Novel ini sakuel dari novel "Cinta yang pernah tersakiti."
Tuan, Dia Istriku.
Novel ini menceritakan kehidupan baru Jay dan Luna di Jakarta, namun kedatangannya di Ibu Kota membuka kisah tentang sosok Bu Liana yang merupakan Ibu dari Luna.
Kecelakaan yang menimpa Liana bersama dengan suami dan anaknya, membuatnya lupa ingatan. Dan berakhir bertemu dengan Usman, Ayah dari Luna. Usman pun mempersunting Liana meski dia sudah memiliki seorang istri dan akhirnya melahirkan Luna sebelum akhirnya meninggal akibat pendarahan.
Juga akan mengungkap identitas Indah yang sesungguhnya saat Rendi membawanya menghadiri pesta yang di adakan oleh Jay.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma Banilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berusaha menjembak
Malam itu...
Sesuai janjinya pada sang kakek, Nathan datang untuk menemui wanita yang menjadi pilihan sang kakek.
"Selamat malam Tuan Nathan." Sapa seorang wanita yang langsung bangkit dari duduknya saat melihat Nathan datang.
Nathan tak menjawab, dia langsung duduk dengan wajah yang dingin. Wanita itu pun duduk kembali di tempatnya.
"Inikah wanita yang kakek ingin kan menjadi istriku? Sama sekali tidak menarik." Ucap Nathan dalam hati.
Wanita itu bernama Clarissa, berparas cantik, body bak gitar spanyol dan latar belakangnya tentu tidak di ragukan lagi, karena dia adalah anak dari rekan bisnis sang kakek.
"Senang bertemu dengan anda, Tuan Nathan. Saya tidak menyangka kalau ternyata anda lebih tampan saat di tatap dari jarak yang cukup dekat." Ucap Clarissa yang tanpa malu memuji ketampanan Nathan.
"Terimakasih atas Pujiannya, tapi saya tidak butuh itu, karena saya tidak akan pernah menikahi anda. Jadi sebaiknya kita segera akhiri pertemuan ini." Tegas Nathan dengan tatapan dingin.
Clarissa tersenyum kecut, baru kali ini ada laki-laki yang sama sekali tidak tertarik dengan nya, bahkan dia tak segan-segan menolak kehadiran Clarissa, padahal biasanya dia yang selalu menolak laki-laki.
Tapi hal itu justru semakin membuatnya merasa tertantang untuk mendapatkan laki-laki tampan nan gagah di depannya ini.
"Tenanglah Tuan, tidak usah terburu-buru, lebih baik kita nikmati kencan buta ini." Ucap Clarissa lembut meski dalam hatinya dia merasa kesal.
"Sombong sekali dia, kita lihat saja, kau akan bertekuk lutut di kakiku setelah ini." Batin Clarissa.
Seorang pelayan datang membawa beberapa minuman untuk Nathan dan juga Clarissa.
"Terimakasih." Ucap Clarissa terdengar begitu lembut pada pelayan itu.
Keduanya saling tatap seakan mata mereka sedang berbicara. Pelayan mengangguk seraya tersenyum, lalu dengan Isyarat mata, Clarissa menyuruh pelayan itu untuk pergi.
Clarissa segera meraih gelas miliknya setelah pelayan itu pergi dan perlahan mulai meminumnya.
"Ternyata benar kata kakek Pram, kau begitu dingin." Ucap Clarissa meletakkan gelasnya lalu meraih secangkir kopi.
"Sepertinya kopi yang hangat sangat cocok untukmu." Sambungnya seraya menyodorkan kopi di depan Nathan.
"Terimakasih, tapi saya tidak suka kopi." Tolak Nathan yang lebih memilih mengambil jus jeruk di depannya.
Clarissa tersenyum kecut seakan kecewa, namun dalam hatinya, "Kena kau." Dia begitu bahagia.
Dia sudah menduga akan hal itu, karena dia sudah tau Nathan tak begitu menyukai kopi. Sebelum bertemu dengan Nathan, tentu Clarissa sudah lebih dulu menyelidiki siapa laki-laki yang akan di jodohkan dengannya.
Ini bukan kali pertama Clarissa di jodohkan oleh Ayahnya, karena sudah berkali-kali dia di jodohkan dan berkali-kali juga dia menolak laki-laki yang akan di jodohkan nya.
Namun saat tau siapa laki-laki yang kali ini akan di jodohkan dengannya, Clarissa merasa begitu tertarik pada nya, dan dia pun merencanakan sesuatu.
Wanita mana yang tidak tertarik dengan laki-laki seperti Nathan yang Mapan, tampan dan memiliki tubuh kekar.
Meski Nathan begitu dingin dan ketus, tapi Clarissa yang sudah menaruh rasa pada Nathan, tetap pada rencana awalnya, dia ingin menjadikan Nathan sebagai suaminya dan dia begitu yakin bisa menaklukan seorang Nathan.
Tanpa rasa curiga, Nathan meneguk Jus jeruk itu hingga hanya menyisakan sedikit di gelas itu.
Clarissa tersenyum, namun Nathan masih memilih untuk diam dengan wajah datarnya.
Beberapa saat kemudian, "Tunggu, apa yang terjadi, kenapa tubuhku merasa panas." Batin Nathan saat merasakan keanehan di tubuhnya.
"Tuan, apa yang terjadi?"Tanya Clarissa yang dengan sengaja menyentuh bahu Nathan.
Wanita itu memang sengaja menggoda Nathan yang sudah dalam pengaruh obat.
Ya, wanita itu menyuruh seorang pelayan untuk memberikan obat perangsang dengan tambahan obat tidur ke dalam minuman Nathan.
"Ssttt, brengsek, wanita ini pasti ingin menjebakku." Umpat Nathan dalam hati saat menyadari dirinya sedang di jebak oleh wanita yang ada di hadapannya.
Nathan mengepalkan kedua tangannya sangat erat, lalu dengan gerakan cepat dia mencekik leher Clarissa.
"Wanita sialan! Beraninya kau menggunakan cara menjijikan untuk mendapatkanku." Umpat Nathan yang terus mencekik leher Clarissa.
"Le..lepas, Ma...maaf.. maafkan aku." Ucap Clarissa seraya memukuli lengan kokoh Nathan.
"Dasar wanita murahan, aku tidak akan mengampunimu." Sarkasnya.
Namun detik berikutnya, Nathan merasakan pusing di kepalanya hingga Ia kehilangan kendali atas dirinya. Tubuhnya melemah dan akhirnya jatuh terduduk di kursi.
Clarissa tersenyum miring, dia sangat tidak sabar ingin menghabiskan malam bersama laki-laki tampan di hadapannya.
Clarissa mengusap pipi Nathan yang sudah tak sadarkan diri, "Malam ini, kamu milikku, Nathan." Bisiknya di telinga Nathan, meski Ia tau Nathan tak mungkin mendengarnya.
"Nico, Ruli." Panggil Clarissa pada dua laki-laki yang berdiri di dekat pintu.
Dua laki-laki itupun berjalan menghampiri Clarissa, "Cepat bawa dia ke kamar yang sudah aku pesankan." Titahnya.
"Siap." Sahut kedua laki-laki yang merupakan orang suruhan Clarissa dan segera membopong tubuh kekar Nathan.
***
Prank...
Indah yang sedang mencuci piring, tanpa sengaja menjatuhkan gelas yang hendak Ia letakkan di rak.
"Astagfirullah." Ucapnya yang terkejut sendiri saat gelas itu terlepas dari tangannya.
Seorang anak nampak berlari menghampirinya, "Ada apa Kak?" Tanyanya.
"Jangan mendekat dek." Pinta Indah saat adik angkatnya hampir saja berlari ke arah pecahan beling.
"Kakak tidak apa apa kan?" Tanya gadis kecil bernama Nisa terlihat cemas.
"Kakak tidak apa apa dek, kakak hanya tidak sengaja menjatuhkan gelas karena tangan kakak licin." Jawab Indah seraya menunjukan tangannya yang masih di penuhi sabun.
"Kamu ke depan saja, jangan disini, nanti kamu terluka." Usir Indah yang tak ingin Nisa terkena pecahan beling.
"Baik Kak." Sahut Nisa yang dengan cepat menuruti ucapan sang kakak.
"Hufffttt, aku ceroboh sekali." Gerutu Indah seraya mencuci tangannya lalu mengambil kantong kresek berwarna hitam yang ada di samping kompor, dan dia pun mulai memunguti pecahan beling itu dengan memasukannya ke dalam kresek.
Namun karena tak hati-hati, tangan Indah tanpa sengaja terkena pecahan beling itu.
"Arghhh..." Jari Indah terkena pecahan beling, darah segar keluar dari jarinya, reflek Indah memasukan jari yang terluka ke dalam mulutnya.
"Astagfirullah, ada apa ini? kenapa perasaan ku jadi tidak tenang begini." Gumamnya yang entah kenapa hatinya menjadi gelisah.
Indah pun segera menyelesaikan membersihkan pecahan beling itu. Setelahnya, Indah segera mengambil kotak P3K, dan segera membalut luka yang terkena pecahan beling tadi.
"Ya Allah, kenapa perasaanku jadi gelisah begini, apa yang terjadi." Gumamnya setelah selesai membalut luka nya.
***
Sementara di tempat lain, saat ini Marvin sedang kelimpungan mencari keberadaan Nathan.
Laki-laki itu sempat mengiriminya pesan untuk meminta bantuan, namun saat Marvin mencoba menghubunginya, Nathan tak menjawabnya, bahkan tak ada lagi pesan jawaban dari Nathan.
Sebenarnya pesan itu sudah di kirim Nathan dua Jam yang lalu, namun Marvin baru bisa membuka pesan itu satu Jam setelahnya.
"Tuan, anda dimana sebenarnya." Gumamnya yang terus mencari ke tempat yang mungkin di kunjungi oleh Nathan.
"Sial, kenapa dia tidak ada di semua tempat. Tuan, anda sangat merepotkan sekali." Gerutu Marvin yang mengendarai mobilnya tanpa arah dan tujuan.
"Semoga tidak terjadi sesuatu pada Tuan." Ucapnya yang sebenarnya juga mengkhawatirkan Tuannya.
Meski dia tak tau apa yang sedang di hadapi bos nya itu, tapi dia bisa merasakan sesuatu yang buruk mungkin sedang terjadi pada Tuannya. Walau bagaimana, Nathan adalah orang yang paling peduli pada nya, meski pun terkadang Nathan menjadi orang yang sangat menjengkelkan baginya.
"Astaga, kenapa aku tidak melacaknya saja dari tadi. Bodoh kau Marvin." Ucapnya mengumpat pada dirinya sendiri.
Marvin menepikan mobilnya lalu mulai melacak keberadaan sang bos dengan menggunakan ponselnya.