Bianca Mith. Doktor muda arogan yang selalu saja mencari masalah setiap hari saat sedang bekerja. Ayahnya yang seorang pebisnis terkenal tidak tahan dengan kelakukan anaknya itu. Maka dari itu perjodohan itu diadakan.
Bianca menikah dengan Aether Beatrice. Dosen muda dari Universitas Mith. Sesuai kesepakatan awal, beberapa tahun setelah menikah, salah satu dari mereka harus mengorbankan cita-cita mereka untuk memimpin perusahaan keluarga.
Namun tepat setelah satu hari setelah pernikahan, Aether baru mengetahui bahwa ia memiliki penyakit serius pada bagian otaknya. Membuat Aether akan kehilangan sedikit demi sedikit ingatannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Athena_Shou, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pintar Berbaur
Ethan, Aether berada di Rumah Sakit Scarlet untuk memeriksakan tangan kiri Aether. Tidak ada masalah serius. Hanya saja untuk beberapa waktu ke depan, tangan kiri Aether akan diperban.
Ethan berpikir bahwa mereka akan pulang setelah pemeriksaan selesai. Namun ternyata tidak. Aether mengajaknya untuk berbicara di kantin rumah sakit. Bersama seorang dokter yang memang sedang tidak bertugas. Nathan.
"Jadi, kamu dilempar dengan bangku dan orang ini menyelamatkanmu?" tanya Nathan menatap Ethan dan menunjuk Aether.
"Benar," balas Ethan menggangguk pelan.
"Apakah dia temanmu?" tanya Nathan menatap Aether.
"Tidak. Dia adik dari sahabat istriku. Dia juga murid di universitasku," jawab Aether menggelengkan kepalanya.
"Oh, mahasiswa. Kamu mengambil jurusan apa?" tanya Nathan mulai tertarik dengan layar belakang Ethan.
"Kedokteran," jawab Ethan.
"Aku bingung, kenapa orang-orang memilih jurusan kedokteran? Aku saja yang sudah menjadi dokter merasa tersiksa dari awal aku mengambil sumpah sampai sekarang," keluh Nathan mengetuk meja.
"Kenapa kamu tidak mengarahkannya ke fakultas keguruan?" tanya Nathan pada Aether.
"Aku saja baru berbicara dengannya setelah dia lulus seleksi penerimaan mahasiswa. Tidak mungkin juga aku mengubah pilihannya sesukaku," balas Aether menatap sinis Nathan.
Dokter adalah pekerjaan mulia. Namun bagi orang awam, mereka tidak tau seberapa sibuknya menjadi seorang dokter. Ada banyak peraturan yang harus dipatuhi. Ada banyak tahapan yang harus dilalui. Dan tentu saja harus mengorbankan uang jumlah banyak untuk bisa melalui itu semua.
Nathan tentu saja senang bisa menjadi dokter spesialis seperti sekarang. Itu adalah cita-citanya. Namun jika Nathan mendapatkan kesempatan untuk kembali ke masa lalu, maka Nathan akan menemui dirinya di masa lalu, dan memintanya untuk mengubah cita-citanya.
"Siapa yang melemparkan kursi padamu? Haruskah kita mencarinya dan menyeretnya ke polisi? Bagaimana bisa dia menyakiti menantu dari Keluarga Mith? Apakah dia tidak takut mati?" tanya Nathan sedikit emosi.
"Shizo," jawab Aether singkat.
Nathan diam. Dan suasana kantin sepi. Mulai kembali ada suara saat Nathan mengetuk meja kantin berulang kali dengan ritme cepat.
"Bukankah sudah kubilang untuk membawanya ke rumah sakit jiwa?" tanya Nathan melirik ke Aether.
"Biarkan saja. Membawanya ke rumah sakit jiwa hanya akan membuatnya menjadi lebih buruk," balas Aether.
"Aku tidak tau apa yang sebenarnya ada di otakmu," keluh Nathan.
"Apa kamu berbicara dengan perempuan itu?" tanya Nathan pada Ethan.
"Ya. Kami berbicara," jawab Ethan mengangguk ragu.
"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Nathan.
"Dia membicarakan hantu dan kekasihnya," balas Ethan.
Nathan mengetahui siapa itu Shizo. Hanya saja, Nathan tidak ingin terlibat dalam segala hal yang bersangkutan dengan perempuan itu. Karena apapun yang terjadi, perempuan itu tidak akan bisa berpikir dengan jernih lagi.
"Paman pernah mengatakan bahwa orang sepertinya banyak di dunia ini. Apakah di gang itu ada orang lain yang kelakuannya mirip sepertinya?" tanya Ethan menatap Aether.
"Tidak. Tempat itu sudah lama sekali dikosongkan. Wilayah pinggir kota memang jarang sekali ditinggali. Daerah kumuh. Banyak orang lebih memilih menggunakan tempat-tempat seperti itu untuk melakukan transaksi ilegal," jawab Aether.
"Transaksi ilegal?" tanya Ethan kebingungan.
"Pelacur, obat-obatan terlarang, dan penjualan senapan," sahut Nathan ikut menjelaskan.
Ethan mengangguk. Ethan sudah cukup umur untuk mengetahui itu semua. Dan Ethan pun mengerti bahwa memang semua itu sudah menyebar ke setiap daerah. Bahkan ada beberapa teman Ethan yang terlibat dalam hal-hal seperti itu.
Ethan sendiri tidak pernah menyentuh itu semua. Sepulang sekolah, Ethan hanya akan berada di rumah dan membaca bukunya. Menghabiskan waktunya untuk belajar supaya bisa mendapatkan nilai maksimal di setiap tes yang ada.
"Bagaimana dia bisa bertahan selama ini?" tanya Ethan.
"Semua orang di sana tau bahwa dia memiliki gangguan kejiwaan. Sehingga tidak ada yang berani menyentuh atau bahkan mengajaknya berbicara. Lalu perihal makanan, dia yang selalu mengirimkannya," jawab Nathan menunjuk Aether pada akhir kalimat.
"Aku sudah mengatakan padamu bukan? Jangan berbicara dengan orang asing," tanya Aether mengungkit kesalahan Nathan.
"Tapi kalian juga orang asing," balas Ethan dengan wajah polos.
Aether dan Nathan saling bertatapan. Ethan mengatakan hal yang benar. Mereka adalah orang asing bagi Ethan. Jika Ethan mengikuti aturan Aether, maka laki-laki itu tidak akan berada bersama mereka sekarang.
"Ada beberapa orang yang tidak biasa di dunia ini. Ada yang memiliki gangguan kejiwaan. Ada juga yang memiliki masalah pada otak mereka. Orang seperti kita tidak akan pernah tau apa yang mereka lihat dan apa yang mereka pikirkan. Cara paling aman untuk kita adalah tidak berbicara dengan mereka," ujar Nathan memalingkan pandangannya ke arah Ethan.
"Bagaimana caranya mengetahui bahwa orang itu memiliki masalah pada bagian kejiwaannya atau otaknya?" tanya Ethan menaruh kedua tangannya di atas meja dan sedikit membungkukkan badannya.
"Kamu bisa mengamati perilakunya. Hanya saja, kebanyakan dari mereka terlihat biasa-biasa saja. Ada beberapa dari mereka yang bahkan pintar berbaur dan menutupi masalah yang sedang dideritanya," ujar Nathan dengan sedikit memelankan suaranya.
Pembicaraan Nathan dan Ethan berhenti saat tiba-tiba saja Aether berdiri dan melangkahkan kakinya menjauh dari meja mereka berkumpul. Pandangan Nathan dan Ethan masih mengamati secara saksama punggung laki-laki itu. Sampai pada akhirnya laki-laki itu sedikit memiringkan badannya dan menatap ke arah mereka.
Ethan tidak begitu mengerti. Namun Ethan merasa ada yang berubah dari laki-laki itu. Secara tatapan dan perilaku. Ethan tidak bisa menjelaskannya dengan jelas. Namun entah mengapa, laki-laki yang ia lihat sekarang, terasa seperti orang lain. Seperti seseorang yang tak pernah berbicara dengannya. Orang asing.
"Apakah kamu sudah menentukan untuk melanjutkan pendidikanmu sampai bisa mendapatkan gelar spesialis?" tanya Nathan mengalihkan perhatian Ethan.
"Belum. Saya berpikir untuk berhenti sampai di titik dokter umum," jawab Ethan kembali menatap Nathan.
"Lanjutkan pendidikanmu. Dan ambillah gelar dokter spesialis neurologi. Dengan begitu, kamu akan mengetahui apa yang aku lihat dan rasakan selama ini," lanjut Nathan.
Ethan kembali menatap ke arah tempat Aether berdiri tadi. Dan ternyata tidak ada. Aether sudah pergi entah ke mana. Bahkan ketika Ethan memalingkan pandangannya ke sekitar area kantin, Ethan sama sekali tidak menemukan keberadaan laki-laki itu.
"Tidak perlu khawatir, dia hanya ke toilet. Kalaupun, dia tidak kembali, aku akan mengantarkanmu," ujar Nathan untuk menenangkan Ethan.
Penyakit Aether kambuh. Nathan sekarang seharusnya berada di sisi Aether untuk bisa memastikan laki-laki itu tidak melakukan hal yang membahayakan dirinya. Namun Nathan tidak bisa pindah dari tempatnya sekarang karena ada Ethan. Jika Nathan pergi menyusul Aether, maka Ethan akan ikut bersamanya. Dan rahasia tentang penyakit Aether akan tersebar.