Siapa yang ingin hidup dalam kekurangan semuanya pasti mau hidup serba berkecukupan. Tapi itu takdir tak seorang pun tau hidup mereka akan seperti apa.
Ira seorang ibu rumah yang dulu berada diatas di hantam badai hingga terjatuh kebawah.
Mana dulu yang mengaku sebagai saudara? Tak satu pun ada yang peduli. Suaminya terpaksa jadi ojol untuk mencukupi kebutuhan hidup. Akankah hidup Ira berubah?Lantas bagaimana dengan keluarganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Takdir memang memperdayai sesorang tanpa kenal ampun. Segala hal yang awalnya terlihat baik tanpa di duga datang jalan menjadi sesuatu yang begitu buruk.
Di zaman serba canggih sekarang ini seseorang bahkan bisa mengubah nasib seseorang hanya dengan satu kali jentikan jari. Kekuasan dan kekayaan nyatanya masih menjadi faktor bagi seseorang untuk mewujudkan apa yang ia kehendaki dan mendapatkan apa yang dia inginkan.
Langit terlihat mendung menyelimuti suasana hari pagi ini. Langit memancarkan wajah gelapnya. Namun sang hujan tak kunjung turun. Langit sudah berada ingin runtuh karna langit di tutupi awan kelam.
Sesekali terdengar guruh memecah kesunyian membuat suasana semakin horor.
Ira duduk termenung memandang jauh keluar melalui jendela rumahnya. Ia cemas memikirkan bagaimana suaminya di luar sana seandainya hujan turun deras?
Sepi saat semunya telah pergi, mau keluar rumah pun untuk membeli sayuran takut hujan turun tiba - tiba. Mau menyalakan TV takut dengar suara berisik yang mengelar sahut bersahutan.
"Lindungi anak - anak dan suami hamba di layar sana ya Allah." Gumam Ira lirih.
Dan benar saja apa yang ia takutkan terjadi. Hujan turun lumayan deras. Baru - buru Ira menutup jendela baru air hujan tampias masuk rumah.
"Ya Allah hujannya gede amat ya. Moga rumah tidak ada yang bocor." Ira memperhatikan atap rumahnya takut ada yang bocor.
Mungkin karna bangunan tua dan sudah lama juga tidak hujan, mungkin ada genteng yang bergeser sehingga ada beberapa tempat yang bocor. Ira meletakan ember manapun baskom untuk menampung air hujan.
Ponsel Ira berdering membuat ia kaget dan buru - buru mengambil ponselnya yang di letakkan di samping TV. Ada nama suaminya tertera di layar.
"Assalamualaikum, mas." ucap Ira saat mengangkat telpon suaminya.
"Waalaikumsalam, rumah ada yang bocor ga dek?" tanya Haris di seberang.
"Ada, mas. Tapi ga banyak. Mas dimana?" tanya Ira.
"Lagi neduh, dek. Hujan gede banget mana angin lagi." jelas Haris membuat Ira kwatir akan keselamatan suaminya.
"Mas hati - hati ya. Ga udah narik dulu sebelum hujannya reda." pesan Ira.
"Iya, mas tutup dulu ya dek. Kilat dan petir bikin ngeri." setelah itu sambungan pun terputus. Ira meletakan kembali ponselnya do samping TV. Dalam hati berdoa semoga suaminya baik - baik saja di luar sana.
Cukup lama hujan turun lalu perlahan berganti menjadi gerimis kecil - kecil. Ira mengambil payung berniat membeli sembako di warung yang ada di ujung jalan. Kalau mau ke tukang sayur kalau sudah jam segini pasti sudah pergi.
"Beli apa, Ra?" tanya pemilik warung.
"Beli beras seliter, minyak goreng setengah, gula seperempat aja, telur setengah juga." Ira menyebutkan apa saja yang hendak ia beli pada pemilik warung.
"Ada yang lain lagi ga, Ra?" tanya pemilik warung.
"Udah itu aja, mak haji. Jadi berapa semuanya?" Ira menanyakan total belanjaannya.
"Jadi empat puluh ribu."
"Aku bayar tiga puluh dulu ya, mak haji. Aku cuma bahwa uang segitu, nanti sisanya aku antar lagi kesini."
"Bilang aja ngutang, sok - sok an ga bawa uang. Lah emang benar kamunya aja ga punya uang." ledek budenya Ira yang entah datang dari mana tau - tau sudah berada di sana. Alamat Ira akan habis di caci dan di hina budenya. Apakah yang terjadi pada Ira selanjutnya?
...****************...
nauzubillah mindalik