sebuah pria tampan CEO bernama suga yang menikah dengan wanita cantik bernama cristine namun pernikahan itu bukan atas kehendak suga melainkan karena sedari kecil suga dan cristine sudag di jodohkan dengan kakek mereka, kakek cristine dan suga mereka sahabat dan sebelum kakek cristine meninggal kakeknya meminya permintaan terakhir agar cucunya menikah dengan suga, namun di sisi lain suga sebenarnya sudah menikah dengan wanita bernama zeline suga dan zeline sudah menikah selama dua tahun namun belum di karuniai seorang anak, itu juga alasan suga menerima pernikahan dengan cristine.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tika kookie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
cinta di antara dua istri sang ceo
Malam semakin larut. Lampu-lampu kota Busan berkelap-kelip di bawah langit yang mulai diselimuti kabut tipis. Suasana di Skyline Blu Terrace terasa semakin lengang, hanya tersisa beberapa pengunjung yang masih bercengkerama dengan nada suara pelan.
Zeline melirik jam di pergelangan tangannya sudah hampir pukul sebelas malam. Ia menarik napas panjang, menatap ke arah Taehyung yang masih memandangnya dengan tatapan yang sulit ia artikan.
Zeline pelan: “Tae… sepertinya aku harus pulang. Sudah malam, Appa pasti menungguku.”
Taehyung menatap Zeline dalam diam sejenak, lalu berdiri. Ia meraih jasnya yang disampirkan di kursi, kemudian menatap Zeline lembut.
Taehyung: “Baiklah. Aku akan mengantarmu pulang.”
Namun Zeline segera menggeleng, sedikit gugup.
Zeline: “Tidak perlu, Tae. Aku membawa mobil sendiri. Lagipula rumah Appa tidak terlalu jauh dari sini.”
Taehyung mengerutkan alisnya, jelas tidak setuju.
Taehyung: “Tapi sudah larut, Zel. Ini Busan, bukan kota kecil seperti dulu. Aku tidak tenang kalau kau pergi sendirian malam-malam begini.”
Zeline tersenyum tipis, meski di matanya masih tersisa bayangan kesedihan.
Zeline: “Aku sudah terbiasa sendirian, Tae. Lagi pula… aku tidak ingin ada kesalahpahaman.”
Kata-kata itu membuat Taehyung terdiam. Ia tahu yang dimaksud Zeline tentang Suga, tentang pernikahan yang masih mengikat mereka.
Taehyung lirih: “Baiklah… tapi tolong, kabari aku kalau sudah sampai, ya?”
Zeline: “Aku akan mengabarimu. Terima kasih, Tae, untuk malam ini.”
Zeline berdiri, meraih tasnya, lalu berjalan pelan menuju pintu keluar. Taehyung hanya bisa memandang punggungnya yang menjauh langkah elegan namun menyimpan luka yang dalam.
Begitu Zeline menghilang di balik pintu, Taehyung berbisik lirih, suaranya nyaris tak terdengar di tengah hembusan angin malam Busan.
Taehyung: “Kau masih terlihat kuat, tapi aku tahu… kau tidak benar-benar baik-baik saja, Zeline.”
Begitu mobil Zeline berhenti di depan rumah ayahnya, matanya langsung membesar. Sebuah mobil hitam mewah yang sangat ia kenal terparkir di halaman. Mobil itu milik Suga suaminya.
Jantung Zeline berdegup kencang, napasnya seolah tertahan di tenggorokan.
“Kenapa dia di sini...?”
gumamnya pelan, nyaris tak terdengar.
Ia turun dari mobilnya perlahan, langkah kakinya terasa berat. Setiap langkah mendekati rumah seolah membuat udara di sekitarnya semakin menekan. Dari jendela besar ruang tamu, terlihat Suga duduk di sofa dengan tubuh tegap, wajahnya datar dan dingin seperti batu. Tatapan matanya tajam pandangan yang dulu membuat Zeline jatuh cinta, tapi kini hanya membuat tubuhnya bergetar.
Begitu Zeline membuka pintu, aroma parfum mahal milik Suga langsung tercium. Laki-laki itu menatapnya tanpa berkedip, kedua tangannya disilangkan di dada, rahangnya mengeras.
Suga dingin: “Akhirnya kau pulang juga.”
Zeline menelan ludah, tidak berani langsung bicara. Namun sebelum ia sempat menjawab, Appa-nya, Jae Hoon, muncul dari arah dapur dengan langkah tergesa.
Jae Hoon: “Zeline, kau sudah pulang, Nak. Tadi Suga datang. Katanya malam ini dia ingin menjemputmu pulang ke rumah.”
Zeline terdiam. Ia menatap ayahnya dengan bingung, lalu kembali menoleh ke arah Suga.
Zeline pelan: “Menjemputku? Tapi… kenapa malam-malam begini?”
Jae Hoon menggeleng pelan.
Jae Hoon: “Appa juga tidak tahu pasti, Nak. Suga tidak banyak bicara. Appa kira kalian mungkin ingin berbicara berdua.”
Zeline merasakan hawa dingin menjalari tengkuknya. Ia tahu kalau Suga datang sendiri malam-malam begini, itu pasti bukan tanpa alasan.
Tatapan Suga tak beralih sedikit pun dari wajah Zeline.
Suga suara rendah namun tajam: “Kita perlu bicara, Zeline. Sekarang.”
Dan di balik ketegasan suaranya, ada nada murka yang berusaha ia kendalikan seolah ia datang bukan sekadar menjemput istri, tapi menagih sesuatu yang telah lama mengganjal di hatinya.