Series #2
Keputusan Rayden dan Maula untuk kawin lari tidak semulus yang mereka bayangkan. Rayden justru semakin jauh dengan istrinya karena Leo, selaku ayah Maula tidak merestui hal tersebut. Leo bahkan memilih untuk pindah ke Madrid hingga anaknya itu lulus kuliah. Dengan kehadiran Leo di sana, semakin membuat Rayden kesulitan untuk sekedar menemui sang istri.
Bahkan Maula semakin berubah dan mulai menjauh, Rayden merasa kehilangan sosok Maula yang dulu.
Akankah Rayden menyerah atau tetap mempertahankan rumah tangganya? Bisakah Rayden meluluhkan hati sang ayah mertua untuk merestui hubungan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 : Simfoni di Las Vegas
...Kondangan dulu yuk kita🥰 ...
...----------------...
...----------------...
...•••Selamat Membaca•••...
Langit Las Vegas tampak tenang di pagi ini. Di ujung kawasan elit Summerlin, berdiri sebuah mansion megah seluas dua hektar, itu adalah rumah milik Leo, arsitektur klasik Eropa yang berpadu halus dengan kemewahan Amerika.
Rumah yang pernah mengukir kenangan bersama dengan Maureen sebelum adanya anak-anak. Rumah yang juga menjadi saksi benih-benih cinta Leo dan Maureen tumbuh, rumah itu sudah direnovasi dalam beberapa tahun terakhir, menjadi mansion impian Maureen.
Pilar-pilar marmer putih menjulang, jalan masuknya panjang dengan pepohonan zaitun yang ditanam simetris. Air mancur di tengah roundabout memercik halus, memantulkan kilau matahari seperti kristal Swarovski.
Hari ini adalah hari pernikahan Maula Maximillian dan Rayden Salvatore, pasangan hebat yang telah menantang maut, melawan bayang-bayang masa lalu, dan akhirnya memilih untuk bersatu dalam ikatan yang tak bisa dipisahkan bahkan oleh waktu.
Pernikahan ini bukan sekadar pesta. Ini adalah pernyataan kekuasaan, gaya, dan bukti bahwa cinta bisa diperjuangkan asal kedua belah pihak mau berusaha.
Bagian belakang rumah Leo diubah menjadi taman ala Versailles, dengan jalur-jalur bunga mawar Inggris, kursi-kursi antik Louis XVI, dan tenda-tenda gading beraksen emas yang ditegakkan dengan tiang perak.
Di setiap sisi jalur utama menuju altar, berjejer lampu kristal Baccarat tergantung dari lengkungan pohon, menyala hangat meski mentari belum turun.
Altar pernikahan dibangun di atas panggung kecil dari kayu ek tua, dihias dedaunan zaitun dan bunga peony putih. Di belakang altar, pilar-pilar dibalut kain sutra Italia dan pita organza, mengalir seperti air mancur angin.
Musik klasik dimainkan secara langsung oleh orkestra dari Praha, gesekan biola mengalun seperti bisikan langit. Suara soprano menyanyikan “Ave Maria” dalam bahasa Latin saat Maula berjalan perlahan di atas karpet dari bulu alpaka putih.
Maula tampil seperti yang berubah menjadi ratu malam itu dengan gaun haute couture karya Elie Saab, dengan ekor sepanjang lima meter, dihiasi kristal bening yang dijahit tangan satu per satu. Lehernya dihiasi kalung berlian hitam yang pernah diberikan Rayden sebagai kado ulang tahun untuk, yang mana jika kalangan mafia melihat, berarti sudah dipastikan kalau Maula hanyalah milik Rayden seorang.
Rayden mengenakan tuksedo hitam custom dari Tom Ford, potongan sempurna dengan detail kecil berupa pin bergambar singa yang disematkan di kerah.
Para tamu, mulai dari diplomat, pengusaha internasional, mafia hingga seniman eksentrik dari Florence dan Tokyo, mengenakan busana formal bergaya old money. Warna-warna gelap, potongan klasik, tanpa logo mencolok. Sebuah pesta di mana kekayaan tidak dipamerkan, tapi dirayakan dalam diam yang mewah.
Rayden begitu terpana melihat istrinya yang sangat cantik jelita.
Setelah janji suci diucapkan, para tamu diajak ke dalam ballroom utama mansion. Lampu gantung kristal seberat satu ton menggantung di langit-langit, memantulkan cahaya dari ratusan lilin yang menyala. Lantai dansa dari kayu maple mengkilap, seperti cermin yang menangkap setiap gerakan gaun.
Makanan disajikan dalam tujuh hidangan oleh chef Michelin dari Perancis dan Jepang. Menu mulai dari foie gras, sup truffle hitam, lobster butter miso, hingga penutup berupa es krim saffron dan kue pengantin setinggi dua meter, dihiasi emas edible 24 karat.
Anggur yang disajikan berasal dari koleksi pribadi Leo—termasuk sebotol Romanee-Conti 1978 yang hanya dibuka untuk momen ini.
Leo merangkul bahu sang istri yang terpana dengan semua ini, jelas terlihat begitu haru dia menyaksikan putri mereka menikah.
“Terima kasih ya, kamu benar-benar mewujudkan cinta anak kita seindah ini,” ucap Maureen yang dibalas ciuman hangat di kening oleh Leo.
“Ini juga karena kamu, andai saja kamu tidak bersama denganku, mungkin pikiranku sampai detik ini akan tetap hancur dan terbebani. Seperti yang pernah aku katakan, kamu adalah sumber kebahagiaan dalam rumah tangga ini.” Maureen memeluk erat suaminya, menangis harus karena Leo sudah memberikan segalanya.
Rayden dan Maula tak hentinya tertawa, begitu banyak teman-teman kampus Maula yang hadir ikut merayakan. Mereka rela datang dari berbagai negara untuk menyaksikan pernikahan megah tersebut.
Lucan juga datang bersama dengan Lily, mereka tak lama lagi juga akan segera menikah.
Ketika malam menjelang, pesta tidak meredup. Para tamu diajak naik limusin menuju rooftop eksklusif di tengah Vegas, di mana kembang api meledak bersamaan dengan lantunan lagu "Clair de Lune". Maula dan Rayden berdansa di tengah kerlip lampu kota, seolah dunia hanya terdiri dari mereka berdua.
Di sudut balkon mansion, Leo berdiri sendiri, memandangi pesta yang ia wujudkan untuk dua orang yang ia cintai.
Maula menarik lengan Leo dan mereka berdansa berdua. Maula menyandarkan kepalanya di dada bidang Leo, mengucapkan ribuan terima kasih atas semua kejutan ini.
Sementara Rayden berdansa dengan Maureen. “Terima kasih sudah memberikan aku kesempatan untuk memiliki putrimu seutuhnya, Ma.” Maureen tersenyum.
“Jaga dia, walaupun dia keras kepala, tapi dia sangat mencintaimu, Ray.”
“Aku akan menjaga dia, aku janji.”
“Aku sayang Papa, semua ini sangat indah Pa.” Leo mengusap lembut rambut putrinya.
“Maaf ya, terlalu lama menjadi penghalang di antara hubungan kalian.”
“Tidak. Ini semua takdir dan kita hanya menjalani, Papa akan terus bersama denganku kan?”
“Tentu sayang, Papa akan terus mendampingi kamu apa pun yang terjadi. Papa akan selalu ada setiap kali kamu butuh sandaran.” Maula menangis dan memeluk Leo dengan haru.
Sebagai penutup malam itu, Leo dan Maureen saling berpelukan mesra begitu pula dengan Rayden dan Maula.
Leo tersenyum bangga, berdiri sambil menyesap champagne vintage, melihat orang-orang terdekatnya bahagia.
Malam diakhiri dengan pertunjukan kembang api besar yang menari di langit Las Vegas, membentuk inisial “M & R” di langit. Maula bersandar di bahu Rayden, dan keduanya tahu ini adalah awal dari kehidupan yang akan terus bersinar seperti malam itu.
“Terakhir kali aku melihat inisial nama kita di langit Madrid dan kali ini di langit Las Vegas. Ini luar biasa.” Rayden mencium hanya bibir Maula, apa yang telah disiapkan oleh Leo memang seindah itu. Hingga sangat sulit untuk dilupakan.
Axelo menepuk pundak adiknya, mereka saling berpelukan dan menyambut dengan hangat.
“Ini pesta yang sangat luar biasa. Putriku menginginkan yang seperti ini dan kau harus membantuku, Leo.” Leo tersenyum.
“Pasti, aku akan melakukannya.”
“Cucu Nena sayang, selamat ya, ini kado pernikahan dari Nena untuk kalian berdua.” Maula menerima sebuah kotak dilapisi hiasan perak yang berkilauan.
Rayden dan Maula membuka kotak perak itu bersama dan di dalamnya terdapat sebuah kunci yatch berinisial “MR”, diukir dari emas putih dan safir. Lalu sebuah amplop dari emas dan ketika Rayden membukanya, matanya membesar.
“Itu adalah tiket honeymoon selama satu minggu penuh di Amalfi Coast, Italia,” kata Eliza. “Villa pribadi di Ravello sudah disiapkan. Dan yatch bernama Solea ini kini menjadi milik kalian. Layarkan ia ke mana pun kalian mau. Dunia ini terlalu sempit untuk cinta sebesar ini.”
Tepuk tangan menggema, Maula memeluk Eliza dengan mata berkaca-kaca. Rayden mencium tangan sang nenek dengan takzim.
“Thank you Nena, aku sayang Nena.” Eliza memeluk cucu pertamanya itu dengan air mata haru, tak menyangka bahwa hidup akan membawa dirinya ke tempat yang penuh kebahagiaan ini.
“Rayden, kamu sekarang juga menjadi cucu kesayanganku, jaga dia atau kau akan aku penggal jika berani menyakiti dia.” Rayden memberikan tanda hormat pada Eliza sehingga semuanya tertawa.
“Siap komandan.”
Langit pun seolah ikut merayakan, ketika detik berikutnya, langit Las Vegas meledak dalam warna emas dan biru, warna yang sama dengan gaun Eliza dan lambang keluarga Maximillian.
“Ma, apa tiket honeymoon untukku tidak ada?” bisik Maureen di telinga Eliza.
“Mama sudah siapkan, tenang saja dan Thalia akan aman bersama Mama selama satu minggu penuh,” balas Eliza sambil berbisik pula namun hal itu masih terdengan oleh Leo, Axelo, dan Geera yang ada di dekat mereka.
“Menantumu ada dua Ma, kau curang jika hanya memberikan Maureen saja. Nanti kakimu akan panjang sebelah,” racau Geera yang tak mau kalah.
Eliza mengambil dua kotak yang memang telah dia persiapkan lalu memberikannya sesuai dengan nama di kotak tersebut. Satu untuk Maureen dan satu untuk Geera.
Kotak itu juga berisi tiket honeymoon ke negara yang telah di atur oleh Eliza.
“Anak kami aman kan Ma?” ujar Axelo dan Leo serentak.
“Ya ya, anak kalian akan aku jadikan pelayan selama satu minggu di Meksiko,” balas Eliza dengan mata memelas. Semua tertawa bahagia dan mereka saling berpelukan.
...•••Bersambung•••...
...----------------...
...----------------...
...----------------...