saat Demitri menatap tajam mengatakan kata Fokus, menunjukkan Hal utama yang harus dilakukan saat ini, saat mengembara di dunia bisnis, apalagi setingkat Dunia, HARUS WASPADA.
Rosa mengakui kejelian dan ketajaman insting Demitri yang cukup tinggi, bahkan dalam perjamuan makan malam tadi gerak geriknya terlihat begitu tenang dari yang lainnya, semua orang nampak menaruh hormat yang tak biasa.
Memasuki kamar hotel yang di buka lebih dulu oleh Demitri, Rosa segera masuk mengikuti.
"Selamat malam Tuan" ucap Rosa sebelum masuk ke dalam kamarnya.
Demitri berhenti sejenak, Dejavu masa lalu, dimana seorang wanita selalu memberikan ucapan itu saat waktu istirahat malamnya.
"Hem" ucap Demitri lalu pergi memasuki kamarnya sendiri.
Rosa menatap sekitaran kamar, berjalan mendekati tempat tidur dan menjatuhkan tubuhnya sejenak, rasanya cukup lelah dan stres juga, walau hanya sekedar makan malam.
"Akhirnya, aku bisa beristirahat malam ini" gumamnya lalu bangkit dan menuju ke kamar mandi yang super mewah, Rosa melihat sekeliling dan tersenyum menikmati.
Kini kakinya berjalan menuju ke jendela kaca besar yang menghadap di jalanan kota, begitu indah dan luar biasa, Rosa terpana melihat lampu-lampu yang lebih mirip bintang bertaburan di bawah sana.
Baru saja Rosa hendak merebahkan diri, ponselnya berbunyi, rupanya panggilan dari adik tercinta.
"Hi kak Ros!, bagaimana perjalanannya, kakak sehat kan di sana?"
Rosa tersenyum, kangen juga sama ini anak yang kadang sering buat huru hara di rumahnya, "Alhamdulillah, perjalan lancar, gimana kamu sama nenek?, aman?"
"Aman dong!"
Lalu Rafael memindahkan ke dalam mode Video Call, perbincangan terjadi dengan nenek dan juga adiknya, Rosa merasa senang dan bisa mengobati rindunya.
Percakapan yang hampir memakan waktu setengah jam itu akhirnya berhenti, berganti dengan panggilan dari dua sahabatnya yang sudah kepo sedari pagi.
"Rosi!, kenapa pesan gue gak lo balas sih?!" teriak Jeny.
"Sorry, seharian sibuk, gak sempat pegang handphone buat cuap-cuap sama kalian, full buat nyatet semua hal penting untuk bisnis tuan Demitri lo yang paling tampan"
Terdengar suara tawa, bukan hanya Jeny, tapi Freya juga ada di sana.
"Bagaimana Cogan kita itu, aman?" tanya Freya.
"Biasalah, ribet kadang, tapi kayaknya gue dah mulai terbiasa, kerja kayak role coaster sama dia, tapi maklum juga sih, berurusan dengan para pebisnis kelas dunia memang butuh effort yang tinggi"
"Wah, banyak belajar lo?!" sahut Jeny.
"Iya dong, kesempatan emas kayak gini gak akan gue sia-siakan Jendol!"
"Mantap tuh, pulang dari sono bisa jadi direktur dua lo, sekalian melayani atasan"
"Gila lo, melayani tuan Demitri, bisa mati berdiri gue, rumit kadang orangnya, aku berharap bu Yulia segera sembuh dan aktif kembali kerja" jawab Rosa.
"Gak mungkin deh kayaknya, soalnya Bu Yulia bisa kambuh ulangan kalau berada di posisinya dulu, lo aja yang masih lebih muda sering kalang kabut"
"Iya tuh, Lo yang paling cocok di posisi itu Rosa, sekretarisnya!" sambar Freya.
"Heh, ngomong apaan kalian, sialan!"
Terdengar tawa membahana kembali, Freya dan Jeny emang paling suka lihat Rosa mencak-mencak dengan tingkah yang kadang setengah gila, lucu!
Sudah cukup malam, Rosa butuh istirahat dengan tenang tentunya, setelah menerima pesanan oleh-oleh yang banyak dari kedua sahabat laknatnya itu, Rosa segera merebahkan tubuhnya, mengatur suhu AC dalam kamar, dan_
Ponsel berbunyi lagi
"Mau apa kalian sih, aku sudah ngantuk parah, kalau mau ngomongin Tuan Demitri sambung besok!" mata Rosa sambil memejam saat menerima panggilan.
"Oh, jadi kerjamu kalau malam ngomongin saya?"
GUBRAK
Nyawa Rosa yang tadi hanya separuh saja seketika langsung genap menempati raganya, Terkejut dan mengucek mata, berharap hanya ilusinya saja saat mendengarkan siapa yang bicara di balik panggilan ponselnya.
Tapi nyatanya_
TIDAK!!
Terpampang jelas ada nama Demitri dalam layar ponsel yang masih menyala, ya Tuhan!
"Ma maaf Tuan, bukan seperti itu, tadi saya hanya_"
"Tidur saja, jangan lupa besok lebih pagi bangunnya, harus tepat waktu menuju ke ruang rapat penting"
"I iya Tuan, siap!" Rosa dengan cepat menjawab.
"Satu lagi_"
"Semua berkas sudah saya siapkan Tuan" ucap Rosa sebelum Demitri menyelesaikan kalimatnya, padahal bukan itu yang di maksud kan.
"Jangan seneng ngomongin saya, lama-lama bisa suka"
KLEK!
Panggilan di tutup begitu saja, Rosa loading sesaat dan, "What?!, pede sekali itu orang, diomongin gak ada baiknya juga, mending lari dari pada harus hidup dengan laki-laki yang sangat sempurna tapi banyak paparazi nya, belum lagi penggemar garis kerasnya yang siap membombardir siapa saja yang dekat dengannya, ih ngeri!" gumam Rosa lalu segera menarik selimut untuk membungkus tubuhnya kembali.
Tak lama terdengar satu pesan masuk dalam ponselnya, Rosa dengan pasrah membuka isinya, dan lagi-lagi Demitri yang memberikan pesan besok jangan sampai bangun telat.
"SIAP BOS!" jawaban singkat dan segera dikirim, jangan sampai ini atasan menganggu tidurnya lagi, bisa-bisa di satroni sama Rosa sekalian di ajak tidur bersama, mudah-mudahan Rosa tidak berbuat gila!
😄😄😄😄