Seorang wanita yang bernama kiyara bernasib malang. ia hidup sebatang kara karena kedua orang tuanya meninggal. ia harus berjuang hidup sendiri melawan kerasnya dunia.
suatu saat, ia sedang membutuhkan uang untuk biaya kuliahnya. kiyara menemui sahabatnya regina untuk membantunya mencari pekerjaan. regina pun membantunya untuk bekerja di sebuah club malam sebagai pelayan.
kiyara bertemu dengan Adrian seorang akak kelas yang pernah ia sukai saat duduk di bangku SMP. pertemuannya dengan Adrian akan membuat takdir kehidupan kiyara semakin lebih berwarna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaJenaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Marahnya Kiyara
Setelah bertengkar dengan Adrian, Kiyara menemui Varrel yang dibawa oleh Renata ke unit kesehatan kampus.
"Varrel kamu baik baik saja?" tanya Kiyara.
"Baik Ki.. Makasih ya." jawab Varrel.
"Re, biar aku saja yang menemani Varrel disini." ujar Kiyara kepada Renata.
"baiklah Ki.. nanti aku bantu izinin ke dosen." jawab Renata.
Mendengar itu, Varrel pun tersenyum senang. Padahal kiyara melakukan itu karena ia tau Varrel memukul Adrian gara gara melihat Kiyara menangis.
Renata kembali ke kelas dengan perasaan sedikit kesal kepada Adrian.
"Eh Renald! bilangin tuh ke tuan muda Lo, jangan seenaknya mukul orang. Untung saja dia nggak patah tulang." ujar Renata dengan sedikit keras.
"Eh, yang mukul duluan siapa? kamu juga harus lihat dong!" dalih Renald.
"ya tetep aja nggak bisa!" ujar Renata yang tetap kekeh.
"Kalian bisa diam tidak? kalau mau berantem diluar saja. Berisik.!" celetuk Adrian yang kemudian meletakkan kepalanya diatas meja kuliah ditopang dengan kedua tangannya.
Renata dan Renald pun saling menggerutu satu sama lain. Namun mereka tak melanjutkan perdebatan mereka.
"Apa dia sudah tidak menyukai ku lagi? biasanya kalau suka itu malah mau di cium kaan? kenapa dia tidak mau?"
Begitulah isi pikiran Adrian saat ini. Dari awal jam pelajaran hingga selesai, dia tetap memikirkan hal konyol tentang kiyara yang tidak mau ia cium.
Sementara di ruang kesehatan, kiyara tetap setia menunggu Varrel.
"Aku antar pulang ya." ucap Kiyara kepada Varrel.
"tidak. aku bakalan di marahin kedua orang tua ku jika aku dalam keadaan seperti ini." ujar Varrel.
Kiyara faham dengan maksud Varrel. Ia pun memutuskan untuk menemani Varrel.
"Kamu nggak kembali ke kelas?" tanya Varrel.
"memangnya kamu bisa sendirian?" tanya Kiyara kembali.
"emm.. yaudah deh." jawab Varrel yang merasa tidak enak sendiri.
untuk mengisi waktu, Kiyara mengajak Varrel untuk melihat film komedi di ponsel Varrel. Varrel pun menyetujuinya. akhirnya mereka berdua melihat. sebuah film komedi dari Amerika yang berjudul home alone.
Mereka pun berdua tertawa bahkan sedih saat melihat film itu. Hal itu juga diketahui oleh Adrian. Ia mengintip dari sela sela jendela dan melihat apa saja yang dilakukan Kiyara dan Varrel didalam ruang Kesehatan.
Waktu menunjukkan pukul 12.30, saat saat memasuki waktu istirahat. Pemandangan yang dilihat oleh Adrian sangat mengganggu pikiran Adrian yang memang sudah kacau sebelumnya.
Tok tok tok!
suara pintu ruang kesehatan diketuk oleh. seseorang.
"masuk saja!" teriak kiyara.
Renata pun masuk kedalam ruang kesehatan itu untuk melihat Adrian dan Kiyara. Renata akhirnya ikut bergabung untuk melihat film.
Tak lama kemudian..
"ehem!" deheman Renald membuata semua yang ada didalam menoleh kepadaa sumber suara itu.
"ngapain kamu kesini?" ujar Renata Yaang melihat Brian seperti ingin masuk.
"mau minta maaf." uucap Renald dengan menundukkan kepalanya.
Meskipun ia mengomel, namun Renata tetap memperbolehkannya untuk masuk. Akhirnya Renald pun masuk. Ia melihat lihat Isi dalam ruang kesehatan sambil memantau keadaan Varrel.
"sorry ya rel! aku akan lebih berhati hati." ucap Renald yang berdiri di samping Adrian.
"ya oke." jawab Varrel Yaang masih cuek.
Renald kemudian menyakan kondisi Varrel. jawaban Varrel pun sedikit kesal kepada Renald. meskipun yang memukuli adrian terlebih dahulu ada Varrel.
Dering telfon Renald pun berbunyi. Ia kemudian meminta izin kepada Varrel untuk mengangkat telfonnya. Varrel pun menjawab panggilan telefon itu diluar ruangan kesehatan.
"beres." ucap Renald di dalam sambungan teelfofnnya.
Renald pun kembali ke kelas.
"baiklah mari kita dengarkan dulu." ucap Adrian yang kemudian memakai earphone.
Ya! Adrian menyuruh Renald untuk meletakkan penyadap suara di ruang kesehatan itu. Agar ia bisa mendengar percakapan yang dilakukan oleh Kiyara, Renata dan Varrel.