Misteri Kutukan Kastil Tuan Edward

Resta diam-diam mencari tahu siapa dalang di balik semuanya, dia meminta seekor binatang kecil untuk mencari bukti. Resta meminta sekecil binatang berupa laba-laba kecil untuk mencari bukti di dalam kastil, laba-laba tersebut berjalan masuk ke dalam.

Resta memutuskan untuk pergi mencari bukti selanjutnya, sedangkan dua laki-laki yang berada di penjaga bawah tanah kini sedang berbicara serius.

"Apa kamu yakin tidak ada yang curiga tentang masalah ini." ucap seorang lelaki yang sibuk berbicara dengan temannya.

"Tidak. Kamu tenang saja masalah ini tidak ada yang tahu, hanya kita berdua saja." pria itu mengangguk.

Sedangkan mereka tidak menyadari bahwa ada seekor binatang utusan Resta, binatang itu merespon apa yang mereka katakan, membuat kedua lelaki yang berada di ruangan menangkap apa yang mereka katakan.

Edward mengangguk saat melihat bukti yang dibawa oleh Resta, binatang itu berjalan mengikuti mereka berdua menuju ke salah satu tempat.

Tempat dimana mereka merencanakan sesuatu lalu Edward menatap Resta, "Kamu tahu siapa mereka?"

"Dia anak dari menteri keuangan, karena ayahnya sudah tua jadi anaknya yang menggantikan posisi ayahnya." jawab Resta dengan tegas.

"Kenapa dia bisa mengambil ahli tugas ayahnya." ujar Edward.

"Karena dia mengikuti ujian kementrian tuan di dalam kastil saat tuan pergi. Dia memiliki nilai predikat tertinggi, makanya raja Snowden mengangkat dia sebagai menteri keuangan seperti ayahnya."

Edward mengangguk saat mendengar cerita yang dikatakan Resta, benar beberapa hari yang lalu dia mendapat kabar akan mengadakan ujian di dalam istana kastil. Semua kandidat yang mengikuti ujian berkumpul untuk ujian, yang buat Edward bingung kenapa anak itu bisa diterima.

Apalagi tugas menteri tidak semudah yang dia kira, pasti ada sesuatu yang membuat dia bisa keterima menjadi seorang menteri.

"Resta."

"Iya tuan."

"Coba kamu cari tahu kenapa anak itu bisa lolos ujian. Saya yakin pasti ada sesuatu yang membuat dia lolos ujian menjadi menteri."

"Baik tuan."

Resta memutuskan kembali, dia akan menyelidiki tugas yang diberikan oleh Edward. Sedangkan pria itu sedang memikirkan cara mengatasi masalah ini.

Diam-diam Edward mencari tahu asal usul dari keluarga pria muda itu, lalu Edward mencari tahu semua kandidat yang pernah ikut ujian di istana kastil.

"Pangeran." sapa salah satu orang kepercayaan Snowden yang sudah lama bekerja di kastil.

"Apa pas saya pergi bertugas ayah handa meminta untuk membuka ujian di kastil?" tanya Edward kepada pria yang umurnya lebih dari seratus tahun.

"Bentar pangeran. Raja Snowden meminta saya memberikan informasi mengenai ujian buat rakyat dan siapa saja yang ingin mendaftar Memangnya ada apa pangeran?" lelaki itu bertanya kepada Edward saat tiba-tiba saja dia di cegah untuk pergi.

"Apa saya boleh melihat nama kandidat yang melakukan ujian."

"Boleh pengeran." pria tersebut mengambil selembar kertas buku tebal, kertas tersebut diberikan kepada Edward.

Edward membuka buku nama-nama peserta yang mengikuti ujian di kastil, ada banyak peserta yang mengikuti ujian. Saat membuka lembar berikutnya ternyata Edward melihat nama dan biodata dari pria yang menjadi menteri keuangan.

"Fax." mendengar nama itu pria tua tersebut langsung menatap Edward, "Ada apa pangeran?"

"Kamu mengenal nama ini," Edward menunjukkan biodata Fax, pria yang baru saja dia dengar dari cerita Resta.

"Iya pangeran. Dia anak dari menteri keuangan bernama Lee, dia mendapatkan nilai ujian tertinggi dari peserta yang lain. Makanya raja langsung menyerahkan posisi menteri keuangan untuk dirinya."

"Apa saya boleh melihat nilai ujiannya dengan peserta yang lain."

"Boleh pangeran."

...•••...

Edward mengamati hasil ujian setiap peserta yang lolos atau yang tidak lolos, semua nilai sama dan jawabannya tidak jauh berbeda entah kenapa Edward merasa bahwa kertas ujian Fax berbeda dari peserta yang lain.

"Ada apa tuan?" Resta bertanya saat melihat Edward sibuk membaca setiap kertas ujian peserta.

"Coba kamu lihat Resta," Resta melangkah untuk mendekat, lelaki itu mengamati hasil ujian Fax dengan peserta yang lain.

"Apa menurut kamu ada yang ganjal dengan jawaban Fax sama peserta yang lain."ujar Edward meminta Resta untuk meneliti dengan cermat.

"Benar tuan hasil ujian Fax sebelumnya sama yang ini beda jauh, kenapa gaya tulisan dan jawaban jauh berbeda dari sebelumnya." ucap Resta saat mengetahui bahwa jawaban Fax beda jauh dengan ujian yang pertama.

"Jadi menurut kamu apakah kita harus mengulang ujian yang dilakukan peserta." mendengar itu Resta dengan hormat menjawab.

"Maaf tuan sepertinya tuan harus membicarakan hal ini dengan raja. Saya takut kalau raja salah paham dengan apa yang tuan katakan."

"Benar juga ayah harus tahu masalah ini."

"Oh iya tuan." Edward menatap Resta kembali, "Sebelumnya tuan meminta saya buat menyelidiki masalah yang tuan curigai, saya sudah menemukan bukti. Tapi menurut saya tuan harus melihatnya."

"Memangnya ada apa Resta." Edward menatap Resta bingung pasalnya Resta mengatakan hal yang membuatnya penasaran.

Resta menggunakan kekuatan untuk melihat cermin tembus untuk menyelidiki orang secara diam-diam. Edward terkejut melihat itu, apa mungkin Fax beserta ayahnya yang melakukan rencana jahat ini sampai ayah tidak tahu permasalahan ini semua.

Dan yang lebih parahnya Fax selalu datang ke rumah bordil, rumah itu milik ratu Chosiyah pemilik rumah bordil yang katanya dia wanita paling tercantik dari semua wanita yang ada di dunia iblis.

"Jadi bocah ingusan itu selalu ke rumah bordil?" tanya Edward kepada Resta.

"Iya tuan. Katanya rumah bordil di sana banyak laki-laki berkunjung untuk melihat ratu pemilik rumah bordil, sampai sekarang ratu tersebut belum pernah muncul."

"Lalu siapa yang mengembangkan rumah bordil itu?" tanya Edward kembali, "Adik dari Chosiyah tuan, kalau gak salah namanya Syah."

"Sepertinya aku mengenal nama itu."

"Ada apa tuan?" tanya Resta saat melihat Edward melamun, Edward menggeleng cepat lalu dia meminta Resta untuk menyelidiki rumah bordil itu juga.

Fania kini memakai lingerie seksi yang baru saja dia beli, Fania tidak sadar bahwa Edward datang melihat lekuk tubuh Fania yang sangat indah. Lelaki itu diam-diam melangkah untuk mendekat dan tanpa sadar Fania dibuat terkejut saat ada sebuah tangan dan dagu yang menempel di pundak.

Fania melirik kearah cermin, ternyata Edward yang memeluknya. Dia tersenyum lalu menyentuh wajah Edward dengan lembut.

"Kamu selalu saja membuat aku terkejut saat kamu datang." ucap Fania melihat Edward selalu manja.

"Maafkan aku." Edward melepaskan pelukannya, lalu dia membalikan tubuh Fania untuk menghadap kearahnya.

Edward menatap Fania dari atas sampai bawah, "Malam ini kenapa kamu sangat cantik Fania."

"Apa yang kamu katakan benar?" Edward mengangguk lalu dia menciumi seluruh wajah Fania.

"Fania, apa aku boleh meminta sesuatu dari kamu."

"Iya apa itu."

"Aku ingin kamu mengenali aku saat aku datang, aku juga minta setiap aku datang kamu selalu memakai baju dan wangian seperti ini. Apa kamu tidak keberatan dengan permintaan aku?" tutur Edward dengan penuh gairah, Fania dengan cepat tersenyum lalu mengangguk.

Edward segera menyerang tubuh Fania, Edward sama sekali tidak bisa menahan dengan godaan yang diberikan oleh Fania. Tubuh Fania sangat indah, saking indahnya ia terus menerus meminta Fania untuk melakukannya lagi dan lagi.

Fania dengan senang hati memberikan tubuhnya untuk orang yang dia cintai, dia sangat bahagia saat Edward terus menyentuh tubuhnya. Dia sangat beruntung mendapatkan perlakuan lembut dari Edward, rasanya dia ingin mengatakan kepada dunia bahwa dia sangat bahagia menemukan Edward.

Kekuatan Edward sangat luar biasa dibandingkan Fania, Fania saja sulit mengimbangi Edward saat melakukan hubungan panas bersama. Entah kenapa semakin hari Edward semakin memiliki tenaga yang luar biasa dari sebelumnya, pria ini benar-benar luar biasa dibandingkan manusia pada umumnya.

Fania terus memandangi wajah Edward saat pria di depannya ini sudah berkeringat seluruh badan, tetapi Edward tetap menggenjar tubuh Fania secara bertubi-tubi.

Fania menyentuh tubuh Edward dengan kuat, saat melihat kekutan Edward semakin besar. Rasanya dia ingin mati kalau mengimbangi Edward, walau begitu Edward selalu berusaha untuk membuat Fania nyaman dengan apa yang dirinya lakukan.