Tak kunjung memiliki keturunan, Amira terpaksa harus merelakan Suaminya menikah lagi dengan perempuan pilihan Ibu Mertuanya.
Pernikahan Amira dan Dirga yang pada awalnya berjalan harmonis dan bahagia, hancur setelah kehadiran orang ketiga dalam rumah tangga mereka.
"Meski pun aku ingin mempertahankan rumah tangga kita, tapi tidak ada perempuan di Dunia ini yang rela berbagi Suami, karena pada kenyàtaan nya Surga yang aku miliki telah terenggut oleh perempuan lain"
Mohon dukungannya untuk karya receh saya, terimakasih 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rini Antika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 ( Surga Yang Terenggut )
Hati Rendra berdenyut sakit melihat kesedihan yang tersirat jelas pada wajah Amira. Dia ingin sekali mendekap erat tubuh perempuan yang sangat dicintainya tersebut, tapi semua itu tidak mungkin dapat ia lakukan.
"Aku mengerti posisi kamu. Meski pun cinta itu buta dan tuli, tapi kamu tidak harus menyakiti diri sendiri, apalagi sampai melakukan pengorbanan untuk Suami kamu. Apa kamu sadar jika semua itu tidak adil untuk kamu? Dia bahagia, sedangkan kamu harus terluka, Amira." ucap Rendra.
"Sudahlah Rendra, sekarang semuanya telah terjadi. Ayah juga benar-benar kecewa dan sakit hati dengan takdir hidup yang menimpa Amira, tapi kita harus menghormati keputusan nya," ucap Pak Adnan.
"Kalau begitu Ayah ke dapur dulu. Kebetulan Ayah sedang memasak makanan kesukaan kalian," tambah Pak Adnan.
"Yah, sebaiknya Amira saja yang memasak," tawar Amira.
"Tidak perlu Nak. Kasihan Amira pasti masih capek. Sebaiknya Amira temani Rendra saja," ucap Pak Adnan dengan mengelus lembut kepala Amira yang tertutup hijab.
"Oh iya Rendra. Ingat, kamu harus jaga batasan," sambung Pak Adnan sebelum melangkahkan kakinya menuju dapur.
Saat ini di ruang keluarga hanya ada Rendra dan Amira, tapi keduanya sama-sama diam, sampai akhirnya Amira membuka obrolan, apalagi dia tau jika Rendra berkata seperti itu karena sangat menyayangi dirinya.
"Rendra, aku tau kalau kamu berbicara seperti itu karena menyayangiku. Kamu tidak perlu khawatir, aku baik-baik saja kok," ucap Amira dengan tersenyum.
"Kamu gak usah pura-pura bahagia, mana ada perempuan di dunia ini yang baik-baik saja setelah dimadu. Amira, dari dulu aku tidak pernah setuju ketika mendengar kamu mengorbankan cita-cita kamu demi menikah dengan Dirga, tapi kamu sudah dibutakan oleh perasaan cinta sehingga kamu rela mengorbankan semuanya," gerutu Rendra.
Amira membiarkan Rendra mengeluarkan uneg unegnya. Siapa tau dengan begitu perasaan Sahabat karibnya tersebut akan menjadi lebih baik.
"Apa sudah selesai bicaranya?" tanya Amira ketika melihat Rendra menghela napas panjang.
"Belum. Aku tidak akan puas sampai berhasil menghajar Suami kamu yang brengsek itu hingga babak belur," jawab Rendra.
"Mas Dirga terpaksa melakukannya. Dia terus dipaksa oleh Ibunya supaya bisa memiliki keturunan, bahkan Mama Meri sampai mengancam akan bunuh diri," ucap Amira mencoba memberi pengertian kepada Rendra.
"Meski pun seperti itu, tapi Dirga bisa kan menolaknya supaya dia tidak melukai hati kamu? Lagian aku sangat yakin kalau Ibunya tidak akan benar-benar berani bunuh diri. Memangnya kenapa kalau tidak memiliki keturunan? Kalian juga bisa merawat Anak Yatim piatu," ujar Rendra yang masih terlihat begitu kesal.
Amira hanya diam mendengar perkataan panjang lebar yang ke luar dari mulut Rendra. Dari kecil hanya Rendra satu-satunya Teman baik Amira, Rendra juga selalu melindungi serta menjaga Amira saat Amira di ejek tidak memiliki Ibu oleh Teman-temannya.
Sampai saat ini Amira belum mengetahui jika sebenarnya Rendra sudah lama memendam perasaan terhadap dirinya. Rendra tidak mau menghancurkan persahabatan dirinya dan Amira apabila Amira sampai mengetahui jika Rendra mencintainya, apalagi Rendra tau jika Amira hanya menganggap dirinya sebagai Teman sekaligus saudara.
Amira mencoba mengalihkan pembicaraan dengan menanyakan kabar keluarga Rendra.
"Oh iya, bagaimana kabar Mami Arini sama Papi Bagas? Mereka baik-baik saja kan?"
"Kamu tidak usah mengalihkan pembicaraan. Tuh Mami sama Papi sudah ada di belakang kamu," ujar Rendra.
Amira langsung membalikan badannya, kemudian Amira berlari menghampiri Arini dan Bagas yang sudah berada di ambang pintu.
"Mami, Papi, Amira kangen sekali sama kalian?" ucap Amira dengan memeluk tubuh Arini, lalu Amira juga mencium punggung tangan Bagas.
"Kami juga kangen sekali sama kamu, sayang. Sudah lama ya kita gak ketemu. Kamu tau tidak, setiap hari Rendra selalu saja membicarakan kamu," ucap Arini dengan memeluk erat tubuh Amira.
Amira menggandeng Arini menuju sofa, lalu keduanya tertawa bahagia saat membicarakan masa kecil Amira dan Rendra.
"Boy, kamu baik-baik saja kan?" tanya Bagas dengan menepuk bahu Rendra yang tengah melamun.
"Rendra baik-baik saja Pi, justru Amira yang saat ini sedang tidak baik-baik saja," jawab Rendra dengan raut wajah sedih.
Tawa Arini seketika terhenti ketika mendengar perkataan Putra semata wayangnya.
"Rendra, apa maksud kamu? Memangnya Amira kenapa? Kamu baik-baik saja kan sayang?" tanya Arini yang terlihat begitu khawatir.
"Nak, jika Amira memiliki masalah, Amira bisa menceritakan semuanya kepada kami," tambah Bagas.
"Mami sama Papi tidak perlu khawatir. Amira baik-baik saja kok."
"Lalu, apa maksud perkataan Rendra?" tanya Arini.
"Mi, Pi, apa seorang perempuan akan baik-baik saja setelah dipaksa harus menerima di poligami?" ucap Rendra.
Brak
Arini yang begitu emosi, tanpa sadar langsung menggebrak meja sehingga membuat semua yang berada di sana begitu terkejut.
"Kalau sampai Papi kamu berani berbuat macam-macam, apalagi sampai melakukan poligami, Mami tidak akan segan-segan memotong bu*rungnya," ucap Arini sehingga membuat Bagas bergidik ngeri.
"Mi, Papi sangat mencintai Mami, jadi Mami jangan berpikir macam-macam, karena Papi tidak akan mungkin melakukan semua itu," ucap Bagas.
"Oh iya, memangnya siapa yang sudah di poligami?" tanya Arini.
"Amira," jawab Rendra sehingga membuat Arini dan Bagas begitu terkejut.
"Apa?" ucap Arini dan Bagas secara bersamaan.
"Rendra, kamu jangan bicara sembarangan. Tidak mungkin perempuan sebaik dan secantik Amira di sia-siakan oleh Suaminya. Semua itu tidak benar kan sayang?" ucap Arini.
"Pada kenyataannya Amira tidak bisa menjadi perempuan yang sempurna, Mi. Karena sudah lima tahun menikah, Amira masih belum bisa memberikan keturunan untuk Mas Dirga. Jadi, mau tidak mau, Amira terpaksa harus ikhlas berbagi Suami," ucap Amira dengan mata berkaca-kaca.
"Tidak, Mami tidak menerima alasan apa pun tentang poligami. Berani sekali mereka menyakiti hati putri kesayangan kami. Oh iya, apa sebelumnya kamu dan Dirga sudah melakukan tes kesuburan?" tanya Arini.
Amira menggelengkan kepalanya sebagai jawaban sehingga membuat Arini semakin geram.
"Seharusnya kamu dan Dirga melakukan serangkaian tes supaya mengetahui siapa yang sebenarnya bermasalah. Bagaimana kalau ternyata Dirga yang mandul? Kita tidak boleh tinggal diam saja. Kita harus mencari keadilan untuk Amira," gerutu Arini.
"Semuanya sudah terjadi. Mungkin semua ini sudah menjadi takdir Amira."
"Tidak sayang, kamu tidak boleh menyerah dengan takdir. Meski pun takdir sudah digariskan oleh Tuhan, tapi kita harus berusaha merubahnya," ucap Arini dengan memeluk tubuh Amira.
"Bagaimana pun caranya, Mami pasti akan membantu kamu, karena Mami yakin kalau kondisi kesehatan kamu baik-baik saja. Bulan depan Mami juga akan kembali membuka praktek di Jakarta, dan Mami akan sekuat tenaga membantu kamu supaya memiliki keturunan," sambung Arini yang kebetulan berprofesi sebagai Dokter kandungan.
"Oh iya, ini untuk kamu, sayang. Maaf ya, saat dulu Amira menikah, kami tidak bisa hadir," ucap Arini dengan memberikan sebuah kotak beludru berwarna merah.
Amira terkejut ketika membuka kotak beludru tersebut, karena di dalamnya terdapat satu set perhiasan berlian yang bernilai ratusan juta.
"Maaf Mi, Amira tidak bisa menerimanya. Ini pasti mahal."
"Sayang, semua ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kamu yang sangat berharga untuk kami. Sekarang Amira coba perhiasannya ya, putri kesayangan Mami pasti akan terlihat sangat cantik," ucap Arini dengan memakaikan kalung pada leher Amira.
Pak Adnan sampai menitikkan air mata ketika melihat perhatian dan kasih sayang yang diberikan oleh keluarga Rendra kepada Amira.
Meski pun Amira sudah kehilangan Ibu kandungnya sejak dilahirkan ke Dunia ini, tapi dia mendapatkan kasih sayang seorang Ibu dari sosok Arini, apalagi keluarga Arini tidak pernah melihat seseorang dari status sosial dan kekayaannya, bahkan mereka sangat menyayangi Amira meski pun berasal dari keluarga yang sederhana.
Seandainya saja lelaki yang menikah dengan Amira adalah Rendra. Aku pasti bisa beristirahat dengan tenang ketika suatu saat nanti Tuhan memanggil ku, karena aku yakin Amira pasti akan bahagia memiliki keluarga yang sangat menyayanginya, ucap Pak Adnan dalam hati.
*
*
Bersambung