To heal & to grow
Remember,
when you forgive, you heal.
And when you let go,
you grow.
-unknown
Aku membaca tulisan di dinding ruang tunggu, yah aku juga tau teorinya namun kenyataan tak semudah teori, ucap Alena dalam hati.
Aku Alena, ini kisah percintaanku, dimana aku seorang pengecut yang merasa rendah diri, setiap ujian datang menghampiriku maka aku akan memilih untuk pergi, merasa menghindari masalah adalah jawaban yang tepat. Lagipula menjalani cinta dan jatuh cinta adalah 2 hal yang berbeda. Kamu bisa jatuh cinta tanpa perlu memikirkan latar belakang dan konsekuensi yang datang bersamanya. Sedangkan menjalani cinta berarti perjalanan panjang yang penuh dengan pertanyaan dan keputusan disetiap ujiannya.
"Al, aku berjanji untuk selamanya bersamamu menjalani kehidupan ini, apapun yang terjadi di masa depan, yakinlah, kamu akan selalu menjadi pilihan pertamaku".
Full of love,
Author 🤎
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom fien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Keluarga
Aku bermimpi lagi tentang Jason. Dalam mimpiku, ia menciumiku dari bibirku, leherku, lalu membuka bajuku dan mencium perutku. Tangannya meremas bagian dadaku, kemudian melumatnya. Aku begitu menikmatinya hingga tanpa sadar desahan keluar dari mulutku, tunggu... kenapa ini tampak nyata, sepertinya aku benar-benar bersuara, aku membuka mataku dan melihat bahwa ini bukanlah mimpi.
"Jas...", ia meletakkan lagi telunjuknya dibibirku.
"Mmmhhh... Jas... nanti ka..mu.. te..lat.. ke.. kan..tor", ucapku terbata.
Ia membungkamku dengan bibirnya. Selanjutnya kami berdua sama-sama sudah menanggalkan pakaian kami masing-masing dan menikmati kegiatan pagi ini. Aku bisa merasakan keringat Jason yang menetes meskipun ruangan ini ber-ac, lalu kami sama-sama mencapai puncaknya, dan mengakhirnya dengan berpelukan sambil mengatur nafas kami.
"Jas kamu harus bersiap ke kantor", aku mengingatkannya.
Ia tersenyum, mencium keningku lalu hendak beranjak bangun dari tempat tidur, lalu mengambil posisi seperti hendak menggendongku ala bridal style.
"Apa yang kamu lakukan Jas?".
"Membawamu ke kamar mandi", jawabnya tanpa dosa.
Mataku terbelalak tidak percaya dengan ucapannya.
"Jas, apa kamu menginginkannya lagi?".
Ia tersenyum lalu menjawab,
"Sebenarnya aku mau membantumu membersihkan diri, tapi jika kamu mau, aku bisa melakukannya lagi sampai kamu puas".
"Jas, bukan begitu...", kataku kikuk sambil menarik selimut, ia memotong perkataanku sambil tersenyum ia berkata lagi.
"Aku hanya menggodamu Al", kemudian ia hendak menggendongku lagi.
"Jas... aku belum siap untuk mandi bareng".
"Kenapa?", tanyanya bingung.
"Karena bagiku ini pertama kalinya aku melakukannya", ia tersenyum mengerti maksudku.
"Al, aku sudah melihat keseluruhan tubuhmu, menikmatinya bahkan, apa bedanya?".
"Pokoknya aku belum siap Jas".
"Baiklah", ia menyerah lalu berjalan masuk ke arah kamar mandi.
Begitu pintu kamar mandi tertutup, aku segera mengambil bajuku yang jatuh ke lantai dan segera memakainya lagi.
Harinya pun tiba, sesuai rencana, kami sedang melakukan perjalanan menuju Jakarta. Begitu memasuki tol dalam kota aku mulai agak gugup membayangkan pertemuan nanti.
"Aku disampingmu Al", seolah membacaku, Jason menautkan satu tangannya dengan tanganku.
"Selamat datang Alena, bagaimana keadaanmu sekarang?", mama Jason menyambutku ramah di depan pintu, lalu mengecup kedua pipiku.
"Baik ma", ucapku sambil tersenyum.
"Ayo masuk", ia membawa kami duduk di ruang keluarga.
"Kak Jas", Brandon adik Jason menyambutnya dengan memeluknya, kemudian berbalik menyapaku.
"Kak, bagaimana kabarnya? Maaf kita belum sempat bertemu selama kakak dirawat di rumah sakit".
"Aku sudah baik-baik saja, terima kasih Brandon".
"Apa papa sedang tidur di kamar?", tanya Jason kepada Brandon.
"Coba mama lihat dulu".
Kami bertiga duduk di ruang keluarga sambil mengobrol ringan.
"Ayo masuk ke kamar, papa mencari kalian", ucap mama.
Jason menganggukkan kepalanya dan bangkit berdiri menuju kamar. Sedangkan aku mengikuti Jason dari belakang.
"Pa...", sapa Jason.
"Hai Jas, papa sudah lebih baik hari ini. Apa kabar Alena? Bagaimana keadaanmu sekarang?".
"Aku baik-baik saja pa, maaf aku baru datang sekarang".
"Papa baik-baik saja kok Al, mama saja mungkin yang melebih-lebihkan, sampai memanggil kalian kesini", jawab papa sambil tersenyum.
"Al, setiap papa melihatmu, papa teringat dengan almarhum papamu, kamu mirip dengannya, karena itu papa selalu teringat masa lalu, maafkan papa ya Al".
"Tidak perlu minta maaf pa, memang sudah waktunya saja papaku dipanggil lebih cepat".
Papa tersenyum lemah dan berkata lagi,
"Soal usaha papamu, sedikit banyak papa ikut andil soal itu, sepertinya papa selalu terngiang setiap melihatmu, mungkin karena papa juga sudah mulai mendekati waktunya dipanggil kembali, jadi papa berkata seperti ini".
Sebenarnya aku tidak terlalu mengerti maksud papa, tapi ini bukan waktu yang tepat untuk bertanya, jadi aku hanya berkata,
"Jangan berpikir seperti itu pa, papa kan sudah membaik saat ini, segalanya akan baik-baik saja pa".
"Ya tentu saja, papa harus melihat cucu papa dulu bukan begitu ma?".
"Mereka masih tahap honeymoon pa, udah ditanyain cucu, papa ini... maaf ya Al", ucap mama sambil tersenyum.
Aku tersipu dan ikut tersenyum.
Selama berbincang dengan papa, Jason hanya menanggapi dengan singkat, jadi pembicaraan didominasi oleh mama dan papa saja. Tidak lama kami keluar dari kamar dan papa beristirahat kembali.
"Kalian makan malam disini kan?", tanya mama saat kami kembali duduk di ruang keluarga.
"Ya ma", jawab Jason.
"Kak Al, boleh aku pinjam kak Jas? aku mau menanyakan masalah kantor sebentar".
"Bawa saja laptopmu kesini Brand", ucap Jason.
"Ok kak".
Aku tidak enak karena merasa Jason menolak ajakan Brandon demi memenuhi janjinya berada disampingku selama dirumah ini.
"Jas, aku mau mengobrol dengan mama, kamu bantu Brandon saja Jas", ucapku sambil mengangguk dan memegang tangannya.
"Baiklah Al, aku cuma sebentar kok".
"Ya, sana", ucapku tersenyum.
Sepeninggalan mereka ke lantai 2 menuju kamar Brandon, mama berpindah posisi duduk disampingku.
"Di rumah ini, hanya Brandon lah satu satunya yang bisa mendekati Jason. Ia bahkan lebih memilih tidur di hotel".
"Ma maaf kami tidak menginap disini, mungkin Jason berpikir demi kenyamananku yang masih belum banyak mengingat, jadi ia memilih hotel".
"Tenang saja Al, ini bukan karena kamu Al. Dari dulu Jason memang selalu memilih hotel, mungkin Jason hanya pernah tinggal disini pada saat oma meninggal saja".
Mungkin terlihat aku masih merasa tidak enak dengan pembicaraan ini, mama berkata lagi sambil memegang tanganku.
"Jangan khawatir Al. Jadi mari kita bicarakan tentang kamu saja. Bagaimana keadaan mamamu, apa ia masih suka berkebun disana?".
"Ya ma....".
Meski ini pertemuan pertamaku dengan mama, tapi sikap mama yang hangat membuatku merasa sudah lama mengenalnya.