NovelToon NovelToon
Shadows In Motion

Shadows In Motion

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: KiboyGemoy!

Karya Asli By Kiboy.
Araya—serta kekurangan dan perjuangannya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KiboyGemoy!, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 13

Kedua tangan tegas memegang pinggang yang ramping, mengangkatnya sedikit meninggi, hingga wajah Naya terkena hembusan angin halus menambahkan suasana yang indah pada setiap gerakan yang mereka lakukan.

Lengan gadis itu perlahan naik dengan anggun, merentangkannya sedikit renggang, kepalanya pun mengikuti tangan yang menuntun setiap gerakan.

Perlahan namun pasti, badannya di turunkan hingga kaki kembali menyentuh lantai panggung dengan lembut. Ia berjalan ke kanan namun terhenti karena Devan menahannya di pinggang dan kembali mengangkatnya meninggi.

Devan memutar tubuh Naya di atas angkatannya dengan hati-hati, kemudian kembali menurunkannya.

Naya menyentuh dada bidang Devan, mendekat dan kemudian meletakkan kepalanya di sana dengan lembut. Kepala Devan sedikit dimiringkan hingga menyentuh pucuk kepala Naya, tangannya sedikit menari sebelum akhirnya menyentuh tangan Naya yang berada di dadanya.

Musik berhenti, berganti dengan tepuk tangan yang riuh. Seluruh penonton benar-benar menikmati tampilan ballet yang Naya dna Devan tunjukkan. Benar-benar memukai dan terasa.

Naya dan Devan seidkit menunduk mengucapkan terimakasih kepada penonton yang sudah mendukung.

"Wah! Apakah makna tarian yang kalian tampilkan, terinspirasi dari kisah kalian berdua?!"

Semakin riuh rasa penasaran saat pertanyaan itu muncul dari salah satu penonton.

Devan dan Naya saling melempar pandang, keduanya terkekeh malu, sebelum akhirnya Devan menatap para penonton.

"Bisa dianggap seperti itu," jawabnya semakin menggemparkan panggung.

"Benar-benar memukau," batin Araya merasa senang karena keduanya tampil dengan baik, namun di lubuk hati yang dalam ada rasa nyeri yang terus menerus mengganggu nya.

"Kita juga harus bersiap," ucap Rifan yang berdiri di belakangnya.

Araya berbalik kemudian mengangguk.

(⁠╥⁠﹏⁠╥⁠)

Di belakang panggung Naya sudah melepaskan sepatunya, gadis itu memijat kakinya dengan lembut.

"Pegal, yah?" tanya Devan yang tiba-tiba saja berjongkok dengan satu kaki di depannya. Meraih kaki gadis itu dengan lembut lalu meletakkannya di atas paha.

Perlahan pemuda itu memijat kaki Naya dengan lembut. Naya tersenyum, lalu menyentuh pipi Devan dengan lembut. "Bagus," ucapnya senang.

"Berkat kamu," jawabnya.

Dari jarak kejauhan, Araya melangkah mendekat. Gadis itu menatap Devan yang memijat kaki Naya.

"Kenapa dengan kaki mu?" tanya Araya.

"Kenapa pertanyaan mu tidak masuk akal sekali?" Bukan Naya yang menjawab melainkan Devan yang mendongak menatapnya.

Araya mengedipkan matanya. "Maaf."

"Araya, semangat. Aku dan Devan sudah melaukan yang terbaik, sampai-sampai orang mengira kami pasangan." Entah apa maksud dari ucapan Naya, Araya hanya bisa mengangguk pelan sebagai jawaban.

BAIKLAH!!!

APAKAH PENAMPILAN SELANJUTNYA AKAN SEMENARIK DARI SEBELUMNYA?! MARI KITA SAKSIKAN!

(⁠╥⁠﹏⁠╥⁠)

Sebelum naik ke atas panggung Rifan menatap Araya dengan serius. Pemuda itu tahu, pasti Araya merasa cemburu dengan apa yang telah ia lihat. Namun, gadis itu benar-benar bermasalah dalam mengekspresikan diri.

Rifan menyentuh pucuk kepala Araya membuat gadis itu sedikit mendongak dan menatapnya. Lagi-lagi Araya merasa tenang di saat matanya bertemu dengan mata milik Rifan. Seolah-olah pandangan mata pemuda itu berbicara.

"Araya, bukankah menjadi seorang dancer adalah mimpimi?"

Araya mengangguk.

"Maka tunjukkanlah tanpa rasa gelisah."

Araya menggigit bibir bawahnya. "Aku akan melakukannya."

Rifan tersenyum menyimpan kepercayaan pada Araya. Setelah merasa siap, langkah kaki mereka perlahan naik ke atas panggung. Suara riuh para penonton kian menggema.

"Bukannya dia anak baru itu, yah? Ngga nyangka bakal dance, omong-omong ototnya!"

"Tebarkan pesona kalian!"

"Aneh, yah, mereka pacaran tapi tampil sama orang lain."

Di atas panggung, Araya sudah berdiri menatap orang-orang yang bersorak gembira, antusias menantikan penampilan mereka. Sorakan itu menggema, membuat dadanya berdebar semakin kencang. Perlahan, gadis itu memejamkan mata, berusaha menenangkan diri. Bagaimanapun, kegelisahan yang membuncah di dalam hatinya harus ditekan. Ini adalah momen yang telah lama mereka siapkan.

"Raya, are you ready?" tanya Rifan, melirik ke arahnya dengan senyum tipis yang menyemangati.

Araya membuka matanya dan mengangguk mantap. "Ready."

Mereka berdiri sejajar—Araya di sebelah kanan, Rifan di kiri. Badan mereka sedikit dimiringkan, kaki terbuka selebar bahu, dan kepala menoleh saling menatap. Dalam diam, keduanya saling menyampaikan keyakinan. Musik akan segera dimulai, dan bersama, mereka siap memberi yang terbaik.

Musik pun dimainkan, suara bass yang di keluarkan membuat para penonton semakin heboh.

Araya perlahan melangkah ke arah Rifan, mengelilingi pemuda itu sebelum akhirnya Rifan menahan pergelangan tangannya dengan lembut, kaki Araya berhenti melangkah, kepalanya menoleh ke arah Rifan dengan tegas.

Dengan gerakan cepat Rifan menarik Araya hingga tangannya menyentuh pinggang gadis itu. Bergerak seperti apa yang telah mereka lakukan selama latihan.

Para penonton pun semakin heboh karena setiap gerakan yang Araya dan Rifan lakukan membuat perasaan ingin terbang. Terlalu menghayati dan teliti di setiap gerakan.

Di belakang panggung Naya menyipitkan matanya, sorakan di luar sana semakin keras, gempar, benar-benar heboh.

"Devan, sepertinya kaki-ku sudah membaik, bagaimana kalau kita menonton penampilan Araya?" ucap Naya.

Perlahan Devan menurunkan kaki Naya, pemuda itu berdiri, melirik ke arah Naya dengan raut wajah khawatir.

"Kamu di sini saja, pasti lelah kan?"

Naya berusaha berdiri, gadis itu tersenyum seakan dia baik-baik saja. Meraih tangan Devan lembut.

"Araya sahabatku dan kekasihmu, tidak ada salahnya memberikan dia semangat. Kamu tau kan dia seperti apa?" ucapnya lembut.

Devan berpikir sejenak sebelum akhirnya dia mengangguk. Pemuda itu menggenggam tangan Naya.

"Aku bantu."

"Makasih."

(⁠╥⁠﹏⁠╥⁠)

Kembali ke atas panggung, Araya benar-benar menari dengan bebas di atas sana. Gadis itu merasa tenang dari sebelumnya, Rifan pun selalu mempertimbangkan diri di saat mereka melakukan pergerakan sentuhan.

Gerakan demi gerakan memberikan kesan menarik, sehingga para penonton tidak lelah berteriak dan ikut serta menyanyi.

Kedua tangan kekar Rifan menyentuh pinggang Araya, sedangkan gadis itu melakukan pergerakan punggung yang mantap. Kaki mereka berdua sedikit di buka dan di tekuk membiarkan lutut menahan.

"Wah, benar-benar penampilan yang memukau," puji Naya walaupun tatapan matanya terpancar rasa ingin menghancuri.

"Araya! Di sini!" teriak Naya.

Araya yang tengah melakukan pergerakan melirik ke bawah panggung di mana Naya dan Devan menonton penampilannya. Debaran jantung gadis itu tiba-tiba saja berdetak dengan cepat, namun ia masih bisa mengendalikan pergerakannya.

Rifan yang merasa Araya hilang fokus merasa khawatir, pemuda itu kembali menunggu di mana mereka akan berdekatan.

"Devan, bagaimana penampilan mereka, baik bukan?" tanya Naya, berbalik ke arah Devan.

Devan tersenyum kemudian menggeleng pelan. "Lebih bagus penampilan kita," jawabnya membuat Naya merasa bangga.

Tangan Araya dan tangan Rifan bersatu, mereka dalam posisi saling melempar dance. Araya melakukan pergerakan lain begitupun dengan Rifan. Araya berada di depan Rifan, gadis itu sedikit membuang badannya kebelakang dan Devan menyangganya dengan dadanya yang bidang.

Gadis itu menyentuh wajah Rifan dengan lembut, begitupun dengan Rifan.

"Sepertinya kamu kehilangan fokus," bisik Rifan sedikit ngos-ngosan.

Araya membangunkan kembali badannya seperti posisi awal.

"Araya!" teriak Naya, saat Araya kembali meliriknya gadis itu diam di tempat, matanya membulat tidak percaya, tubuhnya bergetar seakan tidak mampu lagi melakukan pergerakan selanjutnya.

Sedangkan para penonton ikut heboh dengan apanyang mereka lihat, dan ada pula yang berteriak mengapa tampilan yang sedang berlangsung tiba-tiba saja berhenti.

1
Alexander
Ceritanya bikin aku terbuai sejak bab pertama sampai bab terakhir!
Kiboy: semoga betah😊
total 1 replies
Mèo con
Terharu, ada momen-momen yang bikin aku ngerasa dekat banget dengan tokoh-tokohnya.
Kiboy: aaa makasih banyakk, semoga seterusnya seperti itu ಥ⁠‿⁠ಥ
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!