NovelToon NovelToon
RAHASIA MASA LALU SUAMI DAN SANG IPAR

RAHASIA MASA LALU SUAMI DAN SANG IPAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam / Selingkuh / Cintapertama
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Barra Ayazzio

Bagaimana rasanya menjadi istri yang selalu kalah oleh masa lalu suami sendiri?
Raisha tak pernah menyangka, perempuan yang dulu diceritakan Rezky sebagai "teman lama”itu ternyata cinta pertamanya.

Awalnya, ia mencoba percaya. Tapi rasa percaya itu mulai rapuh saat Rezky mulai sering diam setiap kali nama Nadia disebut.
Lalu tatapan itu—hangat tapi salah arah—muncul lagi di antara mereka. Parahnya, ibu mertua malah mendukung.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Barra Ayazzio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

12. Pertemuan

Sebelum Adzan Shubuh berkumandang dari mesjid-mesjid di sekitaran Kota Bandung, Raisha bangun. Badannya sedikit tidak enak. Matanya masih sembab karena tadi malam menangis cukup lama. Dia memeriksa gawainya, ternyata batereinya habis. Dia langsung mengecasnya. Setelah itu ke kamar mandi untuk gosok gigi dan mengambil wudhu.

Raisha Shalat Tahajud dengan khusyuk dilanjutkan Shalat Witir. Setelah itu dia berdoa dengan memelas. Dia mengadukan segala permasalahan hidupnya kepada Sang Pemilik Kehidupan. Dia meminta kekuatan lahir batin dalam menerima cobaan kepada Yang Maha Kuat.

"Ya Allah, Wahai Sang Pemilik setiap hembusan napas dan pengatur setiap langkah, Engkau yang menggenggam langit agar tak runtuh, dan menggenggam hati agar tak hancur.

Aku datang pada-Mu, ya Rabb, dengan hati yang lelah dan jiwa yang rapuh. Kadang aku merasa tak sanggup, beban hidup terasa terlalu berat untuk pundak sekecil ini.

Namun aku tahu, ya Allah, bahwa tidak ada satu pun ujian yang Kau turunkan kecuali Engkau juga sertakan kekuatan untuk menjalaninya. Maka, kuatkan aku, ya Rabb! Ketika dunia membuatku ingin menyerah, ingatkan aku bahwa Engkau tak pernah meninggalkanku.

Teguhkan hatiku di jalan-Mu, jangan biarkan aku tersesat oleh kesedihan dan ketakutan. Ajari aku untuk tetap percaya, bahwa di balik air mata ini, ada hikmah yang sedang Kau tulis dengan kasih-Mu.

Ya Allah, Yang Maha Kuat, pinjamkan aku sedikit dari kekuatan-Mu, agar aku mampu berdiri lagi setiap kali jatuh, agar aku mampu tersenyum meski hati terasa remuk.

Dan bila esok aku harus menghadapi lagi badai kehidupan, izinkan aku menghadapinya dengan hati yang tenang, karena aku tahu, aku tak sendiri.

Engkau selalu bersamaku, lebih dekat dari nadiku sendiri.

Aamiin ya Rabbal‘alamin."

Raisha mencoba menahan nyeri yang menyesak di dadanya. Dia bertekad untuk tegar menghadapi semua permasalahan hidupnya. Dia tidak peduli kalau ibu mertuanya menyakiti hatinya lagi, yang penting suaminya ada di pihaknya.

Sebenarnya Rezky mendengar rintihan Raisha saat itu, tapi dia pura-pura tidak mendengar. Tapi hatinya bertekad untuk selalu menjaga Raisha, wanita yang sudah dipilihnya sendiri.

Raisha adalah teman SMAnya saat kelas XII. Rezky merupakan siswa baru di sekolahnya. Dia pindah dari Jakarta ke Bandung karena ayahnya dipindahtugaskan ke perusahaan yang baru saja dibuka di kota tersebut.

Mereka tidak sekelas, jadi tidak terlalu dekat.

Hanya kenal biasa saja. Pernah sama-sama jadi panitia perpisahan kelas XII. Mereka berada di divisi yang sama, sebagai humas.

Mereka bertemu kembali setelah acara perpisahan kelas XII itu, 7 tahun kemudian di sebuah reuni Akbar SMAnya. Saat itu Rezky yang datang bersama Akbar teman sekelasnya, bertemu saat mau mengambil makan.

Akbar yang masih kenal Raisha langsung menyapanya. Menurut Akbar, Raisha adalah selebgram yang cukup terkenal. Rezky yang tidak memiliki akun media sosial hanya mengangguk-angguk saja, pura-pura mengerti.

"Hai Raisha, pa kabar? Makin cantik aja." Akbar berkata sok akrab.

"Hai, Akbar ya, makasih masih mengenaliku."

"Ya iyalah, siapa sih yang gak kenal Raisha Hartanto? Selebgram yang selalu sharing tentang masalah-masalah remaja?"

*Ah bisa aja, Akbar."

"O ya Bro, masih ingat dia kan?" Akbar menatap Rezky yang lagi mengambil salad buah.

"Masih, waktu SMA kita pernah satu divisi ya, pas perpisahan kelas XII?"

"O iya, inget." Raisha tersenyum manis. Membuat jantung Rezky bertalu-talu tak beraturan.

Sejak saat itu mereka jadi dekat, saling sharing segala hal. Sebulan kemudian jadian, dan 2 bulan selanjutnya sudah menjadi pasangan suami istri.

Rezky juga tidak mengerti, mengapa dia begitu cepat mengambil keputusan untuk menikah dengan Raisha. Mungkin karena pembawaannya yang dewasa dan kalem membuatnya mantap mengambil langkah itu, nikah di usia muda untuk ukuran laki-laki.

Rezky bersyukur, gak ada rintangan yang berarti dari kedua belah pihak. Awalnya, dia sangat takut ketika mengenalkan Raisha kepada keluarganya, secara Raisha bukan berasal dari kalangan orang berada seperti dirinya. Tetapi, semua sirna, ketika ayahnya sangat welcome dengan Raisha.

Ayahnya yang baik kepada Raisha, membuat ibunya yang awalnya terlihat gak setuju, jadi ikut menyetujuinya. Karena menurut ayahnya Raisha itu gadis yang baik, yang sayang sama keluarga.

Tapi itu tidak berlangsung lama, ibunya berubah saat ayahnya meninggal, dan Rezky dipaksa untuk menemani ibunya di rumah mendiang ayahnya.

"Mas bangun, sudah shubuh." Terdengar Raisha membangunkannya.

"Iya Cha." Rezky menjawab lembut. Seketika bayangannya tentang pertemuan kembali dengan istrinya sirna.

*****

Bu Aina terlihat tak tenang, sebentar-sebentar melihat jam yang menempel angkuh di dinding ruang keluarga rumahnya. Padahal Rizal sudah memberi tahu lewat telepon kalau mereka masih melaju di jalan tol Cipularang.

Selain itu Bu Aina mondar mandir ke dapur, lalu ke ruang makan memastikan hidangan yang akan disajikan sudah beres dimasak dan ditata di meja makan. Tidak lupa meneriaki kedua cucu kembarnya agar tetap menjaga kebersihan rumah.

Setelah sekian lama tegang menantikan anak bungsu kesayangannya datang bersama calon istrinya, akhirnya mobil Rizal memasuki halaman rumahnya yang luas.

Bu Aina sempat terpaku. Seolah waktu melambat saat Rizal melangkah masuk ke ruang tamu dengan wajah tegang tapi bahagia. Di sebelahnya, seorang gadis berjalan anggun, langkahnya lembut namun berwibawa. Nadia_calon istrinya tampak menawan dalam balutan blus krem lembut dan rok panjang berwarna pastel. Rambutnya tergerai rapi, wajahnya berseri, dan senyum sopannya cukup untuk membuat suasana jadi hangat.

"Ya ampun Nadia, putri semata wayang Jeng Wati ini begini cantiknya. Terakhir kali kita ketemu itu pas kamu masih SD kayaknya."

"Iya, Tante. Nadia malah lupa kapan terakhir kali bertemu.” Suaranya lembut tapi tegas.

"Nggak nyangka, Nak, anak sahabat tante sendiri yang ternyata akan jadi bagian dari keluarga ini. Dunia memang sempit, ya.”

"Iya Tante."

Rezky yang sejak tadi duduk santai di kursi pojok ruang tamu, awalnya hanya mengamati dari jauh. Ia menatap adiknya yang masuk menggandeng seorang wanita — wajahnya cantik dan tubuhnya semampai. Dalam hati, Rezky sempat berpikir, “Wah, pilihan si Rizal kali ini nggak main-main.”

Namun, ketika gadis itu menoleh dan tersenyum sopan sambil menunduk memberi salam, napas Rezky nyaris tercekat. Dunia seolah berhenti sesaat. Tatapan matanya terpaku pada wajah itu — wajah yang dulu begitu akrab dalam ingatannya, yang pernah ia jaga namanya dalam doa masa remaja.

Nadia, Nama itu langsung bergaung di kepalanya, disertai potongan kenangan lama: seragam putih abu, rambut model bob, tawa renyah di koridor sekolah, dan tatapan mata yang waktu itu membuatnya berdebar tanpa alasan.

Tangannya refleks mengepal di atas lutut, berusaha menahan gelombang perasaan yang tiba-tiba menyeruak. Ia berdehem pelan, mencoba menyembunyikan keterkejutannya di balik senyumnya yang kaku.

“Eh kamu Nadia, ya?” suaranya sedikit serak, nyaris tak percaya.

Nadia menoleh, dan ketika mata mereka bertemu, sejenak waktu seakan memutar balik.

"Kak Rezky, kan? Wah, sudah lama sekali ya, terakhir ketemu waktu Kak Rezky mau pindah sekolah, kalau nggak salah.”

Rezky tersenyum hambar, berusaha menenangkan degup jantungnya yang tak karuan. “Iya lama banget,” jawabnya singkat.

Bu Aina yang tak menyadari ketegangan itu justru tertawa kecil. "Lho, kamu ternyata sudah kenal ya sama Nadia?.”

"Iya Tante, kan Kak Rezky kakak kelasnya Nadia waktu di SMA."

"Oh teman lama? Dulu emang Rezky dan Rizal sekolah di SMA yang berbeda."

Rezky hanya mengangguk, tapi di dalam hatinya, ada sesuatu yang berat—perasaan aneh antara tak percaya, getir, dan nostalgia.

1
Candela Antunez
Nggak sia-sia baca ini. 💪
Classroom Of The Elite
Sangat kreatif
Barra Ayazzio: Terimakasih 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!