ini karya author yang ke empat, mohon dukungan nya ya....
**************
alzeera sabrina akira, telah lama terpisah dengan saudara kembar nya dan ia berusaha mencari nya dan akhir nya ia di pertemukan dengan kembaran nya arshaina sandrina axira yang ternyata satu kampus dengan nya bahkan mereka satu kelas.
****************
sudah 14 tahun lama nya arzaneo giondra berpisah dengan adek kembar nya karna pembantaian pada keluarga nya 14 tahun yang lalu. ia juga sudah memiliki perusahaan yang ia beri nama 'zan group' yang sudah menempati no.2 di dunia setelah perusahaan 'ad company', dan ia juga membangun sebuah kampus yang ia beri nama 'az univercity'.
setelah mengetahui bahwa adek kembar nya berkuliah di kampus milik nya, ia pun meminta asisten pribadi sekaligus sahabat nya untuk mencari data tentang kehidupan adek kembar nya, sedangkan kepala kampus yang juga sahabat nya di mintai untuk menjaga kedua adek nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FZR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Afzan demam
Selesai makan malam, mereka berkumpul di ruang keluarga seperti biasa sebelum mereka kembali ke kamar masing masing.
"bagaimana pekerjaan kalian?" tanya papi.
"lancar pi, semua nya aman terkendali" jawab Sandrina mewakili yang lain nya.
"Sabrina, bagaimana hubunganmu dengan nak Arvan? Akhir akhir ini kami melihat kalian selalu bersama apa lagi Afzan yang sangat menempel pada nya" ujar papi.
"benarkah? Wah ternyata adek abang yang satu ini sudah besar rupa nya" ujar Arzan.
"apaan sih bang, orang kita dekat hanya sebagai rekan bisnis saja dan tidak ada apa apa nya" kilah Sabrina.
"nak, kalo memang suka tidak apa apa apalagi kalian seperti nya saling menyukai satu sama lain" ucap bubu membuat Sabrina terdiam karna ia juga belum pasti dengan perasaan nya.
"yakin kan dulu hatimu nak, kalo bisa secepat nya karna kalo tidak Arvan akan menjadi milik orang lain nanti" ucap papi sedikit menggoda putri angkat nya itu.
"jangan eh... Maksud nya... Sudahlah, aku mau ke kamar dulu Afzan sudah mengantuk" pamit Sabrina terburu buru karna malu dengan ucapan nya yang tanpa sadar.
"ternyata kembaranku sudah mempunyai tambatan hati ya, senang sekali bisa menggoda nya"
"apa kamu juga mau di goda seperti kembaranmu Sandrina karna kamu juga dekat dengan nak Sean?" goda papi.
"jangan hanya menggodaku pi, aku dengar bang Neo juga dekat dengan kak Zera rekan kerja Zeera dulu waktu kerja di restorant" ucap Sandrina seraya melirik abang nya yang duduk di samping nya seraya memalingkan muka.
"benarkah? Kamu itu pria Arzan harus tegas terhadap perasaan kamu sendiri, kalo memang suka langsung lamar dia" ucap papi.
"iya pi, ini juga masih masa pendekatan kalo langsung lamar kan nanti dia kaget terus menjauhiku" ucap Arzan.
"ya sudah, kalian istirahat gih, besok harus ke kampus dan ke kantor" titah bubu.
"baik bu, selamat malam pi bu"
"selamat malam"
"mas, apa pria yang mendekati putri putri kita itu baik? Aku takut pria itu hanya akan memanfaatkan mereka apalagi mereka baru pertama kali merasakan jatuh cinta" ujar bubu khawatir.
"bubu tenang saja, papi sudah menyelidiki semua yang mendekati putra putri kita dan mereka semua sangat baik, tapi kalo Arvan papi hanya bisa mendapatkan seperempat informasi nya saja sisa nya tidak bisa papi lacak tapi papi yakin kalo dia orang yang baik" jelas papi.
"baiklah, semoga anak anak kita bertemu dengan orang orang yang baik dan tepat"
Mereka pun masuk ke kamar mereka untuk istirahat, begitu juga para maid yang bekerja di sana, meeka akan kembali ke paviliun untuk istirahat setelah pekerjaan mereka selesai.
...****************...
Tiba tiba Sabrina terbangun karna mendengar putra nya yang tidur di samping nya sedang menangis dengan keras, beruntung kamar nya kedap suara jadi tangisan nya tidak terdengar dari luar.
Sabrina pun langsung menggendong nya dan saat menyentuh tubuh putra nya yang ternyata terserang demam, ia mengecek jam di ponsel nya yang masih pukul 1 dini hari.
Sabrina mengganti popok Afzan dan juga mengganti pakaian yang panjang agar tidak terlalu dingin karna bila bayi demam tidak boleh di selimuti.
Setelah mengganti semua nya, Sabrina pun kembali menggendong nya kemudian ia membuat susu untuk putra nya, meskipun sedikit kesusahan karna sambil menggendong namun ia tetap berusaha membuatkan susu untuk putra nya.
"cup cup cup sayang, ini minum susu ya" ucap Sabrina seraya memasukkan ujung dot nya ke mulut Afzan namun hanya di minum sedikit kemudian kembali menangis.
Kemudian Sabrina mencari kompres instan di kotak p3k yang memang sengaja Sabrina sediakan di kamar nya bila sewaktu waktu diri nya atau putra nya sakit seperti saat ini.
Setelah lama mencari sambil berusaha menenangkan Afzan yang terus menangis, akhir nya ia menemukan apa yang ia cari dan langsung memasangkan nya ke kening putra nya namun putra nya masih tak kunjung diam hingga Sabrina pun menemani nya sambil mencoba untuk menenangkan nya dengan berbagai cara.
Hingga pukul 5 pagi akhir nya Afzan kembali tidur setelah menghabiskan sebotol susu, Sabrina pun meletakkan dot kosong nya ke atas nakas dan ia pun ikut tidur di samping putra nya yang baru saja terlelap setelah beberapa jam lalu menangis tanpa henti.
Pukul 6 pagi, semua penghuni mansion telah bangun dan bersiap untuk pergi kuliah dan bekerja kecuali Sabrina yang masih terlelap bersama putra nya.
Semua nya telah berkumpul di ruang makan dan hendak sarapan, namun mereka tidak melihat Sabrina berada di antara mereka.
"mana Sabrina? Tumben dia belum bangun" ujar papi.
"biar aku aja yang manggil pi" ucap Arzan.
"ya sudah, cepatlah"
Arzan pun pergi ke kamar adek nya dan mengetuk pintu kamar nya sebelum masuk, namun tidak ada jawaban dari dalam hingga Arzan pun memutuskan untuk langsung masuk yang kebetulan tidak di kunci.
Baru saja masuk, ia melihat adek nya sedang menenangkan Afzan dengan memberi nya susu sambil membelakangi pintu hingga tak menyadari bahwa diri nya masuk.
"Afzan kenapa Zeera?" tanya Arzan.
"eh abang, lagi demam bang jadi rewel tapi demam nya udah turun kok dari pada tadi malam" jawab Sabrina.
"ya sudah, jangan kuliah dulu ya, kasian Afzan nya kalo kamu tinggal"
"iya bang"
"kamu mau ikut sarapan? Yang lain pada nunggu kamu loh di bawah"
"maaf bang, aku nanti aja sarapan nya tunggu Afzan tenang dulu"
"baiklah, kalo begitu abang turun dulu ya, kamu juga jangan lupa sarapan nanti. Cepat sembuh ponakan abang"
"iya bang"
Saat Arzan hendak keluar dari kamar adek nya, tiba tiba pelayan pribadi Sabrina datang ke kamar Sabrina.
"eh ada tuan muda, selamat pagi tuan dan nona muda" sapa Sani.
"pagi, ada apa Sani?" tanya Sabrina.
"maaf mengganggu nona muda, di bawah ada tuan Arvan ingin bertemu dengan anda" jawab Sabrina.
"baiklah"
Sabrina pun ke bawah bersama abang nya dan Afzan yang berada di gendongan nya, Arzan pergi ke ruang makan sedangkan Sabrina menemui Arvan di ruang tamu.
"mana Sabrina nak?" tanya bubu.
"dia gak ikut sarapan bu, karna Afzan lagi demam jadi dia gak kuliah hari ini"
"ya sudah, ayo kita sarapan dulu nanti kalian terlambat" titah papi.
Mereka pun makan dengan tenang seperti biasa, sedangkan di ruang tamu Sabrina sedang menemui Arvan.
"ada apa mencariku?" tanya Sabrina seraya duduk di sofa tunggal.
"tidak ada, sebenar nya aku ingin mengajakmu berangkat kuliah bareng tapi kayak nya kamu gak kuliah" jawab Arvan.
"iya maaf ya, Afzan lagi sakit jadi aku gak pergi kuliah hari ini"
"ya sudah kalo begitu, nih buat Afzan, semoga cepat sembuh ya" ucap Arvan seraya mengusap kepala Afzan dan mengecup pipi gembul nya.
"kalo gitu, aku pergi dulu ya" pamit Arvan dan seperti biasa selalu mengusap kepala Sabrina sebelum pergi.
"iya, hati hati ya" ucap Sabrina yang di angguki oleh Arvan.
Namun saat hendak keluar mansion, ia berhenti kala mendengar perkataan seseorang yang tak lain adalah abang nya orang yang diam diam ia sukai.
"kalo lo emang beneran suka sama adek gue gak papa gue restu in kalian, yang penting lo bisa menjaga dan melindungi adek gue" ucap Arzan.
Arvan pun berbalik dan berkata, "jika sudah di beri restu maka tidak akan gue siakan, gue akan buktikan kalo gue bisa menjaga dan melindungi nya lebih dari nyawa gue sendiri"
Sabrina menatap dalam mata Arvan untuk mencari kebohongan di sana, namun yang ia lihat hanya sebuah ketulusan yang sangat dalam di sana.
(ya tuhan, jika dia memang jodoh yang engkau berikan untukku maka aku akan menjaga dan melindungi nya melebihi nyawaku sendiri dan tidak ada yang boleh merebut nya dariku) batin Sabrina seraya menatap kepergian Arvan.
...----------------...