Aku pernah merasakan rindu pada seseorang dengan hanya mendengar sebait lirik lagu. Mungkin bagi sebagian orang itu biasa. Bagi sebagian orang masa lalu itu harus dilupakan. Namun, bagiku, hingga detik di mana aku bahagia pun, aku ingin kau tetap hadir walau hanya sebagai kenangan…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hyeon Gee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Story 12
“Jadi…kau akan menikah akhir bulan ini? Kenapa mendadak?”
Seol Hee menatap datar usai membaca undangan yang ia terima.
“Tidak ada yang mendadak. Waktu satu tahun sudah cukup untuk mempersiapkan semuanya. Sebelum itu pun aku sudah lebih dari siap.”
“Mmm…” Seol Hee mengangguk pelan dan kembali membaca lagi undangannya, “selamat,” ucapnya yang kemudian kembali melihat Jun Su, “mungkin aku tidak akan datang. Aku agak repot bulan ini. Aku harus mempersiapkan kelulusanku. Sampaikan saja salamku untuk Ayah, Ibumu juga Kak Jun Ho dan Kak…”
“Kenapa?” tanya Jun Su memutus kalimatnya.
“Apanya yang kenapa?” tanya Seol Hee dengan kening berkerut.
“Kenapa tidak datang? Kenapa tidak mau datang?”
“Bukan tidak mau. Kau menikah bertepatan saat aku ingin mempersiapkan kelulusanku. Kalau kau katakan dari awal, mungkin aku bisa sedikit menundanya.”
Diam, Jun Su hanya mengangguk pelan dan Seol Hee hanya tersenyum sebelum kemudian melangkah pergi meninggalkan Jun Su yang masih memandanginya.
“Kau bilang ingin mengenalkanku dengan pacar Chang Yi. Dia tidak ikut kemari.”
Jun Su hanya tersenyum tipis dan menyeruput tehnya.
“Dia sangat repot karena ternyata akan mempersiapkan kelulusan kuliahnya. Saat pernikahan nanti pun kelihatannya tidak akan datang.”
Gadis berambut cokelat itu tampak kecewa namun, dia hanya mengangguk pelan kemudian.
“Jadi, aku tidak ada kemungkinan untuk bertemu dengannya?”
“Haaa…Choi Yu Mi, apa alasanmu sampai begitu ingin bertemu dengannya?” tanya Jun Su dengan kening berkerut.
“Tidak. Aku hanya tidak suka kalau Kak Sae Rin menceritakan tentangnya dengan begitu bangga. Aku ingin melihat wajahnya, apa benar dia secantik itu,” omel Yu Mi.
“Kalau hanya itu alasannya, mending tidak usah bertemu.”
“Kenapa? Apa kau juga membelanya?”
“Haaa…”
“Kenapa? Kau kesal?” tantang Yu Mi.
“Dengar, sebentar lagi kita akan menikah jadi, tidak usah berpikiran aneh-aneh. Untuk apa aku membelanya tapi, tetap menikahimu?”
Diam, Yu Mi hanya melipat tangannya di atas dada dan memalingkan wajah dari Jun Su yang lagi-lagi hanya bisa menghela napas.
“Kita satu kantor dan sudah mengenal masing-masing sejak awal semester. Hanya karena masalah sepele lalu kau ingin mengamuk.”
“Aku hanya tidak suka kalau setiap bertemu, Kak Sae Rin selalu menceritakan tentangnya seolah dia wanita terbaik. Dia juga menunjukkan foto-foto mereka berdua. Bahkan mereka pernah menghabiskan waktu bersama semalaman. Kak Sae Rin juga mewarnai rambutnya,” omel Yu Mi.
“Kalau begitu jadilah gadis baik di depan Kak Sae Rin. Tarik hatinya, ajak dia berfoto bersama. Ajak dia menginap dan mintalah dia mewarnai rambutmu,” sahut Jun Su menahan kesal.
“Kalau begitu bukan karena Kak Sae Rin mau tapi, karena aku yang mengajak.”
Untuk kesekian kali, Jun Su menghela napas.
“Aku ada sedikit kerjaan lagi. Kau ingin ikut aku atau pulang sendiri?”
“Aku menunggu Joo Ra. Kau duluan saja,” sahut Yu Mi ketus.
“Baik. Nanti aku hubungi, ya,” sahut Jun Su seraya mengecup kening Yu Mi.
Diam, diantara keramaian kafe, Yu Mi tampak jengkel melihat punggung Jun Su yang kini tengah melangkah menuju pintu keluar.
...🌸🌸🌸...
Karena cerita setiap orang berbeda tiap detiknya…
“Saudari Choi Yu Mi, apa Anda bersedia menemani suami Anda dikala sakit, sehat, bahagia, serta dukanya?”
Suara pemimpin pernikahan membuat suasana lebih khidmat tatkala terdengar suara sambutan Yu Mi yang terdengar riang mengiyakan pertanyaan dengan sukacita. Dan ada rasa haru saat pertanyaan yang sama diajukan pada Jun Su.
“Iya, saya…”
“KEBERATAN. SAYA, CHA SEOL HEE KEBERATAN AKAN PERNIKAHAN INI KARENA SAYA TENGAH MENGANDUNG ANAK DARI HO JUN SU!!!”
Seakan ada petir yang menyambar seluruh keluarga serta tamu undangan usai pintu gedung terbuka lebar dan disusul teriakan Cha Seol Hee yang terdengar murka, Yu Mi hanya bisa membelalakkan kedua matanya. Dia menatap Jun Su yang ikut syok akan keadaan yang terjadi.
“Jadi, ini alasan kau tidak ingin aku bertemu dengannya?”
Bisikan amarah Yu Mi seakan menyadarkan Jun Su yang sempat terpaku menatap Seol Hee. Ada tawa serta bisik ejekan dari para tamu undangan sebelum akhirnya Jun Su menyadari semua setelah Yu Mi pergi bersama amarahnya keluar dari ruang pernikahan.
Sementara, Seol Hee hanya melirik kesal saat Yu Mi melewatinya dengan wajah memerah. Tidak satu pun dari pihak mempelai wanita berani menyentuh Seol Hee yang menatap mereka dengan murka.
“Selesaikan semuanya sekarang. Ibu tunggu penjelasanmu di rumah.”
Untuk kesekian kali Jun Su terkejut saat orangtuanya serta Jun Ho menegurnya dengan amarah yang tertahan. Hanya Sae Rin yang tampak tersenyum melihat Jun Su yang kebingungan dengan suasana mereka saat itu. Tidak satu pun dari pihak keluarganya juga menyukai hal ini tidak terkecuali, Chang Eun dan Chang Mi yang ikut kebingungan. Sejenak, Jun Su menghela napas keras sebelum akhirnya melangkah cepat menghampiri Seol Hee yang masih berdiri menatap tajam padanya.
“Ikut aku,” ujarnya seraya menggenggam erat tangan Seol Hee.
Dengan perasaan tenang Seol Hee mengikuti langkah Jun Su sampai ke tempat parkir. Mereka menaiki mobil dan sedetik kemudian, Jun Su telah membawanya melaju ke Pantai Haeundae. Diam, tenang, hanya deburan ombak yang untuk waktu lama terdengar diantara mereka. Seol Hee yang tetap bertahan dengan diamnya pun dengan santai menyedot air kelapanya. Sedikitpun tidak ia pedulikan tatapan kesal Jun Su padanya.
“Aaah…nikmatnya,” ujar Seol Hee setelah menghabiskan minumannya.
“Jadi, apa yang kau inginkan?” tanya Jun Su yang masih menahan kesal.
“Menikah dengan Ho Jun Su,” sahut Seol Hee santai.
Seketika, Jun Su hanya tersenyum sinis.
“Kau sengaja melakukannya.”
“Tidak. Aku memang ingin menikah dengan Ho Jun Su. Aku ingin Ho Jun Su ada di sampingku. Aku ingin Ho Jun Su hidup bersa…”
“Aku bukan Ho Chang Yi. Jangan terlalu terobsesi.”
“Hei, tidak. Ini benar. Kau memang harus menikahiku, karena aku mengandung anakmu. Apa kau tidak ingat?” tanya Seol Hee dengan kening berkerut.
Namun, Jun Su lagi-lagi tersenyum sinis. Dia sama sekali tidak percaya dengan apa yang diucapkan Seol Hee.
“Hei, sudah hampir lima bulan sejak terakhir kau menginap beberapa kali di kontrakanku. Hampir setiap hari kita melakukannya karena kau selalu mengajakku minum sepulang kerja. Dan sudah dua bulan aku tidak datang bulan, baru kemarin sore aku pergi memeriksakan dan dokter itu langsung memberiku selamat. Kalau kau masih tidak percaya, lihat ini.”
Segera Seol Hee melemparkan sebuah lembar hasil USG dan membuat Jun Su seketika terbelalak.
“Kau…”
“Hmm…” sahut Seol Hee seraya mengangguk pelan, “tanggung jawab. Tapi, kalau masih tidak percaya, kau boleh tidak langsung menikahiku. Yang penting dampingi aku sampai anak ini lahir. Lalu kita tes DNA. Aku hanya butuh akta kelahiran dengan nama Ayah sah yang tercantum. Sisanya terserah padamu, karena sejujurnya aku pun tidak berminat denganmu. Aku hanya ingin anak ini tahu siapa Ayahnya.”
Mendengar penjelasan dengan ekspresi santai yang ditujukan Seol Hee padanya benar-benar membuat Jun Su merasa dilema.
“Ta, tapi, apa benar itu…kenapa kau sangat yakin?”
“Sebab aku masih suci. Aku tidak pernah tidur dengan siapapun termasuk Chang Yi. Aku hanya berciuman dengan Chang Yi. Kami tidak pernah melakukan hal aneh.”
Lagi, sikap santai Seol Hee membuat Jun Su semakin bingung.
“Aku sudah jelaskan, aku hanya ingin akta dengan nama Ayah yang sah kalau terbukti ini anakmu, dan dampingi aku sampai anak ini lahir. Jadi, tidak perlu menikahiku sekarang ataupun nanti. Yang penting aku mendapat akta agar anakku bisa melanjutkan hidupnya. Mau aku bilang Ayahnya sudah mati pun, dia tidak akan tahu, kan? Aku tidak berminat padamu. Aku hanya ingin anak ini tumbuh dengan mental yang sehat dan aku sebagai Ibu hamil bisa menjalani dengan pikiran yang waras pula. Karena aku tahu, selama kehamilan aku akan sangat membutuhkan pendampingan.”
“Orangtuamu tahu?”
“Tentu tidak. Ayah akan membunuhku kalau dia tahu dan Ibu akan bunuh diri. Mereka tidak tahu kalau aku pulang ke Busan. Aku berjuang sendiri di pesawat karena mabuk tak tertahankan ini.”
“Tapi, aku…”
“Cukup dampingi aku saja dulu. Urusan dengan keluargamu kau atur saja sendiri. Mau ini salahku seorang diri juga tidak apa-apa.”
“Kau ingin kembali ke Seoul dengan kereta saja?”
Pertanyaan Jun Su yang tiba-tiba membuat Seol Hee mengerutkan keningnya.
“Kau tidak ada niatan membunuhku, kan? Kalau kau ada niatan tidak baik karena sakit hati tidak jadi menikah dengan pacarmu gara-gara aku, mending aku hidup sendiri sa…”
“Haaa…sudah berteriak-teriak mengakui diri hamil di depan orang banyak. Entah mempermalukanku, keluargaku juga Yu Mi dan keluarganya, kau pun sudah dihujat habis-habisan. Teruskan dan jalani saja sekarang, sisanya bagaimana bisa di pikir belakangan.”
Diam, akhirnya Seol Hee dibantu Jun Su berdiri dan melangkah pergi beriringan.