Atas desakan ayahnya, Poppy Yun datang ke Macau untuk membahas pernikahannya dengan Andy Huo. Namun di perjalanan, ia tanpa sengaja menyelamatkan Leon Huo — gangster paling ditakuti sekaligus pemilik kasino terbesar di Macau.
Tanpa menyadari siapa pria itu, Poppy kembali bertemu dengannya saat mengunjungi keluarga tunangannya. Sejak saat itu, Leon bertekad menjadikan Poppy miliknya, meski harus memisahkannya dari Andy.
Namun saat rahasia kelam terungkap, Poppy memilih menjauh dan membenci Leon. Rahasia apa yang mampu memisahkan dua hati yang terikat tanpa sengaja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
“Sebagai anak laki-laki, kau bahkan tidak bertanggung jawab pada keluarga. Bagaimana bisa kau menikah dan punya anak kalau sifatmu saja tidak berubah?” ujar Leon tegas.
“Paman… aku hanya berusaha memperbaikinya. Kalau pernikahan dibatalkan, bukankah itu akan memengaruhi keluarga kita?” jawab Andy sambil bangkit berdiri.
“Andy Huo, yang mempermalukan keluarga Huo adalah dirimu sendiri!” kata Poppy lantang. “Kenapa harus mengorbankan hidupku demi keluargamu? Aku berhak menikah dengan siapa pun yang aku mau. Dan aku tetap tidak akan menikah dengan pria yang suka berfoya-foya sepertimu! Bukan hanya istrimu yang tidak punya masa depan, bahkan keluarga Huo pun tidak bisa mengharapkanmu.”
“Poppy Yun! Ulangi ucapanmu sekali lagi!” bentak Andy kesal.
“Aku bisa hidup mandiri tanpa uang papa. Sedangkan kau? Kau hanya hidup mengandalkan harta orang tuamu,” balas Poppy tajam. “Aku tidak butuh suami yang tidak mampu mencari uang. Di luar sana banyak pria baik ... kenapa aku harus menikah dengan pria dari keluarga Huo? Orang bermarga Huo sepertimu hanya mempermalukan keluarga.”
Poppy tak menyadari tatapan tajam Leon yang langsung mengarah padanya.
“Paman! Maksudku dia, bukan semua yang bermarga Huo. Jangan salah paham,” ucap Poppy cepat, memasang senyum gugup.
Leon mengangkat tangannya. Poppy yang cemas langsung memejamkan mata, bersiap disemprot.
“Paman, maafkan aku… aku hanya mengejek dia, bukan Anda,” katanya terbata.
Leon justru tersenyum tipis, lalu menyentil dahinya pelan.
“Terkadang terlalu terus terang itu tidak baik,” ucap Leon santai.
Tak lama kemudian, William dan Cecil melangkah masuk ke ruang tamu.
“Poppy, mengenai kejadian malam ini… paman minta maaf. Paman tidak bermaksud membuatmu tidak nyaman,” ucap William dengan suara lembut.
“Paman, jangan disimpan di hati. Tujuanku hanya untuk membatalkan pernikahan. Setelah itu… kita tidak akan punya hubungan apa pun lagi,” jawab Poppy terus terang tanpa ragu.
Cecil mendengus sinis. “Tanpamu, anakku juga bisa menikah dengan wanita yang jauh lebih baik darimu.”
“Benar juga,” balas Poppy santai. “Aku sangat beruntung tidak menjadi menantumu. Bahkan aku merasa kasihan pada calon menantumu nanti.”
Wajah Cecil berubah masam. Andy maju setengah langkah. “Poppy, apa maksud ucapanmu itu?”
“Maksudku sederhana,” jawab Poppy datar. “Wanita yang tidak beruntung itu… akan menjadi istrimu dan menantu ibumu.”
“Sudah, sudah!” potong William cepat sebelum ketegangan makin panas. “Leon, tolong antar Poppy pulang. Di Macau, Poppy tidak mengenal siapa pun, bahaya kalau pulang sendiri.”
“Tidak perlu, Paman. Aku bisa pesan taksi atau menghubungi temanku,” tolak Poppy sopan.
Namun Leon tidak berkata apa-apa. Ia langsung menarik tangan Poppy dan membawanya pergi keluar rumah.
“Paman! Hei! Lepaskan dulu! Aku bisa jalan sendiri!” protes Poppy sambil setengah berlari mengikuti langkah Leon yang besar dan cepat.
Sementara itu, Andy menatap punggung pamannya dan Poppy yang menjauh dengan dahi berkerut.
"Aneh sekali… kenapa Paman terlihat begitu dekat dan peduli pada gadis itu?" batinnya penuh curiga.
Begitu mereka keluar rumah, sebuah mobil mewah hitam tiba-tiba berhenti tepat di depan gerbang. Vic keluar dari kursi pengemudi dan membungkuk hormat.
“Tuan!” sapanya.
“Antar Poppy pulang ke rumahnya dulu,” perintah Leon sambil masih menggenggam tangan gadis itu.
Poppy terpaku. Matanya membesar saat melihat Vic — wajah yang tidak asing baginya.
"Itu… bukankah dia asisten Tuan Huo? Gangster Macau yang terkenal kejam itu? Kenapa dia ada di sini?
Tidak benar… ada yang aneh. Tadi Paman William memanggilnya Leon, dan marganya Huo…
Jangan-jangan… jangan-jangan dia adalah gangster yang kuselamatkan di kapal itu? Bahkan asistennya sama. Dia… dia Tuan Huo yang paling ditakuti di Macau?!"
Poppy merinding; keringat dingin mulai mengalir di pelipisnya.
“Ada apa?” tanya Leon sambil menatap wajah Poppy. “Kenapa kau tiba-tiba banyak keringat? Kau sedang demam?”
“Cuaca sangat panas,” jawab Poppy gugup, mengipas wajahnya dengan tangannya. “Makanya aku berkeringat.”
Poppy berusaha mengalihkan pembicaraan. “Tuan Vic, bagaimana bisa kamu ada di sini? Dan kemarin kau juga ada di perusahaanku?”
Vic tersenyum canggung. “Ah… itu, aku ke perusahaan hanya untuk membahas kerja sama. Perusahaan tempat Nona bekerja dan perusahaan kami sedang membicarakan sebuah proyek.”
Poppy mengernyit. “Tapi perusahaan itu selama ini tidak ada yang tahu siapa pemiliknya. Kenapa kalian bisa bekerja sama dengan mereka?”
Leon memandang tajam. “Apakah perusahaan itu ada masalah?”
“Tidak ada!” jawab Poppy cepat. “Aku hanya dengar dari rekan kerja. Katanya… bos perusahaan itu sudah tua, jelek, pendek, jadi tidak berani muncul di depan orang.”
Vic hampir tersedak menahan tawa.
Leon mengangkat alis, rahangnya mengeras. “Tua? Jelek? Pendek?”
“Iya, itu kata mereka. Aku cuma dengar saja,” jawab Poppy polos.
Leon menahan napas dalam-dalam. “Lalu menurutmu, bosmu itu seperti apa?”
“Aku tidak tahu… mungkin dia pria, atau mungkin saja dia… bukan pria asli,” jawab Poppy dengan ceplas ceplos.
Vic tidak tahan dan menutup mulutnya agar tidak tertawa.
Leon melotot. “Bukan pria asli?”