Jiao Lizhi, 25 tahun, seorang agen profesional di abad ke-21, tewas tragis saat menjalankan misi rahasia. Yatim piatu sejak kecil, hidupnya dihabiskan untuk bekerja tanpa pernah merasakan kebahagiaan.
Namun tak disangka, ia terbangun di dunia asing Dinasti Lanyue, sebagai putri Perdana Menteri yang kaya raya namun dianggap “tidak waras.” Bersama sebuah sistem gosip aneh yang menjanjikan hadiah. Lizhi justru ingin hidup santai dan bermalas-malasan.
Sayangnya, suara hatinya bersama sistem, dapat didengar semua orang! Dari keluhan kecil hingga komentar polosnya, semua menjadi kebenaran istana. Tanpa sadar, gadis yang hanya ingin makan melon dan tidur siang itu berubah menjadi pejabat istana paling berpengaruh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Kasim Istana
Jin Xuyan memandang ke Jiao Lizhi, seolah menimbang sesuatu. Beberapa hari setelah kejadian di Restoran itu, ia diam-diam memerintahkan orangnya menyelidiki tentang Jiao Lizhi.
Awalnya ia yakin, gadis itu pasti terkena roh jahat atau setidaknya penyakit aneh yang mempengaruhi pikirannya. Atau penyakit mentalnya lebih parah dari sebelumnya. Tapi hasil penyelidikan berkata lain.
Gadis itu ternyata sehat. Makan lahap, tidur nyenyak, dan memiliki kebiasaan aneh suka termenung, namun ia terlihat sedang berbincang dengan seseorang yang tak kasat mata dengan mulut yang tertutup.
Kini, ketika Putra Mahkota Jin Xuyan melihatnya langsung hari ini, melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana gadis itu tersenyum padanya dengan polos, pikiran yang sempat ia anggap gila mendadak berubah.
Belum lagi pikiran dalam hati Jiao Lizhi sebelumnya tentang mentri utusan sosial benar adanya, hingga sebuah bukti yang ia dapatkan langsung ia laporkan kepada ayah kaisar nya. Sehingga ke esokan harinya semua keluarga Mentri urusan sosial mendapatkan hukuman pengasingan.
Jin Xuyan menautkan alis, tapi sudut bibirnya naik sedikit.
Nada suaranya dalam dan berwibawa, namun ada senyum samar yang membuat semua pengawal di belakangnya ikut menunduk karena tak berani menatap langsung.
“Kenapa kau memandangku seperti itu?”
“Apakah aku, terlihat tampan?”
Suasana di sekitar mereka langsung membeku.
Jiao Fei nyaris tersedak napasnya sendiri.
Pengawal Putra Mahkota pun menegang, menahan tawa di dada karena tak percaya dengan apa yang dikatakan sang putra mahkota.
Sementara Jiao Lizhi hanya berkedip pelan.
“Putra Mahkota ini… apakah dia sangat narsis? Apakah ia merasa bahwa dirinya pria tertampan di dunia?” pikirnya dalam hati.
[Oh tidak, Tuan Rumah! Jangan-jangan kau pernah menyinggungnya sebelumnya?]
“Eh? Tidak mungkin. Aku saja baru pertama kali bertemu dengannya.”
[Tapi kenapa dia bertanya seperti itu?! Cepat jawab sesuatu sebelum kau digantung di alun-alun kota!]
Lizhi pun tersenyum kaku, mengangkat kepalanya sedikit, lalu berbicara dengan suara manis.
“Emz… yah, kurasa wajah Yang Mulia memang tampan, sehingga membuatku sedikit terpesona.”
“Kurasa?” gumam Jin Xuyan, menaikkan sebelah alis tajamnya.
Matanya yang gelap berkilat samar, seperti menahan sesuatu di balik ekspresinya yang datar.
“Oh, kalau begitu,” ujarnya pelan, dengan nada rendah yang membuat semua orang terdiam. “Aku memaafkan mu atas kesalahanmu.”
“Terima kasih, Yang Mulia!” seru Jiao Fei cepat-cepat, lalu menarik tangan adiknya untuk membungkuk lebih dalam lagi.
“A-Zhi, cepat! Berterima kasih pada Yang Mulia!”
Lizhi menunduk, dna mengucapkan kata terima kasih, wajahnya tampak tenang tapi dalam hati ia berkata, “Lihat? Putra Mahkota saja memaafkan. Berarti aku tidak salah, kan?”
“Tuan Rumah, kau barusan menghina dan memuji di saat bersamaan.”
Jiao Lizhi bodo amat, lagipula ia mengatakannya dalam hati bersama sistem nya, putra mahkota tidak akan mendengarnya.
Jin Xuyan hanya menatap keduanya sekilas sebelum melangkah pergi.
Pengawalnya, Yu Duan, mengikuti dari belakang, masih menahan tawa yang hampir pecah.
Begitu punggung sang Putra Mahkota menjauh, Jiao Lizhi malah memiringkan kepala, “Gu Gu, aku jadi penasaran. Apakah di balik jubah itu, tubuhnya punya otot kotak-kotak?”
[Tuan Rumah! Hapus air liurmu! Ku rasa, air liur mu akan tumpah ruah.]
Jiao Lizhi menyeka sudut bibirnya dengan ujung jarinya dan terkekeh kecil.
Namun yang tak ia sadari, Jin Xuyan belum terlalu jauh. Langkahnya sempat terhenti sesaat. Ujung telinganya, memerah.
Yu Duan yang berjalan di belakang langsung melirik aneh. “Yang Mulia, apakah Anda baik-baik saja?”
“Diam,” jawab Jin Xuyan cepat, suaranya sedikit serak.
Sementara itu, Jiao Fei menatap adiknya lemas. “A-Zhi, aku rasa kita baru saja menyinggung Putra Mahkota.”
Jiao Lizhi menoleh santai sambil menggoyang-goyangkan permen haw di tangannya. “Eh, mana mungkin, Kak. Buktinya putra mahkota memaafkan kita, kan?”
Yah, kejadian ini beberapa hari yang lalu.
Dan saat ini, pagi hari itu cerah, sinar mentari menembus celah jendela kediaman keluarga Jiao. Udara masih sejuk, burung-burung mulai berkicau, dan aroma teh melati dari dapur perlahan memenuhi halaman depan.
Namun, ketenangan itu buyar ketika suara keras memecah udara...
“Dekrit Kaisar tiba!”
Suara Kasim Istana yang nyaring bergema di seluruh halaman. Para pelayan yang sedang menyapu langsung berhenti dan menunduk dalam-dalam. Beberapa pengawal berpakaian emas hitam berdiri tegak di sisi sang kasim, menandakan utusan itu datang dengan wewenang tertinggi.
Perdana Menteri Jiao yang baru saja menyelesaikan sarapan langsung berjalan keluar dengan langkah mantap.
Di sampingnya, Nyonya Zhao tampak cemas namun tetap menjaga sikap sopan, sementara Jiao Fei berdiri tegak dengan wajah serius.
“Keluarga Jiao menyambut titah Yang Mulia Kaisar!” seru Perdana Menteri Jiao sambil bersimpuh bersama seluruh orang dikediamannya.
Sang kasim melihat keluarga Jiao, namun seseorang yang bersangkutan belum tiba.
“Tuan perdana Mentri, dimana anak perempuan mu? Jiao Lizhi?” tanya Kasim itu.
Mendengar ucapan sang Kasim utama, Nyonya Zhao refleks, memanggil pelayannya. “Cepat, panggil Nona muda keluar sekarang juga!”
Suara langkah terburu-buru menggema di lorong panjang.
Pelayan muda, Cui, berlari tergopoh-gopoh menuju kamar Nona mudanya. Ia hampir menabrak meja kecil di dekat pintu.
“Nona! Nona muda! Cepat bangun! Ada… ada dekrit Kaisar untuk Anda!!”
Suara lembut di dalam kamar terdengar mengantuk. “Hah? Apa... apa tadi? Dekrit... apa? Cui, jangan bercanda di pagi hari.”
Selimut besar di atas tempat tidur bergoyang. Dari dalamnya, hanya tampak sehelai rambut hitam panjang yang berantakan dan sepasang mata setengah terbuka.
Cui nyaris menangis. Ia menarik tirai jendela hingga cahaya matahari menimpa wajah Lizhi. “Nona! Cepatlah bangun, kalau Nona tidak segera keluar, tuan besar bisa marah! Yang datang Kasim Kaisar!”
Lizhi terbelalak. “APA?!”
Beberapa menit kemudian, Jiao Lizhi keluar tergesa-gesa dari kamarnya dengan rambut sedikit acak-acakan dan wajah masih setengah linglung.
Ia mengenakan jubah biru muda yang bahkan belum sempat terlihat sempurna, membuat Nyonya Zhao hampir pingsan di tempat.
“A Zhi! Bagaimana bisa kau keluar seperti itu di depan utusan istana!” desis ibunya, menepuk bahunya keras.
“Eh, Ibu~ Aku sangat buru-buru kesini, mana sempat?” jawab Jiao Lizhi polos sambil membetulkan bajunya.
Sementara Jiao Wenqing melihat putrinya merasa sangat malu, jika ada lubang semut, ingin rasanya masuk kedalamnya.
Jiao Fei melihat tingkah sang adik, hanya bisa tersenyum dalam hati.
Kasim itu menatap gadis di depannya dengan ekspresi sulit dijelaskan.
Ia pernah melihat banyak putri bangsawan, tapi belum pernah ada yang menerima dekrit Kaisar dengan tampilan yang berantakan.
“Apakah kau, Nona Jiao Lizhi?” tanya sang Kasim hati-hati.
Jiao Lizhi mengangguk sambil tersenyum canggung. “Iya, benar. Maaf, atas ketidak sopanan ku, kasim.”
“Ah tidak apa-apa.”
Perdana Menteri Jiao buru-buru mendorong Jiao Lizhi agar berlutut. “ A Zhi, cepat berlutut menerima titah Kaisar!”
“Oh, iya, iya..” Lizhi langsung berlutut dengan gaya kaku dan tidak rapi, hampir tersungkur ke depan.
lanjut up tiap hari thor 1 bab aja jika bisa ya lebih💪💪💪💪💪💪