NovelToon NovelToon
Fangirl Cantik Milik Tuan Antagonis

Fangirl Cantik Milik Tuan Antagonis

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Obsesi / Transmigrasi ke Dalam Novel / Kaya Raya / Fantasi Wanita / Ruang Ajaib
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: BlackMail

Aluna, seorang pekerja kantoran, punya satu obsesi: Grand Duke Riven Orkamor, antagonis tampan dari game otome yang seharusnya mati di semua rute. Baginya, menyelamatkan Riven adalah mimpi yang mustahil.

​Hingga sebuah truk membuatnya terbangun sebagai Luna Velmiran — putri bangsawan kaya raya yang manja dan licik, salah satu karakter dalam game tersebut.

​Kini, Riven bukan lagi karakter 2D. Ia nyata, dingin, dan berjalan lurus menuju takdirnya yang tragis. Berbekal pengetahuan sebagai pemain veteran dan sumber daya tak terbatas milik Luna, Aluna memulai misinya. Ia akan menggoda, merayu, dan melakukan apa pun untuk merebut hati sang Grand Duke dan mengubah akhir ceritanya.

​Namun, mencairkan hati seorang antagonis yang waspada tidaklah mudah. Salah langkah bisa berarti akhir bagi mereka berdua. Mampukah seorang fangirl mengubah nasib pria yang ia dambakan, ataukah ia hanya akan menjadi korban tambahan dalam pemberontakannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BlackMail, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12 : Memilih Departemen

"Sial, ini keren banget!" ​Semuanya benar-benar terjadi. Setiap kata, setiap intonasi, persis seperti di dalam game. Luna bahkan tidak perlu melihat untuk tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia memalingkan wajahnya ke arah pintu masuk aula.

Tiga... dua... satu...

​"Valen! Aku di sini!" ​Sebuah suara yang jernih memanggil dari kejauhan. Iselyn Silvarin muncul, melambaikan tangan ke arah mereka.

"Dan dialog penutupnya," batin Luna. "...Maaf, tadi aku sempat salah masuk gedung, hehehe."

​"Maaf," kata Iselyn saat ia tiba di hadapan mereka, sedikit terengah-engah. "Tadi aku sempat salah masuk gedung." Dia tertawa kecil.

"​Sempurna!" Luna menutup kipasnya dengan satu gerakan cepat. SNAP! Skripnya berjalan tanpa cacat. Valen menghela napas lega, Garam menatap Iselyn dengan tatapan ingin tahu, dan Iselyn tersenyum canggung. Semuanya persis seperti cutscene di layar ponselnya dulu.

​Kecuali satu hal.

​Satu-satunya anomali, satu-satunya variabel yang tidak seharusnya ada di sini adalah dirinya. Luna Velmiran, yang seharusnya masih merajuk di mansion-nya, kini berdiri tepat di tengah-tengah adegan pembuka ini.

Luna, Valen, dan Garam. Tiga sahabat yang ditakdirkan untuk Iselyn. Tiga pedang dari delapan pedang sang protagonis akhirnya berkumpul. Namun, ini belum waktunya.

Melihat Valen dan Iselyn yang mulai mengobrol dengan akrab, Luna tahu ini adalah kesempatannya untuk kabur sebelum ia ikut terseret dalam percakapan.

Ia menoleh pada Garam. "Aku harus ke taman belakang untuk melihat-lihat departemen," bisiknya. "Kau ikut?"

​Garam, yang tampak bosan dengan reuni dramatis itu, mengangguk cepat. "Tentu. Ayo pergi."

​Keduanya menyelinap pergi dari kerumunan, menuju taman belakang akademi. Di sana, suasana jauh lebih terstruktur.

Paviliun besar didirikan di atas rumput hijau, masing-masing dengan spanduk besar yang menandakan departemen yang terbagi menjadi empat bagian, departemen administrasi dan politik, departemen militer dan ksatria, departemen sihir dan alkimia, dan terakhir dapartemen seni dan budaya.

​Garam, tanpa ragu sedikit pun, langsung berlari ke paviliun Departemen Militer dan Ksatria, mendaftarkan diri pada Divisi ilmu pedang dan kombatan jarak dekat. Satu lagi sudah jelas kalau dia pergi ke divisi kuliner di Departemen seni dan budaya.

Sementara itu, Luna mengamati dari kejauhan. Ia melihat Iselyn dan Valen berjalan bergandengan tangan menuju paviliun Departemen Sihir dan berbaris di pendaftaran divisi sihir penyembuh dan penanganan medis.

​"Seperti di dalam game," pikir Luna. "Iselyn dengan sihir penyembuhannya dan Valen yang ingin mendukungnya. Pilihan yang sudah pasti." Di divisi tersebutlah Iselyn akan bertemu kandidat pemeran utama pria lainnya, pria berdada besar, Haris Brunegard si ksatria.

​"Sadarlah Luna, ini bukan saatnya kamu memikirkan orang lain." Luna memperhatikan lembaran kertas di tangannya yang masih kosong.

Selain pelajaran wajib, setiap siswa harus memilih tiga departemen dan satu ekstrakurikuler sesuai minatnya. Pilihan pertamanya sudah jelas.

Mengingat kontraknya dengan ayahnya, ia berjalan dengan percaya diri ke paviliun yang paling tidak populer di kalangan nona bangsawan dan hanya di isi oleh para laki-laki.

​Langkahnya langsung memicu kehebohan di sekitarnya.

"Hey, bukankah itu Lady Luna?"

​"Kamu benar... Eh. Tunggu, dia mau ke mana?"

"Bukannya itu Departemen Administrasi dan politik? Untuk apa seorang Lady mempelajari administrasi dan politik?"

"Apa!? Apa maksudmu barusan? Apa kau meremehkan para Lady!?"

"Yah, dia benar. Maksudku, dia Luna Velmiran, loh? Yang benar saja. Paling dia hanya akan bertahan seminggu."

"Sudah, sudah. Mungkin dia hanya salah jalan...."

"Orang udik seperti kalian berani sekali menilai Putri Duke."

"Lihat baik-baik caranya berjalan. Itulah aura seorang Putri Duke sejati."

"Wah... Lady Luna tidak diragukan lagi adalah adiknya Lady Aylin."

​Luna mengabaikan kebisingan itu. Ia berhenti di depan meja pendaftaran, menatap profesor tua yang tampak mengantuk. "Saya ingin mendaftar di Divisi Ekonomi dan Perdagangan," katanya dengan suara jernih. Matanya menatap tajam.

​Profesor itu terlonjak kaget dan langsung memperbaiki posisi duduknya. Setelah namanya tertulis di buku besar dan satu bagian lembar pendaftarannya ditandatangani, Luna langsung pergi.

"Ah, sial. Masih ada dua slot lagi. Apa yang harus aku pilih?"

​Tiba-tiba, matanya menangkap siluet yang dikenalnya. Di bawah pohon ek besar, jauh dari keramaian, berdiri Riven Orkamor. Ia tampak sudah selesai mendaftar.

​Jantung Luna berdebar kencang. Sebuah ide gila, sebuah kesempatan emas, terlintas di kepalanya.

"​Itu dia. My Life. Jantungku mau meledak rasanya, apa aku gigit saja? Ah! Tidak, tidak. Tenanglah.. tenang, tenang, kau Luna Velmiran, jaga sikapmu! Jangan gegabah... Sial, tapi ini kesempatan sempurna! Aku butuh alasan yang logis, yang relevan, dan tidak mencurigakan..."

"Aha! Ya. Mari lakukan. Kali ini pasti berhasil."

​Ia menarik napas dalam-dalam, memegang kipasnya seperti perisai, dan mulai berjalan melintasi taman menuju Riven.

Para siswa yang melihatnya terbelalak, menciptakan jalur di antara mereka. Pemandangan Putri Velmiran yang angkuh mendekati Grand Duke yang dingin adalah sesuatu yang tidak pernah mereka bayangkan.

​Ia berhenti beberapa langkah di depannya. Riven tampaknya tidak peduli, tatapannya masih lurus ke depan.

Ada adab lama bangsawan Thalvaria. Luna berniat memanfaatkan hal ini. Adab ini ditujukan kepada mereka yang belum menikah dan hendak memberi salam kepada lawan jenis yang juga belum menikah.

Jika lawan jenis tidak ingin mempermalukan si pemberi salam, dia akan membalas salam dengan cara yang sama, yaitu dengan cara memperkenalkan diri dengan menambahkan arti dari nama sebelum menyebut nama.

Luna menutup kipasnya kemudian menaruh satu tangan di atas dada dan tangan yang lain mengangkat samping gaun. Lalu membungkuk dengan anggun. "Cahaya bulan yang menari di langit malam, Putri Duke Velmiran, Saya Luna Velmiran."

​Riven menoleh perlahan. Mata biru esnya menatap Luna, kosong tanpa emosi. Dia menaruh satu tangan di atas dada dan tangan yang lain mengeluarkan setengah pedangnya. Sedikit membungkuk. "Prajurit tanpa hati yang membelah benua, Grand Duke Orkamor, Saya Riven Orkamor."

Suaranya membawa hawa dingin yang membuat pendengar merasa tidak nyaman. Anak haram kaisar... dan arti nama yang terdengar seperti kutukan. "Riven-ku yang malang."

​Di bawah tatapan sedingin es itu, Luna menelan ludah dan melanjutkan, "Saya melihat Grand Duke baru saja selesai mendaftar. Jika tidak keberatan, saya ingin meminta sedikit saran. Saya telah memilih Departemen Administrasi dan Politik di divisi ekonomi dan perdagangan."

"Namun, itu tidak lain ialah janji saya untuk keluarga Velmiran. Jadi, saya bingung harus memilih apa untuk dua sisanya. Anda adalah genius yang lulus ujian teori di peringkat pertama, maukah Anda berbaik hati membantu Saya memilih departemen?"

​Pertanyaannya tulus dan penuh perhitungan. Sebuah pujian yang terselubung, dan tentu saja sebuah permintaan saran akademis yang serius.

​Keheningan menyelimuti mereka. Riven menatap Luna, matanya yang tajam seolah memindai setiap niat tersembunyi. Waktu terasa merayap.

​Tepat saat Luna mengira Riven akan mengabaikannya dan pergi, Riven bergerak. Ia tidak berkata setuju, tetapi matanya melirik ke arah sudut taman yang lebih sepi, sebuah isyarat yang jelas: ikut aku.

1
aku
TIDAK. mak jlebb 🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!