Penampilan Yanuar yang bersahaja membuat Amanda senang menatap Yanuar. Tanpa sengaja Amanda sering bertemu dengan Yanuar.
Sinta ibu kandung Amanda tidak tahu kalau putri bungsunya sedang jatuh cinta pada seorang duda. Ia mengatur kencan buta Amanda dengan Radit. Sebagai anak yang baik, Amanda menyetujui kencan buta dengan Radit. Namun, alangkah terkejutnya Amanda ternyata kencan buta itu bertempat di restoran hotel tempat Yanuar bekerja.
Akhirnya Sinta mengetahui Amanda sedang dekat dengan seorang duda. Ia tidak setuju putrinya menjalin kasih dengan Yanuar. Sinta berusaha menjauhkan Amanda dari Yanuar dengan cara memperkenalkan orang yang satu tipe dengan Yanuar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deche, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13.
“Dari tadi Mbak melihat ke saya terus,” jawab Yanuar tanpa menoleh ke Amanda. Seketika wajah Amanda memerah karena ketahuan oleh Yanuar.
“Pak Yanuar keren kalau sedang menyetir mobil,” jawab Amanda dengan terus terang.
Yanuar kembali menoleh ke Amanda. “Oh, Ya? Bukannya saya mirip supir ya, Mbak?” tanya Yanuar.
“Iiihhh! Mana ada supir yang wajah dan penampilannya sekeren Pak Yanuar,” jawab Amanda.
“Ada, Mbak. Malah banyak. Biasanya asisten pengusaha suka merangkap menjadi supir,” jawab Yanuar sambil fokus menyetir.
Amanda memiringkan tubuhnya. Ia duduk menghadap Yanuar. “Pak Yanuar dulu seperti itu?” tanya Amanda.
“Iya, Mbak. Dulu sewaktu menjadi asisten Pak Sultan, saya suka merangkap jadi supir menggantikan supir Pak Sultan yang tidak masuk,” jawab Yanuar.
“Pak Yanuar sudah lama kerja dengan Kakek Sultan?” tanya Amanda dengan penasaran.
“Sudah, lama Mbak. Dari saya baru lulus kuliah,” jawab Yanuar sambil fokus ke depan.
“Berarti lama juga, ya,” kata Amanda.
“Iya, Mbak. Sudah belasan tahun. Saya naik menjadi General Manager sewaktu perusahaan diambil alih Pak Rendi. Kata Pak Sultan agar saya membimbing Pak Rendi,” ujar Yanuar.
“Sebetulnya, Pak Rendi tidak harus dibimbing lagi. Ia sudah memiliki jiwa bisnis sehingga bisa menjalankan perusahaan dengan baik. Mungkin karena kakek dan almarhum ayahnya seorang pengusaha sehingga Pak Rendi memiliki keahlian yang sama dengan kakek dan almarhum ayahnya,” lanjut Yanuar.
Tiba-tiba lampu lalu lintas berubah merah, Yanuar menghentikan mobil di perempatan lampu merah. Yanuar menoleh ke samping. Amanda duduk menghadap ke Yanuar dengan kepala yang menyender pada bangku. Pandangan mata Amanda sedang menatap wajah Yanuar.
“Mbak Amanda sedang apa?” tanya Yanuar.
“Sedang mendengarkan perkataan Pak Yanuar,” jawab Amanda dengan polos.
Yanuar kembali memandang ke depan. Ia harus bersiap-siap jika lampu lalu lintas berubah menjadi hijau. Jangan sampai gadis yang duduk di sebelahnya membuyarkan konsentrasinya.
“Pak Yanuar.” Amanda memanggil Yanuar. Yanuar menoleh ke Amanda.
“Bolehkah saya memanggil Pak Yanuar dengan panggilan Abang Yanuar?” tanya Amanda.
Yanuar tersentak kaget mendengar pertanyaan Amanda. Ada-ada saja permintaan adik bosnya. Namun, tidak ada salahnya mengijinkan Amanda memanggilnya ‘Abang’. Mungkin Amanda menganggapnya seperti seorang kakak.
“Boleh, Mbak,” jawab Yanuar.
Wajah Amanda senang mendengar jawaban Yanuar. “Terima kasih, Bang Yanuar,” ucap Amanda.
Pandangan Yanuar kembali ke depan. Lampu lalu lintas sudah berubah menjadi hijau. Yanuar pun menjalankan mobil. Akhirnya mereka sampai di café yang dituju. Yanuar memarkirkan mobil di halaman café. Yanuar dan Amanda turun dari mobil, mereka masuk ke café.
Café nampak penuh oleh pengunjung yang sedang makan siang. Amanda dan Yanuar mencari tempat duduk yang kosong. Mereka pun mendapat kursi kosong di pojok ruangan. Seorang pelayan café memberikan daftar menu kepada mereka. Mereka memilih menu makan siang mereka. Amanda dan Yanuar memesan beef stroganoff. Setelah mereka selesai memesan pelayan café pun pergi meninggalkan meja mereka.
Yanuar memperhatikan di sekeliling mereka, banyak karyawan kantor yang makan siang di sana. Ada juga beberapa mahasiswa yang makan siang sambil mengerjakan tugas. Ada juga beberapa orang makan sambil berkencan dengan pasangan mereka.
Yanuar memandang Amanda yang duduk di depannya. Amanda sedang fokus dengan telepon seluler. Sepertinya ia sedang membalas pesan seseorang. Ini kesempatan bagi Yanuar untuk memperhatikan Amanda.
Amanda berparas cantik. Pakaiannya cukup sopan walaupun tidak memakai hijab. Tutur kata Amanda sangat sopan kepada semua orang walaupun ia berasal dari keluarga ekonomi atas. Ia juga baik hati dan tidak sombong.
Jika ditanya apakah Yanuar senang diajak jalan oleh Amanda? Tentu saja ia senang karena ia seorang pria normal yang menyukai wanita cantik. Namun, ia tidak bisa berharap lebih kepada Amanda. Selain karena Amanda adik sambung Rendi, Yulia putrinya tidak ingin memiliki ibu sambung.
Yanuar menghela napas. Karena Yulia lah, ia menutup diri dari para wanita yang berusaha mendekatinya. Dulu Yulia sangat dekat dengan Claudia ibu Rendi. Yulia sangat manja dengan Claudia. Yulia menganggap Claudia seperti ibunya sendiri. Claudia juga terlihat sangat sayang kepada Yulia karena Claudia tidak memiliki anak perempuan. Mereka berdua terlihat seperti ibu dan anak.
Yanuar sempat berpikir kalau Claudia lah wanita yang cocok untuk menjadi istrinya dan menjadi ibu Yulia. Usia Claudia lebih tua dari 16 tahun dari Yanuar. Namun, Claudia masih terlihat cantik di usia 55 tahun.
Ternyata perkiraan Yanuar salah, Claudia memutuskan menikah dengan Bobby ayah Amanda. Bobby lebih tua dari Claudia. Tingkat ekonomi mereka hampir setera. Berbeda dengan Yanuar yang hanya seorang General Manager di perusahaan milik Sultan. Yanuar menghela napas mengingat kisahnya bersama Claudia.
Tanpa Yanuar sadari ternyata Amanda sudah selesai mengirim pesan kepada temannya. Amanda memperhatikan Yanuar menghela napas dengan wajah kecewa.
“Pak Yanuar kenapa?” tanya Amanda dengan pandangan khawatir.
Yanuar kaget dengan pertanyaan Amanda. Ia tidak menyangka jika gadis itu sedang memperhatikannya.
Yanuar tersenyum kepada Amanda. “Tidak apa-apa, Mbak,” jawab Yanuar.
Yanuar pun mengajak ngobrol Amanda hanya sekedar basa basi agar mereka tidak saling diam. Mereka mirip seperti pasangan yang sedang kencan buta.
“Apa rencana Mbak setelah selesai kuliah?” tanya Yanuar.
“Tidak ada,” jawab Amanda begitu saja.
Yanuar kaget mendengar jawaban Amanda. “Tidak ada?” tanya Yanuar bingung.
“Iya, tidak ada. Saya kuliah strata dua hanya ikut-ikutan teman-teman,” jawab Amanda dengan tenang.
Wajar Amanda bersikap demikian karena ia berasal dari keluarga kaya raya. Amanda tidak perlu mengkhawatirkan masa depannya karena kekayaan orang tuanya masih bisa menghidupinya.
“Sebenarnya apa cita-cita Mbak Amanda?” tanya Yanuar penasaran.
“Tidak ada,” jawab Amanda.
Yanuar kembali terkejut. “Mbak Amanda tidak punya cita-cita sama sekali?” tanya Yanuar dengan nada tidak percaya.
“Iya,” jawab Amanda.
“Sayang, Mbak. Sudah sekolah tinggi- tinggi tapi tidak punya cita-cita,” kata Yanuar.
“Amanda ingin menjadi ibu rumah tangga seperti Mama Claudia dan Teteh Rahma. Diam di rumah mengurus anak dan suami,” ujar Amanda.
“Apa tidak akan bosen menjadi ibu rumah tangga? Cuma diam di rumah saja?” tanya Yanuar.
“Tidak. Buktinya Mama Claudia dan Teteh Rahma menikmati pekerjaan mereka sebagai ibu rumah tangga. Daripada seperti Mama, jadi wanita karier tapi malah bercerai sama Papa,” jawab Amanda dengan wajah cemberut.
Yanuar terdiam mendengar perkataan Amanda. Mungkin Amanda memutuskan menjadi ibu rumah tangga karena tidak ingin anak-anaknya mengalami hal yang sama dengan dirinya. Yanuar memutuskan untuk tidak melanjutkan pembicaraan mereka. Yanuar membuka layar telepon seluler untuk melihat pesan yang masuk.
“Bang!” Amanda memanggil Yanuar.
Yanuar mengangkat wajahnya dan memandang wajah Amanda. “Ada apa, Mbak?” tanya Yanuar.
“Bisa tidak panggil Amanda saja? Tidak usah pake ‘Mbak’,” jawab Amanda.
Yanuar mengerutkan keningnya. “Kenapa, Mbak?” tanya Yanuar tidak mengerti.
lha wong sampeyan aja "samen leven" laki² yg bukan mahrom gitu lho /Sweat/