Celine, seorang mahasiswi cantik yang kabur dari rumah karena ingin menghindari perjodohan yang telah direncanakan oleh Ayahnya. Selama pelariannya, ia bertemu dengan seorang laki-laki dengan tingkah laku yang nakal, bernama Raymond. Dan ternyata Ray adalah Dosennya dikampus.
"Kak Ray lo jangan berani macam-macam ya sama gue." Celine.
"Bibir lo itu selalu menggoda gue, tau nggak?" Raymond
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RizkiTa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hantu Cantik
Pandu tiba di blue sky bar, dan Celine sudah tidak ada disana. Ia bertanya pada setiap pelayan yang ada disana dan tidak menemukan titik terang, sampai akhirnya Eva yang menghampiri Pandu mengatakan bahwa Celine sedang pergi bersama pelanggan.
Pandu yang mendengar itu meyakini bahwa benar Celine telah menjual dirinya, tanpa tahu kejadian yang sebenarnya.
Cel, lo dimana? plis jangan ngelakuin tindakan bodoh. Kalau elo mau jual diri, kenapa nggak ke gue aja? gue masih sanggup bayar kok.
Mengirim pesan itu kepada Celine namun sia-sia saja pesan tidak terkirim.
--------------------------------
Ray masih mendekap tubuh Celine yang masih menggigil, mencoba memberinya kehangatan. Saat ini tak ada perasaan lebih selain nafsu dan kasihan terhadap gadis itu.
Dua jam kemudian, jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Ray yang tak bisa tidur sama sekali, mulai beranjak dari ranjang dan memesan makanan untuk sarapan melalui aplikasi pada ponselnya.
Sambil menunggu pesanannya datang, Ray menuju dapur mini di apartemennya, membuat segelas susu hangat untuk gadis itu.
Sementara Ray sedang didapur, Celine mulai sadar. Gadis itu mencoba membuka matanya meski sangat berat untuk terbuka, kepalanya masih pusing. Namun Celine tetap berusaha untuk membuka matanya, mengerjap beberapa kali, memandang ke sekeliling ruangan mencoba mencari tahu dimana ia berada sekarang. Pandangannya langsung tertuju pada kemeja, tanktop, jeans dan pakaian dalamnya yang terbaring di atas sofa. Seketika Celine langsung memeriksa penampilannya saat ini.
"Astaga, aku dimana? kenapa jadi gini? Oh Tuhan."
Celine berusaha bangkit dari ranjang, namun ia tak kuasa untuk berdiri karena kepalanya masih sangat pusing. Tak lama kemudian Ray masuk membawa segelas susu, Celine langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain saat melihat penampilan lelaki itu yang hanya mengenakan boxer.
"Udah bangun? minum susunya dulu, sarapan udah gue pesan bentar lagi datang," Ray mendekat pada Celine, meletakkan gelas itu diatas nakas tepat disamping Celine.
Saat Ray mendekat,
Plak.
Satu tamparan keras mendarat di pipi lelaki itu, tak sakit memang, hanya perih yang ia rasakan dan lelaki itu langsung memegang pipi kanannya.
"Bapak tega ngelakuin ini ke saya?" Bangun dengan keadaan seperti ini, terlebih melihat penampilan Ray sekarang, Celine yakin bahwa malam tadi tanpa ia sadari Ray sudah menodainya.
Tak tahu harus berkata apa, Ray mencoba menahan emosinya. "Lo nggak tau terimakasih, mending gue yang nolongin lo. Kalo orang lain, gue yakin lo udah diperkosaa dengan keadaan lo ya nggak sadarkan diri."
"Apa bedanya sama Bapak?"
"Please, jangan manggil gue Bapak, gue bukan Bapak lo." jawab Ray ketus sambil masih mengusap-ngusap pipinya sendiri.
Celine tak menjawab lagi, ia hanya menangis sejadi-jadinya, melempar bantal ke sembarang arah, menyesali semuanya. "Nggak usah sok jadi penyelamat gue, nyatanya gue udah hancur sekarang." Celine mengatakan itu sambil berteriak.
"Kalau tau lo bakal marah-marah gini, mending semalam benar-benar gue pecahin perawan lo, sebelum menuduh orang, pastiin dulu, coba lo periksa ada yang beda nggak dari bagian bawah lo?"
Jawab Ray dengan suara yang tak kalah besar, Ray berdiri tepat disisi ranjang dimana Celine berada.
Seketika Celine terdiam, memang tak ada yang ia rasakan dibawah sana, perih atau pun sakit. Semuanya masih sama, justru sekarang kepalanya yang masih sangat pusing.
Tapi tetap saja Celine merasa dirugikan karena Ray sudah melihat seluruh tubuhnya tanpa penghalang apapun. Ia merasa sangat malu, meski mahkotanya belum terenggut tapi tetap saja Celine merasa dilecehkan. Dengan langkah gontai karena pusing, Celine melangkah keluar kamar, matanya menuju kearah dapur. Pelan-pelan Celine berjalan kesana, Ray mengikutinya mencari tahu apa yang akan dilakukan gadis itu.
Celine mengedarkan pandangannya keseluruh dapur, menghampiri sesuatu, benda tajam. Melihat itu, Ray langsung berlari kearahnya.
"Lo gila?" Ray memeluknya dari belakang, hendak meraih benda itu dari tangannya yang hampir mendarat di pergelangan tangannya.
"Lepasin! gue nggak butuh dikasihani!" Namun sekuat apapun Celine berusaha melepaskan tubuhnya dari Ray, usahanya sia-sia karena jelas tenaga lelaki itu lebih kuat. Pisau itu berhasil beralih ke tangan Ray dan ia menjauhkan benda itu ke sembarang arah.
"Sadar Cel, lo jangan gila!" Ray mencengkram kuat pundak gadis itu lalu menghentak kuat agar ia sadar.
"Lo orang kedua yang menggagalkan rencana gue buat ketemu sama Ibu!" Celine menepis tangan Ray, tubuhnya merosot kebawah, dan bersandar pada dinding dapur. Celine kembali menangis sejadi-jadinya. Tak tega, Ray ikut berjongkok dihadapannya memeluknya erat, membiarkan gadis itu menangis.
"Jangan bunuh diri, hidup ini indah kalau lo pintar menikmatinya." Ray mengusap lembut rambut Celine.
"Nggak usah kasihan sama gue, gue nggak butuh belas kasihan!" Celine masih terisak di dalam dekapan lelaki itu, kulit wajahnya langsung menyatu pada dada telanjaang Ray, dapat Ray rasakan kulitnya mulai basah karena air mata Celine.
"Siapa juga yang kasihan sama lo, maksudnya kalau lo mau bunuuh diri jangan disini ntar apartemen gue jadi angker lagi, kan serem." Ray tertawa setelah mengatakan itu.
Segera Celine mendorong tubuhnya, ia kembali menunduk dengan tangis yang masih menjadi, dengan kedua tangannya ia mencoba menutup paha mulusnya yang jelas terlihat.
"Tapi nggak apa-apa juga apartemen gue berhantu, kalau hantunya cantik kayak lo," Ray meraih wajah Celine mengangkat kepalanya dan mengusap air matanya dengan Ibu jarinya. Entah mengapa Celine merasa hatinya luluh, meski ucapan-ucapan Ray terdengar begitu menyebalkan.
Celine merasa ada yang aneh, "Kak Ray, elo ber...daraah." Celine memegang tangan kanan Ray, membalik tangan lelaki itu dan terlihat banyak daraah segar mengalir dari telapak tangannya.
"Kak, ini gimana?" tanya Celine lagi, Ray tak menghiraukan itu, ia masih menatap wajah sendu, dan sembab gadis dihadapannya.
"Tanggung jawab! kan gara-gara nyelamatin lo." ucapnya sambil tersenyum tak peduli rasa perih pada telapak tangannya akibat goresaan pisau.
------------------------------------------
Ray emang kasar, tapi dia baik kok sebenarnya 😂
jangan lupa pencet likenya setelah baca, semoga terhibur ❤