Memiliki watak yang berbeda dengan saudaranya yang lain, membuat Erina sulit diatur. Bahkan ia tidak mengindahkan permintaan orang tuanya untuk segera menikah. Ia lebih memilih tinggal di luar negeri dan sibuk dengan karirnya. Hingga pada suatu saat, ia tidak menyangka bisa berjumpa dengan seseorang yang dapat menaklukkan hatinya. Pertemuan mereka yang tidak disengaja mampu merubah kehidupan Erina. Meski awalnya ia tidak tertarik namun akhirnya ia yang tidak bisa menjauh darinya.
Laki-laki tersebut adalah seseorang yang juga sedang sibuk dengan dunianya sendiri. Namun setelah bertemu dengan Erina, ia mulai merubah pandangannya terhadap seorang wanita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jalan
Sekitar jam 6 sore, karena tidak shalat Erina bersantai ria. Tiba-tiba ia ingat keadaan Rasyad. Ia harus bertanggung jawab atasnya. Mengingat pesan dokter tadi, akhirnya Erina memutuskan untuk memasak bubur. Ia melihat tutorial di aplikasi merah lalu mempraktekkannya. Untungnya ua juga menyetok santan instan di dalam kulkas. sekitar 20 menit kemudian, bubur yang dibuatnya sudah jadi. Erina mencicipinya.
"Hem, sudah pas kayaknya."
Setelah agak hangat, Erina menuangkannya ke mangkok.
"Mumpung masih hangat, aku anterin dulu. Huh... berasa kayak jadi perawat aku."
Ia pun keluar dari apartemen dan mengetuk pintu apartemen Rasyad.
Tok tok tok
Tok tok tok
"Assalamu'alaikum.... "
Ceklek.
Keluarlah Rasyad dengan masih memakai kopiah. Erina tertegun melihat aura Rasyad yang nampak berbeda.
"Ehem.. bengong lagi. Ini saya, bukan setan."
Suara Rasyad menghentikan lamunan Erina.
"Eh iya, gimana sudah membaik?"
"Alhamdulillah, iya sedikit membaik. Masuklah!"
"Eh tidak-tidak. Tidak perlu. Ini bubur beras. Kata dokter jangan makan sembarangan. Makanlah sebelum minum obat nanti. Tapi ngemong-ngomong kamu gak alergi santan, kan.
"Hem, tidak."
"Syukurlah kalau begitu. Ya sudah, selamat beristirahat. Semoga cepat sembuh."
"Hem, terima kasih."
"Sama-sama. Oh ya, kalau sudah sehat jangan lupa direview sampel parfumnya."
"Okey."
Erina pun kembali masuk ke apartemennya.
Tanpa terasa Rasyad mengulum senyum sebelum akhirnya kembali masuk. Ia mencium bau bubur yang sepertinya sangat menggiurkan meski sebenarnya ia tidak suka makan bubur. Namun kali ini ia ingin mencobanya. Rasyad menaruh mangkok yang berisi bubur di atas meja sofa ruang tamu, lalu ia mengambil sendok di dapur. Setelah itu ia mencicipinya satu sendok.
"Hem... tidak buruk. Rasanya cukup sedap."
Tiba-tiba handphonenya berdering. Sang mama menghubunginya melalui video call.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam."
"Belum tidur ma?"
"Sudah tidur, tapi mama bangun. Mama mimpi kamu jatuh. Kamu sehat kan?"
Rasyad tertegun mendengar perkataan Sang mama. Naluri seorang ibu memang sangat kuat. Rasanya ia tidak sanggup untuk membohongi mamanya lagi.
"Kok bengong, kamu sehat kan?"
"Eh iya ma, maaf. Ma, sebenarnya aku sedang tidak enak badan. Alergi ku kambuh."
"Ya Allah kok bisa, kamu makan apa?"
"Eh itu, sambel terasi."
Sang mama agak terkejut mendengarnya. Karena tidak mungkin Rasyad makan dengan sengaja. Lagi pula pikir Sang mama tidak mungkin ada terasi di Paris.
"Kamu makan sambel terasi dari mana?"
"Dikasih Er..... em itu tetangga apartemen ma, orang Indo. Dia nggak tahu kalau aku alergi ikan asin dan sejenisnya. "
"Owalah, tapi kamu sudah minum obat?"
"Sudah dari dokter tadi."
Rasyad tidak menjelaskan kalau dirinya juga alergi obat.
"Lain kali lebih hati-hati. Kamu itu jauh, mama nggak bisa pantau makananmu. Lagian kamu uru sampai kapan keliling dunia. Menetap-lah di rumah, beristri, punya anak gitu. Hidup bahagia, tentram dan damai."
"Do'a kan saja, ma."
"Oh iya, kemarin mama lupa mau tanya. Mama dengar suara cewek kemarin. Apa mama salah dengar?"
"Huh cewek? Mana ada? salah dengar kali."
"Awas saja kalau bohong, mama sumpahin kamu cepat-cepat nikah!"
Rasyad tergelak mendengar sumpah yang mama ucapkan.
"Ada-ada, saja. " Batinnya.
Akhirnya Rasyad mengakhiri obrolannya karena ia ingin beristirahat dan agar mama juga tidur lagi.
Keesokan harinya.
Rasyad masih belum bisa mandi. Ia hanya cuci muka dan berwudhu' saja. Ia ingin sarapan, namun ia bingung. Tidak ada pilihan selain mie instan dan pasta. Mau masak nasi rasanya malas. Akhirnya ua memutuskan untuk ke apartemen Erina. Namun sebelum itu, ia mereview sampel minyak yang dibawa Erina untuknya sebagai alasan untuk ngobrol dengannya. Sebelum keluar dari apartemennya, Rasyad membawa tupperware dan mangkok milik Erina.
Baru saja Rasyad ingin mengetuk pintu apartemen Erina, namun pintunya sudah terbuka karena pemiliknya membukanya. Pucuk dicinta ulam pun tiba.
"Eh, maaf tidak tahu kalau ada orang. kamu sudah sehat? "
"Alhamdulillah."
Rasyad melihat penampilan Erina sudah rapi. Padahal hari ini masih weekend.
"Kamu mau ke mana?"
"Jalan, bosen. Ada apa?"
"Em itu, sambelnya sudah saya review."
"Oh ya, terus-terus gimana menurutmu?"
"Iya cocok. Tidak usah ditambahkan yang lain-lain. "
"Aa.... yes, alhamdulillah. Ternyata kamu tidak serewel yang aku kira." Ceplos Erina.
"Apa?"
"Eh tidak-tidak, maksudku kamu klien yang baik dan bijaksana. Terima kasih sudah mempercayai maklon kami, hehe.... "
Rasyad mengembalikan mangkok dan tupperware milik Erina. Namun ia masih belum pergi dari depan pintu Erina.
"Kok belum pergi, ada yang lain?" Tanya Erina."
"Em itu, kamu nggak masak?"
"Ah iya, saya tidak masak karena ingin jalan sekalian makan di luar." Ujar Erina dengan bersemangat.
"Dengan pacar?"
Erina tertawa mendengar pertanyaan Rasyad. Dia tidak tahu kalau Erina anti pacaran.
"Kok malah tertawa?"
"Saya jalan sendiri."
"Ikut... saya juga ingin sarapan di luar."
Sontak Erina terkejut. Ia tidak menyangka jika Rasyad berminat untuk ikut dengannya. Ia sebenarnya keberatan. Namun melihat Rasyad yang sangat bersemangat, ia tidak mungkin mematahkan semangatnya. Keduanya sama-sama mengunci pintu. Akhirnya mereka pun jalan berdua meski berjarak.
Erina membawa Rasyad ke sebuah rumah makan yang tidak jauh dengan apartemen mereka. Mereka berjalan hampir 500 meter. Di dekat rumah makan itu berjejer beberapa kios makanan dan buah. Di depannya ada taman yang cukup luas untuk bermain anak dan sekedar duduk santai. Rasyad dan Erina memesan croissant dan susu coklat. Mereka duduk di kursi yang menghadap taman. Jarak duduk mereka ada sekitar setengah meter.
Rasyad membuka pembicaraan.
"Kamu sudah lama tinggal di sini?"
"Hem, lumayan. 5 tahun."
"Rencana sampai kapan? "
Erina menghela nafas panjang mengingat waktunya di Paris sudah tinggal 3 minggu lagi. Ia nampak sedih mengingat hal itu.
"Bukan depan sudah harus di Indo. Dan mungkin nggak balik lagi."
"Kenapa, mau nikah?"
Erina tersenyum sinis.
"Udah ah jangan dibahas, mending habisin sarapannya. Terus nanti jangan lupa minum obat. Dibawa kan, obatnya?"
Erina tidak sadar jika sikapnya itu membuat Rasyad tersenyum. Rasyad merasa sangat diperhatikan. Baru kali ini ia diperhatikan orang lain selain keluarganya.
"Kamu pantesnya jadi perawat, bukan R &D." Celetuk Rasyad.
"Dih, apaan sih."
Setelah selesai sarapan mereka jalan ke taman depan. Rasyad baru paham maksud Erina. Erina memang sering jalan sendiri ke tempat-tempat yang sederhana seperti saat ini untuk sekedar melepas penatnya.
Mereka duduk di bangku panjang melihat beberapa orang yang lewat. Bahkan Erina mengambil gambar anak-anak yang sedang bermain dari handphone-nya.
"Lucu sekali." Ucapnya saat melihat hasilnya.
Rasyad pun mengeluarkan handphone-nya dan mengambil video anak-anak itu. Tanpa sadar mereka menaruh handphone-nya di di samping. Atau di tengah-tengah mereka duduk. Dan saat merak akan beranjak, mereka salah ambil handphone.
Bersambung. ..
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Jangan lupa like, komen,share, dan vote ya kak. Support kalian adalah semangat bagi othor. 🙏🙏🙏🙏
Semoga kalian berdua segera saling membuka hati, apalagi kedua ortu kalian dah memaksa kalian untuk tinggal bersama ?? Hayo kita semua dah siap nungguin kalian berdua belah duren 🤣🤣🤣🤩🤩🤩🙏