Gadis yang tidak pernah bahagia di hidup nya satu kali saja pun tidak pernah
Di rumah?di sekolah? sama saja! tidak ada yang mau membahagiakan dirinya
bahkan seolah olah dunia ikut mendukung ketidakberdayaan diri nya,semua...SEMUA SAMA SAJA!! tidak ada yang peduli ! Tidak ada yang mengasihani diri nya, punya keluarga namun seperti hidup sebatangkara
MAURA ZAFINA AMORA, gadis yang mencoba untuk mencari secercah kebahagiaan walupun mustahil bagi diri nya
"Gue ada di sini karna gue masih hidup" Fina mengulas senyum kecil pada sudut bibir nya.
"Tapi gue bisa bikin lo sembuh"
Fina menggeleng pelan dengan senyuman manis nya. "Gua sendiri aja gak pernah bisa, apa yang bikin lo yakin banget bisa nyembuhin gua??"
"Hidup gua udah terlalu rumit dan sial, jangan terlalu deket sama gua atau lo juga bakalan rusak, ini juga demi diri lo sendiri"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alwayscoklat_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
teman baru
Fina terbangun tepat pada pukul 3 pagi dini hari di atas brankar nya, ntah kenapa rasa haus menyerang nya hingga membuat nya terbangun dan mengambil segelas air di atas nakas tepat di sebelah kiri nya.
Fina meneguk air itu dengan kasar, membasahkan tenggorokan nya yang terasa begitu kering. Setelah itu dia kembali meletakan botol air minum itu kembali ke tempat semula nya.
Sejenak Fina terdiam menatap ke arah tangan nya yang masih terpasang Infus, lalu beralih menatap ke arah 2 laki laki yang tertidur pulas di atas sofa dengan berbagai posisi aneh.
Arkan tertidur dengan tangan yang di lipat ke dada nya, nafas nya tampak cukup teratur. Nampak sangat tertidur pulas tanpa tau bagaimana kondisi sekitar nya. sedangkan Rey, tidur di sofa satu lagi dengan kaki yang mengangkang, lalu tangan sebelah kiri nya terangkat ke atas sandaran sofa dengan mulut yang sedikit terbuka.
Jangan lupakan dengan deru nafas yang terdengar sedikit kasar dan juga keras.
Lantas, fina pun terkekeh kecil tanpa sadar. Menatap 2 orang yang entah datang dari mana begitu peduli kepada diri nya.
Dari mereka, Fina bisa merasakan perasaan senang memiliki teman seperti orang orang di luaran sana.
"Terima kasih untuk kalian berdua, sepertinya tuhan mengirimkan kalian untuk membuat ku sadar mati bukan lah satu satunya cara untuk lari dari semua ini." ucap Fina dengan pelan.
Fina membayangkan dalam keadaan seperti ini tidak ada Arkan dan Rey yang menolong nya, kira kira hal apa yang akan terjadi kepada nya?
Fina beralih menatap setiap sudut ruangan rumah sakit yang dia tempati ini. Cukup luas untuk sekedar di bilang ruangan biasa, Fina yakin ini ruangan VIP. Melihat bagaimana hanya ada 1 brankar yang dia tiduri di sini dengan berbagai macam fasilitas yang melengkapi nya. Ada sofa yang bahkan membuat 2 laki laki ini tertidur pulas.
Fina tak tau siapa yang membayar ruangan ini, entah itu Rey, atau arkan? atau malah keduanya patungan?? Sekarang Fina malah memikirkan bagaimana cara mengganti uang mereka berdua untuk biaya rumah sakit diri nya.
Bukan tak bersyukur atau semacam nya. tapi jika hanya sekedar pingsan, Fina sepertinya cukup di bawa klinik dan di beri obat juga akan sembuh. Tapi entah kenapa rey dan arkan membuat diri nya menginap di rumah sakit. Pasti biaya nya juga tidak murah apalagi untuk mereka sebagai pelajar.
Belum bekerja, belum berpenghasilan juga. meskipun tadi kata arkan bahwa Rey adalah anak orang kaya, tapi tetap saja ini semua begitu merepotkan bagi mereka yang posisi nya baru bertemu tadi siang kan??
Menghabiskan waktu berkutat dengan batin dan pikiran nya sendiri, Fina akhirnya memilih untuk kembali membaringkan tubuh nya dan menarik selimut untuk bersiap menyambung tidur yang sempat terganggu tadi.
Mana tau, dengan dia beristirahat cukup. Besok pagi diri nya di bolehkan keluar dari rumah sakit dan dia harus bersiap untuk menyiapkan kehidupan nya lagi.
Fina harus mencari kos kosan untuk dia tinggal dan pulang sekolah dia harus mencari kerjaan untuk menghidupi dirinya sendiri.
Sejenak Fina menghela nafasnya, Menatap langit langit ruangan dengan mata setengah mengantuk nya.
"Tuhan, aku tau rencana mu lebih baik dari yang aku rencanakan." ucap Fina menutup obrolan nya malam ini. setelah mengatakan itu, Fina memejamkan mata nya dan tak lama kemudian Fina pun terlelap menuju alam mimpi yang setidaknya tidak seburuk kenyataan yang ada.
●●●●●●
"Halo...pak hari ini tolong izinin saya ke sekolah yah, sekalian juga untuk izin Arkan. Trus Fina dari 11 ips 5. Bilang aja izin karna sakit."
"......"
"iya, sekalian nanti tolong cariin kontrakan dekat sekolah atau kos kosan yang bagus lah untuk cewe. ntar saya survei ke sana yah pak yah, tolong secepatnya pak"
"......"
"Iya pak, nanti saya pulang. kan mama juga tau kalo saya di rumah sakit"
"....."
"Yaudah pak, saya tunggu kabarnya yah"
Tutt
Rey mematikan sambungan telpon nya sepihak setelah mengatakan kalimat terakhirnya itu. Dia memasukan kembali ponsel nya ke dalam kantong dan menatap taman di depan nya dengan diam.
"Gue harap lo gak berakhir mati karna semua permasalahan yang lo tanggung Fina. Ngeliat lo kek gitu, bikin gue keinget sama Nara lagi." Batin Rey.
Menatap sendu taman rumah sakit yang pagi ini tak ramai orang berlalu lalang, hanya ada beberapa perawat yang berjalan di sana dan juga kucing liat yang menikmati semilir angin pagi sambil berlari lari.
"Nara...lo gak sakit lagi kan? Gue kangen lo"
FLASHBACK ON
"LO GAK BOLEH BARCODE TERUS NARA! GILA LO YAH?!! YANG KEMARIN BELUM KERING UDAH LO TAMBAH LAGI HARI INI?!! UDAH GUE BILANG KALO ADA APA APA ITU KASIH TAU GUE! GUE ADA DI SAMPING LO! TERSERAH TANTE SAMA OM MAU GIMANAIN LO...LO BISA BILANG KE GUE NARA!!"
Rey menatap nyalang gadis bertubuh kecil di depan nya yang hanya menunduk. Mata rey menyiratkan amarah yang begitu besar, atmosfer di sekitar mereka berubah menjadi begitu berbeda.
"Gue gak tau harus lari kemana lagi rey."
"kan gue udah bilang gue ada! Harus berapa kali gue bilang ke lo nara?!! Gue sepupu lo! Kita dari kecil bareng dan lo masih gak bisa bersandar ke gue?!! frustasi gue ngadepin lo nara! Pleasee...pleasee jangan kek ginii" Rey memegang kedua bahu gadis kecil bernama "nara" itu.
Rey menghela nafas nya, menahan kekesalan yang ada dalam diri nya. "Gue ada di sini buat lo nara, jangan kek gini lagi please." ucap rey memohon. Menarik Nara ke dalam pelukan nya, mengelus pelan kepala gadis itu dengan lembut berharap bahwa Nara punya kekuatan sedikit lagi untuk bertahan.
"Gue mau mati rey, gue capek kek gini terus."
Rey menggeleng di balik punggung Nara yang berkata seperti itu. "Enggak Nara, gue yakin ada yang indah di depan sana." ucap Rey berusaha menyakinkan nara.
"gue besok bakal bilangin ke mama gue biar dia bilang ke tante yuni gak tekan lo terus. Ini udah gak masuk di akal lagi. Kalo perlu lo tinggal di rumah gue aja setelah ini yah." ucap Rey mencarikan solusi untuk Nara.
"Mamah bakalan lebih marah dari pada hari ini rey, nanti dia bakal cambuk gue lagi, bentak gue lagi, maki gue lagi dan lemparin gue dengan barang barang lagi. Gue takutt"
Rey mendengar jelas suara tangisan keluar dari mulut nara di balik punggung nya.
"hikss...gue mau mati. Gue udah gak sanggup lagi rey"
"Heii gak boleh gituu, maafin gue yah udah bentak lo tadi, maafin gue...gua janji bakal bantuin lo. Gue bakal dengerin lo Nara...percaya sama gue." ucap Rey berusaha menenangkan, mengusap lembut punggung gadis itu dengan penuh kasih sayang dan prihatin.
FLASHBACK OFF