Zira Azizah tidak pernah mempunyai keinginan sedikit pun untuk menikah diusianya yang masih muda namun apa daya sang ayah tiba-tiba meminta nya untuk menikah padahal ijazah sekolah SMA pun belum ia terima .
Ikuti kelanjutan nya dan jangan lupa mohon dukungan nya 🙏🙏🙏.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Hardianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 ~ Perhatian
Sementara itu disalah satu ruangan ada seseorang yang tengah memperhatikan istrinya , ia tampak sangat kesal dan tak terima istrinya didekati cwo lain ditambah ada adegan disuapi .
Namun tak ada pilihan lain demi menjaga perasaan istrinya dan tak ingin membuat kekacauan , Gaffi hanya bisa menahan semua emosinya .
Ya seseorang itu adalah Gaffi , Sebenarnya Caffe yang dijadikan tempat kumpul-kumpul Zira dan teman-teman nya adalah salah satu Caffe milik Gaffi , memang jarang sekali Gaffi datang ke Caffe tersebut jika tidak ada urusan yang sangat mendesak .
Beda dengan hari ini dan semua karyawan cukup kaget dengan kedatangan atasannya , tidak ada angin , tidak ada hujan tiba-tiba Gaffi datang ke Caffe , namun dari tadi sampai sekarang ia hanya sibuk di ruangannya .
Pukul 3 sore acara kumpul-kumpul Zira dan teman-teman kelasnya sudah selesai , satu persatu mulai pamit pulang , namun tak lupa sebelum itu mereka sudah mengabadikan beberapa jepretan momen kebersamaan nya.
Zira menunggu didepan Caffe , ia sudah menghubungi Gaffi kalau acara kumpul-kumpul sudah selesai dan tak lama Gaffi keluar dari Caffe dengan wajah dingin .
" Ayo keparkiran " , ajak Gaffi dingin seraya berjalan lebih dulu .
Zira bergidik ngeri , baru pertama ia melihat Gaffi sedingin ini dan ia merasa heran kenapa tiba-tiba Gaffi keluar dari Caffe .
" Aneh banget tuh orang tiba-tiba muncul aja " , batin Zira seraya ikut mengikuti Gaffi ke parkiran .
Sesampainya diparkiran Gaffi membukakan pintu mobilnya untuk Zira namun tak menunggu sampai Zira naik , ia sudah naik mobil lebih dulu .
Zira perlahan masuk ke dalam mobil , ia baru pertama kali melihat Gaffi seperti ini , ada rasa takut namun ia mencoba tenang .
" Pakai selt beltnya ! " , ucap Gaffi dingin tanpa melirik Zira sama sekali .
Zira dengan cepat langsung memakai selt beltnya dan Gaffi pun langsung melajukan mobilnya meninggalkan kawasan Caffe .
Didalam mobil Gaffi lebih memilih diam , ia memang kesel dengan Zira namun Gaffi tak ingin menyakiti istrinya .
" Mmm Abang kenapa ? " , tanya Zira ragu-ragu , ia merasa aneh dengan tingkah Gaffi biasanya ia banyak bicara namun kali ini dia diam membisu.
Gaffi tak menjawab pertanyaan Zira , ia hanya fokus mengemudi .
" Abang kenapa ? , lagi ada masalah ditempat kerja ? " , tanya Zira lagi dengan nada sedikit keras takut Gaffi tidak mendengar.
Lagi-lagi Gaffi tidak menjawab ia hanya melirik Zira sekilas dan fokus kembali dengan jalanan didepan .
Zira langsung memajukan bibirnya beberapa centi dan ia langsung merubah posisi duduknya membelakangi Gaffi dan lebih memilih melihat ke luar jendela .
" Budek apa ? , orang nanya gak dijawab-jawab " , gumam Zira kesal dan perkataan nya masih bisa didengar dengan jelas oleh Gaffi .
Sepanjang perjalanan pulang mereka saling diam , sampai tak terasa mobil pun berhenti dikawasan apartemen.
Zira langsung turun ketika Gaffi sudah mematikan mesin mobilnya , disusul oleh Gaffi yang juga langsung turun dan berjalan dibelakang Zira .
Gaffi membuka pintu apartemen nya , dan ia mempersilakan Zira masuk terlebih dahulu dengan isyarat tangannya .
Zira langsung masuk ke dalam kamar tanpa memperdulikan Gaffi yang sedari tadi diam membisu .
Zira menjatuhkan tubuhnya disofa yang ada dikamar , entah kenapa ia jadi kepikiran tentang Gaffi yang terus diam dan bertingkah dingin .
Sementara itu Gaffi membuka baju dan berganti pakaian dikamar mandi yang ada dapur , ia lebih memilih memakai baju kaos ala rumahan dan kain sarung.
Lalu Gaffi membuat secangkir kopi moccacino yang menjadi kopi kesukaannya , Gaffi membawanya ke ruang kerja , iya dibelakang kamarnya ada ruangan yang tidak terlalu besar dan itu dijadikan sebagai ruangan kerja Gaffi.
Gaffi menutup pintunya kembali dan ia mulai menyalakan murottal ayat suci Al-Qur'an yang bisa membuat ia tenang.
Setelah merasa dirinya lebih baik , Gaffi mulai menyalakan laptopnya dan kembali memulai pekerjaan nya .
Sejenak ia melupakan emosinya tentang Zira dan ia fokus dengan pekerjaan agar cepat selesai.
#
Zira keluar kamar saat adzan magrib sudah berkumandang dan anehnya Gaffi ga mengajaknya untuk shalat berjamaah, Zira mencari sosok suaminya didalam apartemen namun tidak ada .
" Kemana sih tuh orang main ngilang aja? , apa dia keluar ya ? " , Gumam Zira kesal karena tidak mendapati Gaffi .
Tiba-tiba saja Gaffi muncul dari belakang Zira , dan membuat Zira kaget .
" Astaghfirullah aladzim" , kaget Zira seraya memegang dadanya.
" Kenapa nyariin Abang dek ? , kangen ya ? " , ujar Gaffi menggoda Zira .
" Apaan sih gajelas banget ? " , timpal Zira seraya memalingkan wajahnya.
" Ayo-ayo kita sholat ", ajak Gaffi seraya terkekeh.
kM n
Zira langsung menunju mushola dan memakai alat shalat, sementara Gaffi ia ke kamar mandi yang ada didapur dulu untuk mengambil air wudhu.
Tak lama Gaffi langsung menuju mushola dan segera memakai baju Koko dan kain sarung dan juga peci.
Keduanya shalat berjamaah dengan khusu sampai shalat selesai dan diakhiri dengan berdoa dan berdzikir.
Gaffi membalikan badan nya dan menyodorkan satu tangan nya yang langsung disambut oleh Zira mencium punggung tangan sang suami .
" Jadi istri yang shalehah ya dan semoga selalu dalam lindungan Allah SWT" , ucap Gaffi seraya mengelus kepala Zira lembut .
Zira tertegun ia menatap Gaffi dan terlihat dari tatapannya Gaffi benar-benar tulus, keduanya saling tatap untuk beberapa detik dan dengan cepat Zira langsung memalingkan wajahnya dan segera membereskan alat shalat yang ia pakai .
Zira langsung menuju dapur , entah kenapa ia ingin memasak untuk makan malam , walau tidak bisa masak Zira bisa menggunakan ponselnya untuk melihat resep-resep masakan .
Zira sudah menentukan ingin memasak apa , ia mulai mengeluarkan semua bahan-bahan dari kulkas .
Gaffi ia hanya melihat dari arah sedikit jauh , ia ingin tahu Zira mau memasak apa ? , tumben sekali Zira ingin memasak pikirnya.
Zira mulai memotong sayuran, ia ingin membuat bakwan goreng dan ayam rica-rica seperti yang sering dibuat oleh bunda Zoya .
" Auw " , Zira sedikit menjerit ketika jari telunjuknya tidak sengaja terkena pisau.
" Dek " , Gaffi dengan cepat langsung menghampiri Zira dan mengisap jari telunjuk Zira yang luka .
" Lain kali lebih hati-hati " , perhatian Gaffi .
Gaffi langsung mengobati tangan Zira dengan telaten .
" Memangnya kamu mau bikin apa dek ? ", tanya Gaffi seraya menatap Zira .
" Aku mau bikin bakwan sayur dan ayam rica-rica " , jawab Zira pelan .
" Oh , ya udah kamu cukup duduk aja biar Abang yang masak " , timpal Gaffi seraya menunjuk ke salah satu kursi yang ada didapur .
" Tapi " , tolak Zira merasa tidak enak.
" Udah kamu cukup liatin Abang aja " , goda Gaffi seraya menampilkan barisan giginya yang rapi bersih .
Zira tersenyum namun dengan cepat ia menundukkan kepalanya karena malu .
Gaffi langsung mengeksekusi semua bahan-bahan yang akan ia masak dengan telaten Gaffi mulai memasak apa yang Zira mau .
" Keren sekali bang Gaffi kalau lagi masak dan ia benar-benar perhatian sekali belum pernah aku diperlakukan seperti ini oleh Adrian " , batin Zira memuji Gaffi dan tanpa sadar ia mulai membandingkannya dengan Adrian .
~