THE ORIGINAL adalah sekuel dari Novel "Are You a Mermaid?"
Terbit : Di usahakan seminggu 3-4 kali.
Karya ini murni dari imajinasi penulis, tidak ada unsur plagiat atau sejenisnya. Dimohon untuk tidak melakukan plagiat ataupun spam di dalam Novel ini, Terima kasih!
Sinopsis :
Kisah seorang pria dengan kelebihan "Tidak bisa mati" bertemu dengan gadis Werewolf yang amat sombong! Pertemuan mereka berdua yang tak disengaja itu, malah membuat si pria semakin penasaran dengan sosok gadis yang begitu angkuh tersebut. Kedua remaja yang nyatanya reinkarnasi dari suatu kehidupan di masa lalu! Bagaimana kah kisah mereka??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nessa Cimolin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BERDEBAR
Arthur menelan ludahnya sendiri, ia menyapu sekeliling tempat itu dan mencari keberadaan Winter namun tak berhasil ia temukan.
Melihat tingkah dan gelagat Arthur yang mencurigakan, Pink mendekati pria itu dan mengawasi pria culun itu dengan tatapan mengintimidasi.
"Kau sedang mencari apa??"
"A-ah..." Arthur menggelengkan kepala pelan. "Tidak"
Setelah beberapa lama Landon memeriksa tubuh Karin, ia tak mengalami luka yang benar-benar serius. Sedikit ramuan dapat menyembuhkan luka Karin sesegera mungkin.
"Sepertinya salah satu Werewolf di sekolah ini yang menyerangnya" kata Landon pelan.
"Apa?? Hebat sekali" Pink terkejut. "Aku pikir selama ini mereka takut dengan Hydra"
"Kita akan segera mencari tahu siapa murid di asrama yang berani melawan Hydra"
"Baik ayah" Peach mengangguk pelan.
Ketiga penyihir itu membawa Karin pergi untuk di obati, sebelum pergi Peach melirik ke arah Arthur yang sepertinya tidak ingin pergi meninggalkan hutan buatan tersebut.
(FYI : aktivitas sekolah di asrama Landon terjadi di malam hari ya? Berbeda dengan sekolah pada umumnya, karena kebanyakan makhluk mitologi aktif di malam hari)
"Apa kau akan tetap disini?" Peach bertanya tanpa menatap mata Arthur.
"I-iya, aku akan membersihkan darah Karin yang menempel di pohon itu" jawab Arthur bohong.
Percaya dengan apa yang dikatakan oleh Arthur, ketiga penyihir itu lantas pergi. Tentu saja dengan tatapan Peach yang masih mencurigai sikap dari Arthur. Pria culun itu terus memperhatikan profesor Shagasemi dan kedua putrinya.
Ketika mereka sudah memasuki gedung asrama, Arthur segera berlari ke tempatnya menyembunyikan pakaian Winter. Pria itu terus celingak-celinguk sambil memanggil-manggil nama Winter dengan pelan.
"Winter?" Panggil Arthur. "Winter, kau dengar aku??"
Pakaian milik Winter masih tergeletak di tempat Arthur menyembunyikannya. Ini berarti bahwa Winter belum merubah wujudnya, pria Phoenix itu segera berkeliling untuk mencari sosok Winter.
"Jangan mendekat!"
Suara seseorang yang sedang bersembunyi di balik pohon mengagetkan Arthur. Langkah pria itu terhenti, namun tanpa sadar dirinya tersenyum mengenali suara tersebut.
"Winter? Itu kau??"
"Ya, ini aku!" Winter melambaikan sebelah tangannya dengan asal. "Aku sedang tak mengenakan apapun saat ini, jadi kumohon jangan mendekat"
"Apa sekarang kau merasa malu??"
Di balik pohon wajah Winter sudah benar-benar memerah seperti tomat, bisa-bisanya ia begitu malu dengan kondisinya saat ini di depan Arthur. Mengingat saat ingin berubah tadi dia benar-benar tak bisa mengendalikan rasa malu akibat emosi nya yang memuncak.
"T-tentu saja!" Sahut Winter jengah. "Saat aku ingin berubah wujud, suatu emosi mengendalikan pikiranku jadi aku tak memiliki rasa malu atau apapun itu, tapi sekarang aku sudah normal"
Arthur tertawa kecil mendengar penjelasan dari Winter, pria itu memunguti pakaian Winter beserta tas ranselnya. Ia berjalan mengendap-endap mendekati Winter.
"Ini!" Tanpa melihat Arthur meletakkan perlengkapan Winter dan segera berbalik badan. "Aku tak akan melihat"
Segera setelah berkata seperti itu Arthur melangkah mundur. Pria itu memilih duduk dibalik pohon yang sama dengan tempat Winter sembunyi saat ini, jadi kedua makhluk itu kini tengah duduk di sisi pohon masing-masing tanpa melihat satu sama lain.
"Terima kasih Arthur...."
"Jadi...." Arthur menghela nafas lega. "Kau adalah Werewolf, wujud mu sangat sempurna"
"Maaf karena aku telah berbohong" nada suara Winter terdengar penuh penyesalan. "Tapi aku sungguh-sungguh ingin menjadi temanmu"
"Itu sebabnya hipnotis yang dilakukan Justin tak berhasil kepadamu"
"Untuk itu aku juga tidak paham, aku hanya berpura-pura kehilangan ingatanku agar tidak dikembalikan ke penjara itu lagi" ujar Winter jelas. "Sekali lagi maafkan aku...."
"Aku tak memberitahu profesor bahwa kau ada disini, sebenarnya aku penasaran kenapa si kembar juga tidak merasakan keberadaan mu?" Pria itu menoleh ke belakang, ia bisa melihat bayangan Winter yang sedang mengenakan pakaian.
"Terima kasih karena tidak memberitahukannya pada orang yang kau sebut profesor itu" Winter telah berganti pakaian, kini ia berjalan mendekati Arthur dan duduk di samping pria culun itu. "Aku juga tidak bisa menjawab pertanyaan mu yang itu karena aku tak mengetahui apapun tentang diriku"
"Bukankah sebaiknya kau tinggal bersama kami di asrama? Ini tempat yang aman untukmu loh" Arthur terdengar mempromosikan asrama tempatnya tinggal. "Apa kau tak tertarik??"
"Sayangnya tidak" gadis itu menggelengkan kepalanya pelan. "Aku rasa si kembar tidak menyukai kehadiranku"
"Apa??" Arthur terkejut. "Kenapa??"
"Apa kau lupa bagaimana cara gadis bernama Pink itu menuduhku mencuri kunci?"
"Oh, maafkan aku Winter karena tidak bisa membelamu lebih jauh" pria itu menunduk sedih. "Lalu, kau tinggal dimana? B-bisakah kita bertemu lagi??"
"Bukankah aku sudah bilang bahwa akan mencoba untuk tertarik berteman denganmu?" Winter tertawa riang, ia memukul lengan Arthur lembut. "Kita masih satu sekolah di sekolah manusia itu kan?"
"Hehehe kau benar!"
Kedua mata Winter terbuka lebar, ia menatap Arthur yang tertawa kecil mendengar kalimat yang ia lontarkan. Gadis itu tertegun melihat kebaikan hati Arthur, entah mengapa ia merasa bahwa dirinya dan Arthur seperti sudah dekat sejak lama.
Perasaan nya yang melunak ketika berdekatan dengan Arthur itu sangat aneh, biasanya ia selalu terlihat jahat di mata teman-temannya. Winter tak pernah terlihat baik di mata siapapun, kedua mata gadis itu berkaca-kaca mengingat semua orang yang membenci dirinya akan sifat buruk yang dimiliki Winter.
Kedua tangan Winter meraih wajah Arthur yang masih tertawa kecil saat ini, pria Phoenix itu bingung dengan tingkah Winter yang aneh. Gadis cantik itu melepas kaca mata tebal yang dikenakan oleh Arthur dan tanpa sadar semakin mendekatkan wajahnya pada wajah pria culun itu.
Cup!!
Kedua mata Arthur membulat lebar ketika bibir lembut milik Winter mengecup bibirnya dengan perlahan. Rasa pusing melanda kepala Arthur, dengan kedua matanya yang masih terbuka ia seolah sedang melihat sebuah bayangan.
Ingatan-ingatan aneh menyerang kepala Arthur, ia melihat seorang gadis yang sering ia lihat ketika ia mencoba untuk bunuh diri. Gadis itu tersenyum manis dan mengatakan bahwa ia sangat mencintai Arthur. Lalu ia juga melihat seorang pria yang tenggelam di dasar laut dan ada seorang gadis berwujud setengah ikan mencium pria itu.
Astaga! Apa yang terjadi dengan kepalaku? - Arthur.
Di bawah sinar rembulan kedua remaja itu berciuman, Winter melepas ciuman singkat yang ia berikan kepada Arthur. Gadis itu tersipu malu, dilihat dari rona merah yang menyembul dari kedua pipi putihnya.
"........." Arthur menyentuh bibirnya yang masih basah, ia tidak habis pikir bagaimana mungkin gadis secantik Winter menciumnya. Apalagi Arthur saat ini masih mengenakan gigi palsunya itu.
"Maaf...." Winter melirik ke lain arah. "A-aku harus pulang!"
Gadis cantik bermata biru itu segera berdiri dari duduknya, ia mengambil tas ransel miliknya dan segera berlari meninggalkan Arthur yang masih terdiam.
"T-t-tunggu!!" Arthur buru-buru berdiri dari duduknya.
Langkah kaki Winter terhenti, ia bahkan tak memiliki sedikit keberanian untuk memandang Arthur. Gadis itu mengepalkan kedua tangannya dengan erat.
"Aku hanya ingin memberitahu" ucap Arthur pelan. "Justin tidak bisa menghapus ingatanmu karena kau adalah makhluk supernatural"
Dia hanya ingin mengatakan itu? - Winter.
"Terima kasih atas informasinya"
"T-tidak!!" Arthur benar-benar bingung, ia sebenarnya ingin bicara pada Winter tapi tidak tahu apa yang harus ia katakan. Pria itu akhirnya diam dan kembali duduk di atas dedaunan kering.
"Aku rasa aku harus pergi..."
"........." Kali ini Arthur tak menghentikan Winter, pria itu justru menyentuh dadanya yang berdegup kencang saat ini.
Padahal aku berdandan idiot seperti ini agar tidak ada satupun gadis yang menyukaiku, kenapa Winter berbeda? - Arthur.
...Bersambung!!...
Terima kasih sudah membaca! Jangan lupa untuk terus mendukung Author dengan cara klik Like Komentar Follow Favorit Vote dan Rating ya? 😊🙏