Kecewa! Itulah yang dirasakan oleh Arabella setelah mengetahui tunangannya ternyata suami dari wanita lain. Selama dua bulan mereka bertunangan Arabella baru mengetahui ternyata pria itu sama sekali tidak mencintainya melainkan hanya demi sebuah bisnis. Namun, sebuah insiden penculikan menyebabkan Arabella bertemu dengan seorang mafia yang tidak lain adalah kakak dari istri mantan tunangannya. Untuk membuat rumah tangga adiknya tetap utuh! Mogan Rijkaard sengaja menikahi Arabella dan berbohong pada dunia jika Arabella ibu kandung dari putranya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Idatul_munar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Surat Nikah
“Tuan, nyonya di dalam kamar nona Elif,” ujar Bi Ratih tergesak-gesak setelah sampai ke ruang di mana para pelayan berkumpul di marahin oleh Mogan.
Mogan menatap ke arah wanita itu yang baru saja sampai ke tempat itu, Bi Ratih terlihat menunduk dengan takut-takut.
Bi Ratih baru saja mengecek keadaan Elif di dalam kamarnya, namun mendengar pelayan yang terburu-buru lari ke tempat Mogan ia pun ikut pergi.
Mogan langsung menuju ke kamar putrinya mengecek apa benar seperti yang dikatakan oleh Bi Ratih jika wanita tahanannya itu berada di sana.
Benar! Mogan melihat dengan mata kepalanya sendiri jika Arabella berada di dalam kamar Elif sedang tertidur dengan posisi memeluk tubuh mungil Elif.
Melihat jam masih terlalu pagi membuat pria itu mengurungkan niatnya ingin membangun Arabella dari situ.
Mogan kembali ke kamarnya membiarkan Arabella berada di dalam kamar Elif, entah kenapa hatinya sedikit lega jika wanita itu tidak kabur darinya.
Pria itu memilih untuk masuk ke dalam ruang kerjanya kembali, pagi ini benar-benar di sibukkan dengan hilangnya Arabella di kamar.
Arabella terbangun dari tidurnya, ia merasakan bagian lehernya sedikit berat.
Ternyata lehernya tertimpa dengan tangan Elif sedang memeluknya seperti bantal guling.
Pelan-pelan ia menggeserkan tangan gadis remaja itu sedang memeluknya, Arabella terpaksa melakukan hal tersebut karena ia tidak tahan lagi dengan pipisnya yang sudah sesak ingin keluar.
Arabella pergi ke dalam kamar ia tempati setelah keluar dari kamar mandi, ia tidak mau gadis remaja itu marah berada di dalam kamarnya.
Setelah Arabella keluar baru Elif menggeliat dari tidurnya, sebenarnya gadis remaja itu sudah bangun sadari Arabella masuk ke dalam kamar mandi.
Akan tertapi remaja itu sengaja tidak bangun dulu dan berpura-pura masih tidur.
Awalnya Rlif sedikit kaget kenapa ada wanita asing itu di dalam kamarnya, seingatnya tadi malan ia memeluk seseorang yang dia kira Bi Ratih.
Elif melepaskan kompres yang menempel di dahinya, setelah itu remaja tersebut pun bersiap-siap berangkat sekolah.
Padahal tubuhnya masih kurang sehat, akan tetapi Elif ingin ke sekolah.
Arabella merasa sangat bosan jika kembali ke kamarnya, ia pun memutuskan untuk menunu ke dapur mungkin saja Bi Ratih ada di sana atau ia bisa berinteraksi dengan pelayan lain supaya ada teman bicara.
Baru saja ingin ke dapur Arabella seperti mendengar suara Alif menangis, ia menghelakan nafasnya pasti anak itu sedang diurus oleh bebysitternya.
Semakin Arabella jauh semakin kencang suara Alif menangis sehingga membuat perempuan itu mau tidak mau terpaksa harus mengeceknya.
Arabella masuk ke dalam kamar tersebut dan kebetulan pintu juga tidak terkunci, perempuan itu melihat Alif sedang menangis di dalam box bayi sedangkan Turi sedang tidur di kasur sedikit jauh dari letak box bayi milik Alif.
‘Astagaa wanita itu benar-benar’ Arabella hanya bisa mengeleng-geleng kepala melihat perangai babysitter itu yang tidak becus dalam berkerja.
Arabella mendekat pada Alif yang sedang menangis melihat atasnya seperti meminta sesuatu.
“Kamu kenapa eumm … haus ya,” ujar Arabella mengangkat tubuh Alif membawa ke gendongan nya.
Wanita itu mengecek apes milik Alif masih kosong, lalu ia mengambil botol susu yang masih ada isi setengah ingin memberikan pada balita tersebut.
Baru saja Arabella ingin mengarahkan ke dalam mulut balita tersebut, ia dapat merasakan baut tidak sedap dari arah botol tersebut.
Ternyata susu itu sudah basi dan berbau, untung saja Arabella belum memberi pada balita itu.
Arabella menatap sekilas ke arah bebysitter yang kurang becus tersebut, ia menghelakan nafasnya berat dan paling tidak suka berurusan dengan orang lain apalagi ikut campur.
Wanita itu menaruh kembali Alif ke dalam box bayi walaupun anak itu menangis, ia membuang susu basi tersebut lalu mencuci botol itu sampai bersih baru membuat kembali susu untuk anak balita yang masih menangis karena kehausan.
Sebenarnya Arabella sedikit heran, apa Mogan tidak tahu dengan kelakuan babysitter putranya yang tidak becus sama sekali.
Tidak mau ambil pusing Arabella tidak ingin ikut campur dengan kehidupan orang lain.
Bibirnya tersenyum saat melihat balita yang tidur nyenyak di dalam box bayi setelah kenyang meminum susu, entah kenapa hatinya sudah jatuh cinta kepada balita mungil tersebut.
“Tidurlah sayang!” tepukan pelan pada bokong balita saat anak tersebut menggeliat pada Arabella.
Memastikan anak itu sudah nyaman, Arabella pun keluar dari kamar tersebut dengan wajah sedikit kesal melihat Turi masih belum kunjung bangun.
Arabella melanjut kembali pada tujuannya yaitu menuju ke dapur yang sempat tertunda karena mendengar suara Elif menangis.
Di sana terbyata sudah ada Bi Ratih menatakan sarapan sudah siap di saji, mata Bi Ratih menangkat Arabella berdiri tidak jauh dari situ menatap ke arahnya.
“Loh … nyonya sudah turun,” sapa Bi Ratih tersenyum sopan pada Arabella.
Di hati wanita itu masih mengingat kejadian tadi, saat Mogan marah-marah karena tidak mendapatkan Arabella di dalam kamar yang padahal berada di kamar Elif.
Arabella mendekat ke meja makan melihat Bi Ratih sudah siap membuat sarapa untuk mereka, di sana juga ada beberapa pelayan lain yang sedang menunduk sopan terhadap Arabella.
“Nyonya mau sarapan?” tanya Bi Ratih masih setia bersikap sopan terhadap wanita tersebut.
“Stop! Jangan panggil saya nyonya, di sini saya bukan nyonya kalian,” bantah Arabella tidak suka mereka memanggil dirinya dengan sebutan nyonya.
Bukan kenapa ia masih bingung dengan apa yang terjadi pada dirinya, ia masih bingung dengan keadaan yang mendadak berada di rumah itu apalagi Mogan juga mengakui dirinya sebagai ibu dari putranya.
Terlihat Mogan sudah rapi dengan pakaian jasnya turun ke bawah menuju ke meja makan, semua pelayan menunduk sopan kecuali Arabella melotot ke arah pria tersebut mengingat perihal tadi malam.
“Kenapa kau masih berdiri? Apa kau ingin makan sambil berdiri?” tanya Mogan menatap Arabella dingin karena tidak kunjung duduk di kursi meja makan.
Dengan terpaksa dan perasaan sebel wanita itu mendudukkan bokongnya di kursi terselang satu dari Mogan.
Pria itu sepertinya tidak suka Arabella duduk di tempat tersebut dan menyuruh wanita itu duduk di samping nya.
“Pindang ke sini,” ujar Mogan masih dingin.
Sedangkan Arabella sama sekali tidak perduli dan masih menetap di tempat duduknya.
“Saya bilang pindah ke sini!!”
Hal itu sontak membuat semua orang terkejut dan menunduk mendengar teriakan Mogan yang begitu menakutkan.
Arabella terpaksa duduk di samping pria itu, bukan hanya itu juga Arabella dibuat sebel lagi karena harus melayani pria itu seperti seorang suami harus diambilin sarapan oleh istri.
Suasana sudah mulai normal, seorang gadis menghampiri ke meja makan. Siapa lagi kalau bukan Elif yang sudah lengkap dengan seragam sekolahnya.
Arabella menatap gadis yang duduk di depannya dengan alis yang mengkerut, pasalnya remaja itu belum sembuh kenapa sekolah.
“Bukannya kau masih sakit, kenapa sekolah?” tanya Arabella baik-baik.
Bukannya apa-apa, karena di lihat dari wajah remaja itu begitu pucat dan lesuh, apalagi luka lembat yang di dapatkan tadi malam saja masih membiru.
Ingin rasanya Elif memerahi Arabella akan tetapi melihat daddynya ia tidak berani melakukan hal tersebut dan memilih diam cuek saja sama wanita asing tersebut.
Melihat remaja itu tidak menjawab membuat Arabella menatap ke arah Mogan yang seakan tidak peduli dengan hal tersebut.
‘Anak sama Ayah sama saja’ umpat Arabella kesal di dalam hatinya pada mereka.
Mogan menyelesaikan sarapan lalu menatap ke arah Arabella masih anteng dengan sarapannya yang belum habis.
Matanya beralih pada Elif yang mau siap-siap ke sekolah. “Pergilah, pulang sekolah kau tidak perlu pulang ke sini,” ujar Mogan dingin pada Elif.
Pria itu berlalu dari meja makan menuju ke ruang kerjanya tampa memperdulikan Elif sekarang sedang menunduk takut.
Remaja itu tahu maksud daddynya mengatakan hal tersebut sebagai larangan untuk dirinya tidak di perbolehkan sekolah.
Terpaksa ia kembali ke dalam kamarnya padahal sengaja ia tidak mau berada di rumah bertemu dengan wanita asing itu.
Arabella hanya menonton ayah dan anak itu, sambil sesekali ia melihat ekpresi remaja yang menurutnya angkuh di belakang ayahnya.
Mogan kembali lagi ke meja makan, sebelum itu menyuruh para pelayan untuk menjauh dari obrolannya dengan Arabella setelah selesai membereskan meja makan.
Pria itu meletakkan sebuah amplop kuning di depan Arabella, membuat wanita itu menatap ke arahnya.
“Apa ini?” tanya Arabella bingung menatap pada amplop tersebut.
Arabella membuka amplop tersebut lalu mengeluarkan sebuat surat yang belum sempat ia baca.
“Cepat tanda tangan, saya tidak punya waktu untuk lama-lama.”
Walaupun dingin pria itu masih sempat mengucap panjang lebar.
“Tunggu, apa ini?”
Arabella ingin membaca terlebih dahulu supaya ia tahu isi surat tersebut.
“Surat nikah kita.”
Bersambung.