Jayden hampir tidak punya harapan untuk menemukan pacar.
Di sekitarnya ada banyak wanita cantik, tapi tidak ada yang benar-benar tertarik pada pria biasa seperti dia. Mereka bahkan tidak memperdulikan keberadaannya. Tapi segalanya berubah ketika dia diberikan sebuah tongkat. Ya, sebuah tongkat logam. Saat membawa tongkat logam itu, dia baru saja mengambil beberapa langkah ketika disambar petir.
Saat dia kehilangan kesadaran, Jayden ingin memukul habis orang sialan yang memberinya tongkat itu, tapi saat dia bangun, ada kejutan menantinya. Dia mendapatkan sistem yang akan membantunya mendapatkan gadis-gadis dan membuatnya lebih kuat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEJANG-KEJANG
“Aku ingin melihatnya, hm?” Jayden mengalihkan pandangannya dari wajah Lyra dan berkata sambil menatap belahan dadanya yang besar dan putih di balik kemejanya.
Meskipun Lyra tahu hal itu akan terjadi cepat atau lambat, ia tetap merasa malu. Walaupun Jayden memintanya untuk melepas kemejanya, ia tidak bergerak.
“Kalau begitu biar aku saja yang melakukannya,” Jayden memutuskan untuk mengambil alih. Ia menarik Lyra mendekat ke arahnya.
Dalam satu gerakan, Jayden menarik ke atas kemejanya dan melemparkannya ke samping. Kini Lyra duduk di hadapannya, menutupi dadanya dengan kedua tangan, bahkan tidak berani menatap Jayden.
Dia mengenakan bra putih berbahan renda dengan beberapa pola di atasnya. Bra itu berusaha menyembunyikan payudaranya, tetapi dadanya begitu besar sampai Jayden bersumpah payudara itu seolah ingin bebas dari penjara tersebut.
“Bolehkah aku menyentuhnya?” Jayden berbisik di telinga Lyra. Dia tahu Lyra bisa merasakan sentuhannya di kulitnya. Dia tidak akan menghentikannya. Namun tetap saja, dia harus bertanya.
Dari apa yang sistem katakan padanya, Lyra punya titik lemah terhadap bisikan. Hal itu membuatnya terangsang. Dan lebih dari itu, dia ingin merasakan hubungan intim yang lembut. Hubungan lembut bukan hanya soal melakukannya dengan pelan, tetapi lebih pada membangun kepercayaan dan ikatan emosional di antara mereka. Jayden harus menunjukkan bahwa ia peduli pada Lyra, dan juga pada perasaannya.
Mata Jayden sudah menatap payudara Lyra dengan penuh hasrat, dan penisnya kembali mengeras. Lyra pun menyadarinya. Namun meski begitu, Jayden tetap meminta izin, dan itu menyentuh hatinya. Bahkan, ia senang Jayden bertanya. Itu menunjukkan bahwa ia peduli pada apa yang ia inginkan. Meski sebenarnya mungkin hal itu tidak perlu lagi. Mereka sudah melewati batas dan tidak ada jalan untuk berhenti. Tapi tetap saja...
Perlahan, Lyra menurunkan tangannya, dan payudaranya kini terpampang di depan Jayden. Dia tidak mengatakan apa pun. Dia hanya membiarkannya mengagumi dadanya sejenak, menikmati perhatian dan sensasi dari tatapan intens Jayden pada payudaranya. Jayden membuat putingnya mengeras dan menegang hanya dengan menatapnya.
Bahkan di balik bra-nya, payudaranya adalah hal paling luar biasa yang pernah Jayden lihat. Dia perlahan, dengan sedikit ragu-ragu, mengulurkan tangannya ke arah sana.
“Kau boleh melakukannya. Tidak apa-apa,” akhirnya Lyra berbicara, memberi izin pada Jayden.
Itu memberi Jayden dorongan terakhir. Ia meletakkan satu tangannya di pinggang Lyra, dan tangan kirinya di payudara kiri Lyra, lalu meremasnya dengan kuat.
Lyra mengerang dan melengkungkan punggungnya karena kenikmatan.
Jayden condong ke depan. Ia menempatkan wajahnya di antara payudara Lyra dan mulai memberikan ciuman di seluruhnya. Dia memulai dari payudaranya lalu naik ke leher, kemudian ke telinganya. Tak ada satupun bagian yang ia lewatkan.
Jayden tidak terburu-buru. Dia menikmati setiap detik. Lyra gemetar setiap kali bibir Jayden menyentuh kulitnya. Tangannya meluncur ke belakang leher Jayden dan mencengkeram rambutnya.
Dengan hati-hati, Jayden meraih ke belakang dan membuka pengait bra Lyra. Ia menurunkan tali bra dari bahunya dan sepenuhnya menyingkap payudara Lyra. Jayden langsung merasa kepalanya ringan.
“Bagaimana menurutmu?” tanya Lyra dengan malu-malu.
Namun Jayden bahkan tidak bisa berbicara. Seolah ia tidak mendengar pertanyaannya sama sekali.
“Aku anggap itu pertanda bagus,” kata Lyra sambil tertawa kecil.
Jayden meraih kaki Lyra dan menariknya lebih dekat lagi. Dia membuat Lyra berbaring telentang di lantai, sementara Jayden berada di atasnya, meremas dan mengisap payudaranya.
Jayden terus mengisap payudara Lyra seperti bayi selama sekitar lima menit sebelum akhirnya melepaskannya dan menarik napas dalam-dalam.
“Itu... itu luar biasa,” meski Jayden telah melepaskan payudaranya, pandangannya tetap tertuju pada payudara besar dan putih milik Lyra. ‘Bagaimana mungkin dia masih perawan dengan dada seperti ini?’ Jayden merasa sulit mempercayainya.
“Kau... kau... kau anak nakal,” Lyra menatap Jayden dan mencoba terdengar marah. Namun semakin ia mengerutkan kening, semakin imut ia terlihat. Awalnya ia membiarkan Jayden memperlakukan payudaranya sesuka hati. Bahkan, ia merasa geli di awal. Namun setelah satu menit berlalu, ia tak bisa menahan diri untuk tidak mengerang.
"Apakah sudah selesai?" Lyra bertanya. Semuanya terasa terlalu berlebihan bagi seorang pemula sepertinya. Tubuhnya sudah berada di ambang batas. Sepertinya dia tidak akan sanggup menahannya lebih lama lagi.
"Apa yang kau katakan?" Namun Jayden menatap Lyra dengan seringai, "Kita baru saja mulai."
Dia menatap mata Lyra yang indah dan menarik napas dalam-dalam. Dalam sekejap, dia menyelipkan tangannya ke bawah rok Lyra, meraih lapisan kain pertama yang dia temukan. Sebelum Lyra sempat bereaksi, Jayden sudah berlutut dan menarik celana dalam renda putih Lyra hingga ke lututnya.
"Jayden!" Lyra berteriak kaget.
Namun Jayden mengabaikan protesnya. Dia berlutut di lantai dan mendorong kaki Lyra terbuka saat dia berusaha melawan. Dia tahu Lyra tidak akan tiba-tiba menerima apa pun yang akan dia lakukan, jadi dia harus bergerak cepat. Dia menarik celana dalamnya sampai benar-benar terlepas sambil menahan kaki Lyra di tempatnya.
"Apa yang kau lakukan?!" Lyra menuntut, berusaha sia-sia untuk menutup kakinya.
Sambil mendorong roknya ke atas, Jayden mendapatkan pandangan jarak dekat pertamanya pada milik Lyra. SANGAT INDAH… Jayden bisa saja menatapnya sepanjang hari, tetapi dia memaksa dirinya berhenti dan segera mulai menjilat celahnya.
Meskipun dia sempat menangis memprotes, Lyra berhenti berusaha menutup kakinya. Setengah terkejut, setengah menyadari betapa dia sangat membutuhkannya, Lyra terbaring kaku di tempat dan membiarkan dengan bebas menjelajahi pussy-nya.
Jayden tersenyum saat menyadari bahwa Lyra membiarkannya melakukannya. Dia belum pernah melakukan ini sebelumnya sehingga pengalamannya minim, tetapi dasar-dasarnya dia pahami. Yang dia butuhkan hanyalah kesempatan untuk mencobanya langsung.
"Jay... Jayden! Ya Tuhan!" Lyra mengerang. Tubuhnya bergetar karena kenikmatan. Dia mencoba bangkit, tetapi dalam hitungan detik kembali terjatuh telentang.
"Oh, Jayden, jangan berhenti!" Lyra mengerang penuh kenikmatan.
Lyra menjerit karena kenikmatan dan menangis saat Jayden mengisapnya.
"Ohhhh ya Tuhan! Oh, Jayden!"
Namun Jayden bertahan dan terus memainkan lubang Lyra saat Lyra akhirnya merasakan pelepasannya datang.
"Ohhhh, sial! Ohh, aku akan orgasme. Jayden! Aku akan orgasme... Ohhhhhhhhh!!!"
Jayden tetap bersamanya saat Lyra mencapai orgasmenya, gemetar dan mengerang liar saat tubuhnya terangkat-angkat di lantai. Setelah beberapa saat, Lyra berhenti bergerak dan Jayden jatuh terduduk di lantai. Terengah-engah seperti anjing kepanasan, Lyra berguling dan terkapar telentang.
