NovelToon NovelToon
Satu Perempuan

Satu Perempuan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Keluarga / Satu wanita banyak pria
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Nurcahyani Hayati

Bagaimana jadinya jika kamu menjadi anak tunggal perempuan di dalam keluarga yang memiliki 6 saudara laki-laki?
Yah, inilah yang dirasakan oleh Satu Putri Princes Permata Berharga. Namanya rumit, ya sama seperti perjuangan Abdul dan Marti yang menginginkan anak perempuan.

Ikuti kisah seru Satu Putri Princes Permata Berharga bersama dengan keenam saudara laki-lakinya yang memiliki karakter berbeda.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurcahyani Hayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

12. Bayi Impian

Abdul duduk terdiam di kursi tunggu depan ruangan operasi dimana Marti kini sedang berjuang di dalam ruangan sana. Sudah sejam lebih ia menanti tapi tak kunjung selesai. Sejak tadi ia berdoa meminta kelancaran operasi. Ia mau semuanya baik-baik saja, entah itu Marti dan juga bayinya.

Abdul menoleh menatap pria yang lebih muda darinya nampak ikut duduk di sampingnya dengan wajah yang cemas. Sesekali pandangannya menatap ke arah pintu ruangan operasi seakan sedang menanti seseorang di dalam sana.

"Keluarganya di operasi juga?" tanya Abdul memberanikan diri.

Pria muda itu mengangguk mengiyakan.

Tak berselang lama keduanya kembali terdiam. Sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Istri saya di operasi," ujar pria itu membuat Abdul menoleh.

"Istri ku juga."

"Istrimu Marti juga?" Tunjuk Abdul dengan wajah syok. Tidak mungkin kan jika Marti memiliki suami yang lain selain dia.

"Istriku namanya Kartika."

Abdul menghembuskan nafas lega. Ia pikir istrinya sama. Keduanya kembali terdiam hingga akhirnya Abdul kembali bicara.

"Anak keberapa?"

"Pertama."

Abdul mengangguk.

"Kalau bapak?"

"Anak ketujuh."

Kedua mata pria itu membulat. Ia begitu sangat terkejut setelah mendengar jawaban dari Abdul. Abdul berusaha mengabaikan ia tahu dari sorot wajah pria itu yang terkejut bukan main.

"Istri ku ingin punya anak perempuan dan setiap kali ia melahirkan semua anak kami laki-laki. Tapi keenam anak kami yang lain semuanya lahir dengan normal," jelasnya langsung memberi klarifikasi.

"Baru kali ini istri ku di operasi," sambungnya lagi.

Pria itu hanya mengangguk sesaat lalu kembali terdiam.

"Istrimu bagaimana?"

Pria itu masih terdiam cukup lama Abdul menoleh ke arah pria itu yang sudah terisak. Ia menangkup wajahnya yang basah karena air mata. Pria itu menangis.

Abdul terkejut bukan main. Mengapa pria ini menangis? Apakah perkataannya salah?

"Ada apa, nak?" tanya Abdul.

Pria itu masih terisak. Ia mengusap pipinya yang basah dengan pergelangan bajunya. Ia menoleh menatap Abdul dengan mata yang memerah.

"Istri saya kecelakaan, pak. kondisinya kritis dan dokter menyarankan untuk mengeluarkan bayi kami," jawab pria itu dengan suara lirih.

Abdul ikut terhenyu mendengarnya. Ia tahu bagaimana perasaan pria itu. Tentu saja sangat menyakitkan. Abdul menggerakkan tangannya dengan ragu lalu semenit kemudian telapak tangannya telah mengelus punggung pria yang masih menangis itu berusaha menenangkannya.

"Keluarga nyonya Kartika."

Suara perawat terdengar membuat pria itu bangkit dari kursi dan berlari menghampiri perawat. Abdul hanya diam memperhatikan dari kejauhan lalu dahinya mengernyit bingung saat pria itu berteriak lalu memukul dinding.

Abdul tidak tahu apa yang dikatakan perawat itu kepada pria yang tadi duduk di sampingnya. Tapi melihat pria itu menangis sepertinya ada sesuatu yang terjadi. Abdul ingin bertanya tapi ia ragu. Rasanya tak baik jika ia terlalu banyak bertanya. Ini urusan pribadi pria itu.

...----------------...

"Siapa yang ngasih lu baju?" tanya Tori yang duduk sambil menggendong Pranam.

"Mama," jawab Pradu.

Tori menatap dari ujung kaki hingga ke ujung rambut Pradu. Sejak tadi Ia sudah mengintrogasi setiap anak yang dititipkan oleh Abdul dan juga Marti kepadanya. Dari Pratama hingga Pralim.

"Kenapa pakai baju itu? Itu kan baju perempuan."

"Tapi saya suka," jawab Pradu.

Tori menghela nafas. Tangannya yang satu memegang dot, memberi minum Pranam yang masih dalam gendongannya.

Kini Tori seperti baby sitter tapi yang lebih kasihan lagi adalah .....

Tori menggelengkan kepalanya ketika ia menatap Kabo yang kini sedang merangkak di lantai sementara Praga duduk di atasnya. Lihat lah selain menjadi satpam kini sahabat gendutnya itu juga menjelma menjadi kuda.

"Gantian aku lagi!" teriak Prapat sambil menarik ujung baju milik Praga.

"Etdah, bocah! Lu pikir ini kuda apa?" cerocosnya. Tubuhnya masih merangkak.

Praga melangkah turun digantikan oleh Prapat yang langsung naik ke atas punggung Kabo yang meringis kesakitan. Pinggangnya seakan ingin patah, remuk ditunggangi.

"Udah! Udah! Gue udah capek!"

"Satu kali lagi, ya om!" minta Pralim berusaha merayu.

"Nggak! Nggak! Pinggang gue mau patah!" tolaknya mentah-mentah.

"Catu kali aja, om!"

Suara kecil itu terdengar membuat Kabo mendongak menatap Pralim yang berdiri di depannya. Wajah tampan itu membuat Kabo terkesima. Wajahnya bagaikan mengandung sihir membuat hati kecil Kabo terasa bergetar.

"Yah sudah," jawabnya luluh.

Mereka semua nampak senang. Melompat kegirangan seperti mendapat makanan gratis.

"Om saya juga, ya," ujar Pratama, si bocah bertubuh gentong itu membuat kedua mata Kabo membulat.

Lailahaillallah!

...----------------...

"Keluarga dari nyonya Marti!"

Abdul dengan cepat bangkit dari kursinya menghampiri perawat yang berdiri di depan pintu sembari tangannya yang satu memegang gagang pintu agar tidak tertutup.

"Saya suaminya."

"Operasinya sudah selesai. Nyonya Marti akan kami bawa ke ruangan rawat," ujarnya memberitahu.

Perawat itu hendak masuk kembali ke dalam ruangan namun Abdul memanggil membuat perawat itu menoleh.

"Boleh saya tanya sesuatu?"

"Iya silahkan."

"Tadi ada pasien yang telah dioperasi juga. Pria yang menangis tadi itu kenapa ya?" tanya Abdul penasaran.

"Oh pasien atas nama nyonya Kartika?"

Abdul mengangguk cepat.

"Nyonya Kartika meninggal saat operasi dilakukan."

Hati Abdul ikut terpukul. Pantas saja pria itu menangis seperti tadi rupanya istrinya yang mengalami kecelakaan itu meninggal.

"Istri saya baik-baik saja, kan?" tanya Abdul. Ia sampai lupa menanyakan keadaan istrinya.

"Istri dan bayi Bapak selamat. Hanya saja bayi bapak akan kami masukkan ke dalam ruangan NICU karena umurnya yang belum cukup sehingga berat badannya tidak normal."

"Tapi anak saya akan tetap baik-baik saja, kan?"

"Bayi bapak akan terus dipantau perkembangannya jadi Bapak hanya perlu berdoa. Untuk informasi selanjutnya bapak bisa langsung tanyakan kepada dokter."

Abdul mengangguk. Perawat itu berpaling berniat masuk ke dalam ruangan tetapi Abdul kembali memanggil.

"Iya pak?"

"Em, maaf suster kalau boleh tahu anak saya itu laki-laki atau perempuan?" tanya Abdul penasaran.

"Perempuan," jawab perawat itu.

Abdul tersenyum begitu bahagia. Akhirnya penantian selama bertahun-tahun itu terbayarkan sudah. Tanpa sadar air mata Abdul menetes membasahi pipinya. Ini bukan air mata kesedihan tetapi ini adalah air mata kebahagiaan.

Kebahagiaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata sehingga air mata menjadi penanda. Enam anak laki-laki dan satu perempuan. Sempurna sudah keluarganya itu.

Tak sabar rasanya ia ingin memberitahu istrinya itu jika usahanya tidak sia-sia. Resep itu manjur.

...----------------...

Abdul menyentuh pelan jemari istrinya yang masih terbaring di atas tempat tidur. Marti sudah sadar tapi belum mampu untuk banyak bergerak.

"Pak!" panggil Marti membuat Abdul bangkit.

"Bapak di sini, bu."

Marti mengerjapkan matanya beberapa kali. Kedua matanya bergerak, indra penglihatannya merambah ke segala arah. Kini ia sudah ada di dalam ruangan perawatan. Kedua mata sayunya kini memandang Abdul yang nampak menangis.

"Kenapa?"

Suara Marti pelan tetapi Abdul masih bisa mendengarnya.

"Kita sudah berhasil. Kamu berhasil."

"Maksud bapak?"

"Resepnya berhasil."

Marti terdiam sejenak dengan wajahnya yang bingung. ia berpikir keras berusaha mencerna kalimat suaminya lalu beberapa detik kemudian ia tersenyum. Ia sudah mengerti sekarang.

"Anak kita perempuan?"

Abdul mengangguk-anggukkan kepalanya dengan cepat. Bibirnya bergetar menahan tangis. Marti ikut menangis ditambah lagi saat Abdul memeluknya.

Akhirnya perjuangan selama ini yang ia lakukan tidak sia-sia. Mengorbankan Pradu, anak laki-lakinya yang ia pakaikan baju perempuan dan rambutnya yang dibiarkan panjang akhirnya terbayarkan sudah.

Tuhan telah mengabulkan doa-doanya selama ini. Marti telah membuktikan bahwa usaha dan doa tidak akan sia-sia.

Akhirnya ia memiliki satu anak perempuan.

1
Sena Safinia
kocak suka ........gimana klo ad cwok naksir incess .....ga sabar nunggu next
balabulu
lanjut Thor
balabulu
semngat thor punya
balabulu
aduh kapan yah semua anaknya kumpul duduk bareng
balabulu
semangat Thor up nya
balabulu
nggak sabar ni pengen tau kelanjutannya
balabulu
semangat Thor up nya
balabulu
giginya kakak
balabulu
ahahahha 🤣, salah tangkap kamu pak 🤣
balabulu
semangat Thor up. ya kalau perlu dobel deh yah 🥹
balabulu
kasian kamu Prapat nasip punya kembaran
balabulu
aduh kasian praga semangat Thor up nya
balabulu
next thoorrr heheh seruh niii
Salju
next thoor
Salju
Pratama jadi anak pemalas nh
Salju
Next thoor
Seru juga bacanya
Salju
kasian banget si kabo tapi lucu
Salju
si pradu jadi bahan resep hahaha
Salju
Pokoknya aku pilih pralim hahaha anak marti yg pling ganteng
Salju
Anaknya ada yang kembar
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!