NovelToon NovelToon
Bride Of The Fate

Bride Of The Fate

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Duda / CEO / Beda Usia / Mengubah Takdir / Romansa
Popularitas:515
Nilai: 5
Nama Author: Rustina Mulyawati

Anya Safira adalah gadis berusia 20 tahun. Ia bekerja sebagai petugas kebersihan di sebuah hotel. Suatu hari Anya tengah membersihkan kamar hotel yang sudah ditinggalkan oleh tamu. Namun, Seketika seorang pria masuk dan menutup pintu serta menguncinya. Pria itu mabuk dan tidak sadar kalau ia salah masuk kamar.

Melihat tubuh seksi Anya pria tersebut tidak tahan dan segera mendorong tubuh Anya ke atas ranjang. Pria itu pun naik dengan hasrat yang tidak tertahankan. Anya yang ketakutan hendak berteriak. Namun, pria itu segera membekap mulut Anya sambil berbisik.

"Jangan berteriak. Aku akan memberimu satu miliyar asal kau layani aku, " bisiknya.

Anya yang memang sedang membutuhkan uang, tidak pikir panjang dan menerima tawarannya. Dan disitulah awal dari semuanya.

Anya tidak tahu, kalau pria itu adalah tuan Elvaro. Duda kaya raya seorang Presdir perusahaan ternama YS.

Lalu, apakah yang akan terjadi selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rustina Mulyawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8. Pertengkaran Kecil

  Karena Anya sekarang pengangguran. Kegiatan sehari-harinya hanya berada di rumah. Beres-beres, masak, dan melakukan pekerjaan yang lainnya. Dan paling penting ia merawat ibunya dengan baik dan telaten. Dan saat ini Anya sedang bersantai setelah memasak untuk makan malam.

  "Sudah dua minggu kamu tidak bekerja. Dan Ibu harus rutin cuci darah dan uang jajan Syella. Apakah kamu tidak kesulitan?"

  Tanya Ranti sambil masuk ke kamar Anya. Dan duduk si sampingnya. Terlihat jelas kalau Ranti saat ini sedang cemas terhadap sesuatu.

  Anya duduk dengan tegap dan tersenyum kepada Ranti. Ia menatap teduh wajah Ranti.

 "Bu? Ibu gak usah khawatir. Anya masih punya banyak uang, kok. Kan Anya punya tabungan, " jawab Anya.

 "Tapi tetap saja. Lama kelamaan uang itu akan habis. Ibu khawatir kamu akan kesulitan nantinya. Apa lebih baik, Ibu berhenti saja melakukan cuci darah. Setidaknya akan meringankan keuangan kita, " usul Ranti.

 "Janganlah Bu!" sebuah Anya dengan tegas.

 "Bu? Percaya saja, sama Anya. Jangan khawatirkan apapun. Anya punya banyak uang, " lanjutnya menatap tegas pada Ranti.

 "Kak?"

 Syella menyela obrolan mereka dan berdiri di depan pintu kamar Anya. Sebenarnya ia mendengar ucapan Ranti dan merasa sangat sedih. Jadi ia menghampiri mereka.

 Serempak Anya dan Ranti menoleh ke asal suara.

 "Benar kata Ibu. Jika begini terus, kita akan kesulitan. Aku punya ide yang lebih bagus. Bagaimana kalau aku berhenti sekolah dan mencari pekerjaan? " usul Syella.

 "Syella! Berapa kali sih, Kakak harus bilang? Kamu gak boleh berhenti sekolah. Dan jangan pikirkan soal uang. Kakak bisa mengatasinya. "

 Anya bicara dengan nada yang sedikit tinggi.

 "Kakak gak akan bisa! Kakak jangan pura-pura lagi. Kami tahu Kakak kesulitan. Kami tahu Kakak berusaha tegar demi kita. Kakak mungkin gak keberatan. Tapi kami keberatan. Karena telah menjadi beban buat Kakak. Kami gak bodoh, Kak! Kami gak bisa berpura-pura tidak tahu apa-apa lagi. Kami gak bisa terus menjadi beban buat Kakak, " ungkap Syella membalas dengan berteriak karena merasa sangat kesal.

  "Syella!"

 "Cukup Kak! Sejak kapan Kakak jadi sangat keras kepala seperti ini. Kakak, kapan waktunya untuk menyerah. Dan jangan terlalu memaksakan."

   Plak!

  Syella dan Ranti begitu terkejut untuk pertama kalinya Anya berani memukul adiknya seperti ini.

 "Kakak bukan keras kepala. Kakak cuma mau yang terbaik buat kamu, buat Ibu. "

        Anya sangat emosi.

  Sementara Ranti tidak bisa berkata apa-apa. Ia hanya bisa menangis melihat kedua putrinya bertengkar seperti itu dihadapannya.

 Syella menangis bukan karena tamparan yang Anya lontarkan. Tapi, karena ia merasa sangat kecewa dan sakit hati. Syella menatap Anya penuh emosi. Dan ia pergi berlari ke kamar nya dan mengunci diri.

 Anya sadar akan perbuatannya. Ia menyesal karena telah menampar adiknya. Anya tahu Syella hanya khawatir padanya. Tapi sepertinya ia terlalu keras pada Anya.

 "Bu?"

  Ranti tidak menggubris panggilan sesal Anya dan hanya pergi dari kamar Anya. Ia merasa sangat bersalah. Karena ini terjadi oleh salahnya sendiri. Jika saja ia tidak bicara seperti itu pada Anya dan Syella tidak mendengarnya. Mungkin pertengkaran ini tidak akan terjadi.

  Anya yang melihat kepergian Ranti tanpa berkata satu kata pun akhirnya menangis dan menyesali perbuatannya.

 [Kenapa? Aku terus berjuang sejauh ini. Aku menahan semua rasa sakit ini, rasa lelah ini. Tapi mengapa semua orang tidak memahami perjuanganku. ] Bathin Anya.

             ***

 Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat. Malam kini telah menyapa. Masakan yang tersaji diatas meja sudah menjadi dingin. Anya sadar bahwa semarah apapun ia saat ini. Ia harus tetap merawat keluarganya.

 Anya menghangatkan kembali masakan tersebut. Dan menyajikannya di atas meja makan. Lalu, ia memanggil Ibunya dan juga Syella untuk makan. Tapi yang datang hanya Ibunya seorang. Syella nampaknya masih marah kepada Anya.

 "Bu? Makanlah dulu. Nanti biar Anya yang bujuk Syella buat makan, "ujar Anya.

 " Iyah, " jawab Ranti singkat.

 "Anya minta maaf Bu. Anya tidak bermaksud seperti itu. "

  "Ibu tahu. Ibu tidak menyalahkan ataupun Syella. "

  Anya terdiam sejenak dan berpikir kembali tentang sesuatu yang sudah ia pertimbangkan.

 "Anya rasa bisa menikah dengan tuan Elvaro adalah keputusan yang baik."

 "Hah?"

 Ranti menatap Anya dengan penuh tanda tanya. Anya tersenyum kecil.

 "Anya rasa menikah dengan tuan Elvaro adalah pilihan terbaik. Dengan begitu, kita semua bisa tenang. Anya mau menikah dengannya."

 Mendengar jawaban Anya dalam situasi ini membuat Ranti merasa semakin bersalah dan menyesal.

 "Apa keputusan mu ini karena terpaksa? Apa karena, kejadian tadi memutuskan mu untuk menerimanya?" tanya Ranti memastikan.

 "Tidak. Bukan karena itu. Anya menerimanya karena sudah lama Anya mempertimbangkan

nya. Dan Anya rasa tidak masalah untuk menikah dengan dia. Dan ada untungnya juga buat kita. Dan masa depan Syella pun akan terjamin."

  "Anya, Ibu menyesal mengatakan itu padamu. Ibu tidak mau kamu berkorban lagi demi Ibu. Jika kamu tidak suka maka kamu tidak perlu menikahi nya."

  Anya tersenyum.

  "Anya tidak berkorban Bu. Anya serius ingin menikahi nya. Syella ada benarnya juga. Anya sudah terlalu capek, Anya lelah Bu. Anya tidak mau bekerja keras lagi. Anya hany ingin bersantai bersama Ibu dan Syella. Pergi jalan-jalan dan menghabiskan waktu bersama. Bagaimana? Bukankah itu hal bagus?" usul Anya nampak tulus mengatakannya.

 Ranti tersenyum lega. "Baiklah kalau begitu. Ibu akan memberi kabar baik ini ke Elvaro."

 Anya mengangguk tanda setuju. "Cepatlah makan. Anya mau mengantar makanan ini ke Syella dan meminta maaf."

  "Iyah."

  Anya pun bergegas pergi dengan nampan yang di atasnya ada sepiring nasi beserta ayam goreng dan tumis sayuran juga segelas air putih.

    Tok... tok... tok...

   "Syella? Boleh Kakak masuk? Kakak tahu kamu sangat marah sama Kakak. Tapi kamu harus makan dulu. Jika tidak nanti kamu bisa sakit. Kakak gak mau kamu sakit. Dan Kakak, sangat menyesal. Kakak minta maaf karena telah menyakiti kamu. Kakak bersalah. Tolong buka pintunya dan makanlah dulu, " ucap Anya membujuk Syella dengan lembut.

 Sejenak memang tidak ada balasan dari Syella. Anya pikir Syella belum bisa memaafkan nya. Tapi ketika Anya hendak akan pergi dan membawa kembali makanannya. Pintu kamar Syella terbuka. Walaupun Syella tidak mengatakan apapun tapi sepertinya ia mengizinkan Anya.

  Anya masuk dan menaruh nampan itu di atas meja hias di samping kasur.

 Syella terlihat masih marah dan tidak mau menatap Anya. Sementara Anya duduk di sampingnya dan mencoba untuk berbaikan.

 "Kamu benar. Kakak memang keras kepala. Maafkan Kakak. Setelah ini, Kakak janji kita tidak akan hidup susah lagi."

 "Maksud Kakak?"

 "Maksudnya, Kakak akan menikah dengan seseorang yang sangat kaya raya."

 Syella memicingkan tatapannya tidak percaya.

 "Kakak serius. Karena itu, kamu jangan berhenti sekolah. Kita akan baik-baik saja. Jangan khawatir, " tegas Anya meyakinkan.

 "Kakak bicara sesungguhnya?"

 "Mmm... Kakak bersungguh-sungguh. "

 "Siapa orang itu?" tanya Syella penasaran.

 "Kamu akan segera tahu. Berhentilah ngambek dan makanlah. Jangan sampai nanti kamu sakit. "

  Syella memeluk Anya dengan erat. Anya tersenyum dan membalas pelukan Syella.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!