NovelToon NovelToon
Khilaf Semalam

Khilaf Semalam

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Hamil di luar nikah / Cinta Terlarang / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Persahabatan
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: ayuwidia

Mencintaimu bagai menggenggam kaktus yang penuh duri. Berusaha bertahan. Namun harus siap terluka dan rela tersakiti. Bahkan mungkin bisa mati rasa. - Nadhira Farzana -


Hasrat tak kuasa dicegah. Nafsu mengalahkan logika dan membuat lupa. Kesucian yang semestinya dijaga, ternoda di malam itu.

Sela-put marwah terkoyak dan meninggalkan noktah merah.

Dira terlupa. Ia terlena dalam indahnya asmaraloka. Menyatukan ra-ga tanpa ikatan suci yang dihalalkan bersama Dariel--pria yang dianggapnya sebagai sahabat.

Ritual semalam yang dirasa mimpi, ternyata benar-benar terjadi dan membuat Dira harus rela menelan kenyataan pahit yang tak pernah terbayangkan selama ini. Mengandung benih yang tak diinginkan hadir di dalam rahim dan memilih keputusan yang teramat berat.

'Bertahan atau ... pergi dan menghilang karena faham yang tak sejalan.'

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 13 Jangan Menjauh Dariku

Happy reading

Rintik gerimis mulai jatuh membasahi bumi, diiringi lembut suara sang bayu.

Hawa dingin menyapa, aroma khas tanah basah menguar.

Di bawah tangisan langit malam, Dira melajukan kuda besinya tanpa mengenakan mantel sebagai pelindung, sebab tadi pagi terlupa membawanya.

Jalanan tampak sepi. Hanya satu dua pengendara sepeda motor yang terlihat berlalu lalang.

Dira berusaha tetap fokus, meski ia merasa ada mobil yang tengah membuntuti.

Hatinya tak henti menyebut asma Tuhan-Nya dan memohon perlindungan.

Mobil yang semula melaju di belakang, kini sudah berada di depan dan bersiap menghadang bersama pengemudi yang keluar dengan membawa tongkat baseball.

Dia ... Arga.

"Berhenti!" ujarnya disertai tatapan tajam yang ditujukannya pada Dira.

Arga yakin Dira akan tunduk dan takut padanya. Namun ternyata keyakinannya itu salah.

Dira tak sedikit pun merasa takut. Bahkan, ia membalas tatapan yang dilayangkan oleh Arga dengan tatapan yang lebih tajam dan menghunus.

"Minggir! Atau sepeda motorku ini akan menabrak mu." Dira bersuara lantang.

Bagi Arga, ancaman yang dilontarkan oleh Dira hanyalah rangkaian kata yang menggelitik telinga dan membuatnya tertawa.

"Dasar wanita sombong!" hardiknya sambil mengayun tongkat baseball ke arah Dira.

Secepat kilat Dira menghindar, sehingga tongkat itu tidak mengenai kepala dan hanya menghantam udara.

"Arga, hentikan!" Dira meninggikan intonasi suara dan berusaha merebut tongkat yang kembali diayunkan oleh Arga.

Air langit turun kian deras, membuat Dira kewalahan menghadapi Arga yang terus mengayun tongkat baseball ke arahnya.

"Menyerah lah dan nikmati malam ini bersamaku! Jika tidak, bersiaplah menjadi bangkai."

Ancaman yang terlontar dari bibir Arga tak sedikit pun membuat nyali Dira menciut dan malah mencipta sebaris senyum yang terlukis jelas di wajah dokter berparas ayu itu.

"Selain amo-ral, kau juga bukan pria sejati. Bahkan bisa dibilang 'Ban-ci'. Kau menyerang seorang wanita dengan tongkat baseball. Sementara wanita yang kau serang, mampu menangkis dan melawan dengan tangan kosong."

"Kau meragukan aku, Dokter Dira. Baiklah, aku akan menaklukkan mu dengan tangan kosong."

Arga merasa tertantang.

Ia membuang tongkat baseball ke sembarang arah, lalu berjalan mendekat ke arah Dira yang sudah tampak lelah.

"Kau sungguh membuatku tertantang, Dira." Arga tersenyum smirk. Lalu melepas jaket dan kaos yang dikenakan untuk mempertontonkan otot lengan yang kekar dan perutnya yang sixpack.

Dengan energi yang masih tersisa, Dira berusaha mendorong tubuh Arga yang kini bersiap mengukung nya.

Jangan menyerah, Dira! Kamu harus bisa melawan pria jaha-nam itu!

Dira menyemangati dirinya sendiri dan terus berusaha mendorong tubuh Arga.

Lemas. Dira semakin lemas.

Tubuhnya serasa lunglai dan kehilangan daya.

Arga kembali tertawa. Ia yakin, Dira tidak akan mampu lagi melawan karena kondisi tubuhnya yang terlihat lemah.

"Bersiaplah, Dokter Dira. Aku pastikan, malam ini akan menjadi malam yang teramat indah bagi kita. Kau menjadi milikku dan aku menjadi milikmu." Arga berbisik tepat di telinga Dira dan bersiap untuk mengangkat tubuh wanita yang didamba nya itu.

Namun sebelum kedua tangan Arga berhasil menyentuh tubuh Dira, seorang pria datang dan langsung menendangnya. Kemudian menghadiahi wajahnya dengan pukulan bertubi-tubi.

"Mati kau!" ujar pria itu.

Siapa lagi jika bukan Dariel Ananta? Sahabat sekaligus malaikat penolong yang sering kali hadir disaat Dira membutuhkan.

"Cukup, Riel! Hentikan --" Suara Dira terdengar lirih. Namun berhasil menghentikan aksi Dariel yang ingin menghadiahi bogeman mematikan pada Arga.

"Jika bukan karena Dira, aku pastikan malam ini kau menjadi mayat."

Dariel teramat murka.

Ia menyeret Arga dengan kasar dan menyerahkan pada dua orang yang datang bersamanya.

"Serahkan manusia be-jat ini pada polisi!" titahnya dan diamini oleh kedua orang itu.

"Okey, Riel," sahut mereka hampir bersamaan.

Dua orang itu adalah Arfan dan Zayn. Mereka dua rekan kerja Dariel.

Sama seperti Dariel, Arfan dan Zayn seorang animator sekaligus konten kreator yang bekerja di bawah naungan D & D design. Rumah produksi yang didirikan oleh Dariel.

Dariel bergegas menggendong Dira dan membawanya masuk ke dalam mobil, lalu menelepon seseorang dan menyuruhnya untuk mengambil sepeda motor milik Dira yang masih tergeletak di jalan.

"Ra, maaf! Maaf karena aku datang terlambat." Dariel menatap lekat wajah Dira yang tampak pucat. Tersirat rasa sesal yang terlihat jelas di tatapan netranya. Sendu dan terbingkai kristal bening.

"Nggak, Riel. Kamu datang di waktu yang sangat tepat." Dira menjawab pelan. Suaranya terdengar lirih dan lemah.

"Aku heran, bagaimana ... kamu bisa tau posisiku saat ini dan tiba-tiba datang menolongku." Dira kembali mengeluarkan suara.

Meski lirih, tetapi Dariel bisa mendengarnya sebab ia berada tepat di sisi Dira dan posisi duduk mereka hampir tak berjarak.

"Itu mudah bagiku, Ra. Aku tau keberadaan mu berkat benda ini." Dariel menunjukkan gawai yang dibawanya.

"Maksudmu?"

"Aku memantau keberadaan mu dengan gawaiku --"

"Location tracking?"

"Ya, seperti yang sering kita lakukan dari SMA untuk mengetahui posisi masing-masing."

Dira menerbitkan seutas senyum, lalu menyandarkan tubuhnya yang terasa lemah pada sandaran jok mobil.

"Riel, kenapa kamu datang disaat aku membutuhkanmu? Kalau seperti ini, bagaimana aku bisa menjauh darimu?"

"Jadi, selama beberapa hari ini kamu sengaja menjauh dariku?"

"Iya, Riel. Aku sengaja menjauh, agar suatu saat nanti ... aku terbiasa tanpa mu dan tidak terus menerus bergantung padamu."

"Ra, kamu berhasil menyiksaku. Chat yang aku kirim nggak pernah kamu balas, bahkan telepon dari ku pun selalu kamu abaikan --"

"Please, Ra. Jangan menjauh dariku. Aku sungguh tersiksa --" Dariel merengkuh tubuh Dira dan membawanya ke dalam pelukan.

Ia tak kuasa mencegah kristal bening yang kini menetes dan membingkai wajah.

Hanya Dira, wanita yang berhasil membuatnya jatuh hati.

Hanya Dira, wanita yang berhasil membuatnya menangis.

Hanya Dira, wanita yang membuatnya rela terluka dan tersakiti.

Hanya Dira, wanita yang membuatnya tulus mencinta dan menjaga setia.

Dira mengangkat kedua tangannya yang semula menjuntai, lalu membalas pelukan Dariel.

Cukup lama mereka berpeluk diiringi tetes air mata, menumpahkan kepedihan yang menyiksa jiwa.

"Ra, apapun yang terjadi, jangan menjauh dariku. Jangan tinggalkan aku, karena aku sangat mencintaimu."

"Riel, a-ku harus menjauh darimu. Kamu berhak mencintai wanita lain dan bahagia bersamanya, karena kita nggak akan mungkin bisa bersama."

"Aku bersumpah, tidak ada wanita yang aku cinta selain kamu."

Perlahan Dira mengurai pelukan dan menatap manik mata Dariel yang masih tampak basah.

Jemari lentiknya terulur untuk mengusap wajah tampan yang terbingkai air kesedihan.

"Riel, kamu seorang lelaki. Jangan hanya memakai perasaan, tapi gunakan akal sehat mu. Pakai otak cerdas mu."

"Ra, perasaan cintaku lebih mendominasi."

"Itu yang harus kamu lawan."

"Bagaimana jika aku menjadi mualaf?" Dariel menginterupsi. Tatapan netranya tersirat kesungguhan.

"Jangan berniat menjadi mualaf hanya demi aku, Riel. Tapi karena keyakinan yang benar-benar tumbuh di dalam hatimu. Bukan karena terpaksa."

"Jika tidak dengan cara itu, bagaimana kita bisa menyatu dan hidup bersama, Ra?"

"Tidak ada. Kita harus ikhlas menerima goresan takdir yang sudah menjadi kehendak-Nya, Riel."

Dariel meraup udara dalam-dalam, lalu menghembuskannya dengan kasar. Menghempas pikiran yang berkecamuk dan membuat otaknya serasa kacau.

"Riel, kita jalani saja apa yang menjadi takdir-Nya. Jangan terlalu dipikirkan. Yang terpenting saat ini, fokus menata masa depan dan berusaha menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama, seperti yang pernah kamu tuturkan lewat tulisanmu."

"Tapi, itu teramat sulit bagiku --"

"Aku mengerti. Sekarang, antarkan aku pulang. Aku ingin segera beristirahat di rumah, Riel."

Dariel mengangguk samar. Kedua tangannya mulai memainkan setir mobil.

Tak ada lagi suara yang keluar dari bibir Dariel dan Dira.

Mereka terdiam dan sibuk dengan pikiran masing-masing.

Hening

Hanya terdengar nyanyian alam dan helaan napas yang mewakili kidung kehampaan jiwa.

🌹🌹🌹

Bersambung

1
Hikari Puri
dtgu up nya lg thor
Reni Anjarwani
doubel up thor
Reni Anjarwani
lanjut doubel up thor
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up thor
Reni Anjarwani
doubel up thor
Najwa Aini
karya yg bagus. dikemas dengan tatanan bahasa yg apik, rapi, enak dibaca dan mudah dipahami..
sukses selalu buat Autor yg maniiiss legit kayak kue lapis.
Ayuwidia: Uhuk, makasih Kakak Pertama
total 1 replies
Najwa Aini
Dariel aja gak tau perasaannya senang atau sedih, saat tau Dira putus dgn Aldi.
apalagi aku..
Najwa Aini
perusahaan Dejavu??
itu memang nama perusahaannya..??
Ayuwidia: Iya, anggap aja gitu
total 1 replies
Najwa Aini
Ayah bundanya Dira kayak sahabatnya ya
my heart
semangat Thor
Machan
simbok aja tau klo Dariel lebih sayang timbang Aldi😌
Machan: amiiin


berharap🤣🤣
Ayuwidia: Dari Gold jadi diamond ya 😆
total 6 replies
Najwa Aini
ooh jadi Dira itu seorang dokter ya..
wawww
Ayuwidia: huum, Kak. Ceritanya gtu
total 1 replies
Najwa Aini
Amiin..
aku aminkan doamu, Milah
Najwa Aini
kalau dari namanya sih, kayaknya mang lbh ganteng Dariel daripada Aldi
Najwa Aini
ooh..jadi gitu ceritanya..
ya pastilah hasratnya langsung membuncah
Ayuwidia: uhuk-uhuk
total 1 replies
Najwa Aini
Tapi tetap aja keliatan kan Riel
Najwa Aini
omah kenangan yg asri banget itu ya
Najwa Aini
jadi ceritanya Dira lupa dengan ritual naik turun Bromo semalam gitu??
Machan
🤭🤭🤭
Machan
aku tutup mata, tutup kuping, tutup hidung juga😜
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!