Simpanan Nona Muda

Alisha tersenyum saat melihat ekspresi cemas dari Rifan. "Kau emang satu-satunya orang yang perhatian denganku. Sementara teman-temanku di luar sana membicarakanku di belakang. Kau benar-benar babu yang setia," tukasnya.

Raut wajah Rifan yang tadinya tampak cemas seketika berubah jadi serius. "Apa yang kau lakukan kali ini? Aku yakin kau melakukan sesuatu pada Dion. Kenapa, Al? Bukankah kau sangat suka sama tuh cowok?" timpalnya. Rifan sangat mengenal Alisha. Cewek itu memang tipe orang yang suka membuat orang jengkel.

"Itu dulu. Sekarang aku ilfil sama dia. Terserah orang mau bicara apa tentangku. Kau tahu aku nggak pernah peduli selagi itu tidak membuatku risih," sahut Alisha.

"Aku tahu kau akan bersikap begini. Tapi kalau rumor kau berselingkuh tersebar luas, kau akan susah cari cowok yang mau pacaran sama kau!" kata Rifan sembari duduk ke sebelah Alisha. Ia lalu mengembalikan ponsel cewek itu dan merampas camilan kacang milik Alisha.

"Nggak mungkin. Aku kan cantik, terus kaya. Pasti ada cowok yang mau pacaran sama aku," balas Alisha.

"Kau sedang menyombong atau merendah?" kritik Rifan dengan nada sinis.

"Kalau pun benar-benar nggak ada, ya udah. Kan aku punya kau!" lanjut Alisha seraya menatap Rifan. Bersamaan dengan itu, Rifan juga kebetulan menoleh ke arahnya. Sehingga keduanya kini saling bertukar pandang. Mereka terdiam, seolah saling terpaku satu sama lain.

"Dasar gila! Kayak nggak ada cowok lain aja. Masa majikan mau pacaran sama babunya." Buru-buru Rifan mengalihkan pandangannya.

"Tapi gimana kalau aku beneran suka sama kamu, Fan? Menurutmu, apakah mungkin kita..."

"Al! Jelas nggak mungkin. Aku tahu bagaimana kerasnya orang tuamu. Mereka menjunjung tinggi kehormatan. Orang sepertiku nggak selevel sama kau!" ungkap Rifan.

"Kau melihat terlalu jauh, Fan." Alisha masih menatap Rifan.

"Apa maksudmu?" Rifan kembali menatap Alisha.

"Jangan terlalu memusingkan apa yang akan terjadi. Kita jalani saja semuanya dulu. Setidaknya kita tidak menyesal karena terpaksa mengubur perasaan," jelas Alisha.

Rifan terkekeh. "Kenapa kita tiba-tiba bicara tentang ini? Kayak beneran pengen pacaran aja," komentarnya.

"Emang kok. Aku mau kita pacaran!" imbuh Alisha.

Rifan membulatkan mata. Namun itu tak berlangsung lama, karena tawanya pecah. "Candaanmu kali ini lucu, Al!" ujarnya sambil tergelak.

Alisha menarik sudut bibirnya. Dia menarik kerah baju Rifan dengan satu tangan. Memaksa cowok itu berhenti tertawa dan menatap serius dirinya.

"Apa wajahku terlihat bercanda?" ucap Alisha.

Rifan terkesiap. Dia sadar kalau Alisha sedang serius.

"Kau bercanda kan, Al?!" tanyanya memastikan.

"Enggak, Fan. Semenjak kita melakukannya, pikiranku selalu terganggu denganmu. Apa kau tidak merasakannya juga?" balas Alisha.

Rifan mendengus kasar sambil melepas cengkeraman tangan Alisha dari kerah seragamnya. Dia terdiam seribu bahasa.

"Katakan padaku, Fan. Kau merasakannya juga kan?" Alisha bertanya sekali lagi.

Tiba-tiba suara bel pertanda masuk berbunyi. Rifan menjadikan itu untuk kabur dari pertanyaan Alisha. Dia segera beranjak dari balkon lebih dulu.

Alisha memutar bola mata jengah sambil tersenyum miring. Meski Rifan tak menjawab, dia yakin cowok itu juga merasakan yang dirinya rasakan sekarang.

Hari itu putusnya Dion dan Alisha menjadi topik panas di sekolah. Tapi Alisha sama sekali tak peduli. Ia bersikap santai seperti biasa sampai jam pulang tiba. Kini cewek itu dan Rifan baru saja tiba di rumah.

Sejak Alisha mengungkapkan perasaan di sekolah tadi, hati Rifan tidak karuan. Dia merasa senang, namun juga gelisah. Saat di mobil bahkan Rifan tidak bicara pada Alisha sama sekali. Akan tetapi Alisha terlihat bersikap seperti tidak terjadi apa-apa. Cewek itu memang sulit dipahami.

Sekarang Rifan ada di kamarnya. Ia mengambil beberapa buku untuk dibawa ke ruang belajar. Memang kebetulan setiap hari selasa hingga jumat, Rifan dibayar untuk mengajari Alisha. Mengingat cowok itu diketahui menguasai pelajaran akademik. Berbeda dengan Alisha yang tidak akan dapat nilai tinggi jika tak belajar.

Setibanya di ruang belajar, Alisha sudah menunggu di sana. Cewek itu tampak asyik bermain ponsel. Ada yang membuat Rifan risih saat melihat Alisha kali ini, yaitu pakaian cewek tersebut. Alisha terlihat mengenakan corp top dan celana pendek sepangkal paha.

Rifan segera ikut duduk bergabung dengan Alisha. Dengan raut wajah kesal dia menimpali, "Kau ngapain pakai pakaian minim banget sih, Al!"

Alisha terperangah. "Fan! Kau tahu ini baju normalku. Selama ini kau nggak pernah risih tentang ini. Lalu hari ini kau risih karena ini?!" balasnya.